Aura menunggu pada kursi yang berada di depan musholla fakultas nya. Ia memainkan hand phone nya dan membalas pesan-pesan dari divisi penalaran Badan Eksekutif Mahasiswa yang membanjiri w******p nya. Saking fokusnya ia dengan hand phone nya, Aura tidak menyadari lelaki yang ia tunggu sedari tadi berjalan kearah nya dengan sepatu yang ia tenteng dan dahinya mengernyit karena memperhatikan Aura yang senyum-senyum sendiri menatap hand phone nya.
“E-eh! Udah selesai, Mas?” tanya Aura saat Arka duduk disamping nya dengan tenang dan memakai sepatu.
“Saya kira kamu nggak akan sadar karena dari tadi fokus cengar cengir mantengin hand phone mu,” jawab Arka sembari merapikan celananya, “Dimana temenmu?”.
“Masih di dalem,” jawab Aura dengan judes.
“Sudah jam segini. Tinggal saja!” pinta Arka sembari berdiri dari kursi.
“Tunggu bentar lagi ya, Mas. Soalnya ntar dia malah nyariin,” jawab Aura dengan memelas.
“Itu yang kamu pegang fungsi nya apa?” jawab Arka dengan menunjuk hand phone Aura dengan datar.
Aura langsung menatap hand phone nya yang ditunjuk oleh lelaki dihadapan nya saat ini. Ia mendengus sebal dan langsung mengirimkan pesan untuk Finka bahwa ia akan duluan ke ruang seminar karena lelaki menyebalkan disamping nya tidak sabaran. Setelah pesan w******p nya terkirim ia langsung menyimpan hand phone nya pada kantong celana nya. Kemudian ia berjalan lebih dulu ke ruang seminar tanpa basa basi dengan Arka. Terserah lah lelaki itu mau ngikutin ya syukur mau cari jalan sendiri bodo amat.
Aura dan Arka sudah sampai di depan ruang seminar yang terlihat ramai dengan mahasiswa-mahasiswi yang memakai seragam PDL Badan Eksekutif Mahasiswa fakultas nya. Sudah pasti mereka adalah panitia dari acara yang akan diselenggarakan beberapa saat lagi dengan salah satu narasumber menyebalkan yang bersama nya saat ini.
Aura mendekati meja kesekretariatan yang sudah dijaga oleh dua orang teman nya yang sedang sibuk menata absensi peserta workshop, “Bung, ruang transit narasumber dimana?” sembari menepuk pundak Bunga.
“Ya Allah! Ngagetin aja sih. Mau ngapain emang?” jawab Bunga dengan mengelus d**a nya lalu menghadapkan tubuh nya kearah Aura. Dahinya mengernyit menatap lelaki yang datang dengan Aura dan memberi kode pada Aura dengan dagunya untuk menjawab rasa penasarannya.
“Sorry lah Bung, Hehe. Mau nganter ini orang,” jawab Aura dengan mengarahkan dagunya kearah Arka.
“Oalah, Mas nya pembicara toh? Itu di ruang D.R03, Ra” ucap Bunga dengan cengiran nya.
“Makasih Bungek!” ucap Aura dengan riang dan memeluk bunga.
“Ampun dah Ra! Buruan anterin mas nya deh. Mukanya udah kusut tuh,” bisik Bunga.
Aura dan Arka berjalan berdampingan ke ruang D.R03. Arka benar-benar diam sedari tadi. Aneh memang, seharusnya yang berhak ngambek kan Aura. Kenapa malah lelaki ini yang merajuk. Aura ingin segera terlepas dari lelaki ini. Ia melangkah dengan cepat agar segera sampai depan pintu ruangan tersebut. Bahkan ketika teman-teman divisinya menyapa ia hanya menjawab dengan lambaian tangan saja.
“Masuk aja, Mas,” ucap Aura setelah mengetuk pintu ruangan dihadapan nya saat ini dan pintu pun terbuka dengan kepala Irhan yang menyembul.
“Salah satu narasumber nih, Han. Mas Arka nama nya,” ujar Aura menjawab tatapan bingung Irhan kepada nya.
“Ealah. Mbok omong. Bingung aku, Ra,” ucap Irhan dengan membuka pintu lebih lebar.
“Aku tinggal ya, Mas,” pamit Aura lalu berbalik badan dan berjalan cepat ke kumpulan divisinya dengan riang.
Peserta workshop mulai memadati kursi-kursi di Ruang Seminar. Setelah membantu persiapan acara selesai Aura, Finka, Rena, Nada, Rara, dan Dinda duduk berjejer pada barisan keempat dari depan panggung. Pukul 10.00 WIB acara akhirnya dimulai juga. MC yang memandu acar workshop kewirausahaan ini membacakan susunan acara yang ada. Dari sinilah Aura tahu bahwa Arka mendapatkan kesempatan menjadi pembicara ke dua.
"Ra, tadi kok kamu bisa bareng sama pembicara ke dua itu sih? siapa sih namanya? lupa teteh," ucap Rena yang duduk di samping kanannya.
"Mas Arka, Teh. Anak nya Pak Farhan," jawab Aura dengan malas.
"Wow! udah kenal lama berarti?" tanya Rena dengan penasaran, "Nggak nyangka aku kakak nya Ghina ganteng banget!"
"Sstttt! pelan-pelan napa, Teh. Kenal nya barusan tadi di kantin pas sarapan. Tanya aja sama Finka tadi kami sarapan bareng. Ya kan, Fin?" bisik Aura dengan menaruh satu jarinya pada bibirnya.
"Iya, Teh. Tapi bau-bau nya sih mau ada perjodohan juga nih," jawab Finka dengan nada menggodanya.
"Udah lah nggak usah bahas dia lagi. Noh orang nya udah giliran nya ngomong," ucap Aura dengan mengarahkan dagu nya ke depan.
Saat moderator membacakan curiculum vitae dari Arka Aura akhirnya tahu bahwa lelaki yang bersamanya tadi ternyata berumur 23 tahun hanya berbeda 3 tahun darinya. Pada umur 23 tahun ini dia sudah mendapatkan gelar master dan sudah menjadi pengusaha muda yang sukses. Hal itu terbukti dengan ia yang memimpin yang usaha minuman dan makanan yang memiliki cabang dimana-dimana. Bahkan setahu Aura hampir di setiap jalan yang ia lewati pasti menemukan outlet minuman atau makanan tersebut. Menurut nya yang membuat lelaki ini songong adalah karena 3 tahun di negeri orang yaitu Australia untuk meraih gelar master nya.
Arka dengan lugas menjelaskan materi yang ia bawakan. tapi mata nya tidak lepas dengan audience. pembawaan nya juga santai terlihat para peserta mengikutinya dengan khusyuk. Bahkan seorang Nada adik tingkat nya yang sering mengantuk saat mendengar seminar sangat serius menyimak pemaparan Arka.
Akhirnya sesi tanya jawab pun dibuka. Banyak sekali para kaum hawa yang mengacungkan tangan nya untuk diberi kesempatan untuk bertanya. Aura hanya menatap layar hand phone nya yang baru saja berkedip-kedip menandakan ada telpon masuk dari seseorang. Ah ternyata dari Dirga sahabat sekaligus rekan satu divisi di Badan Eksekutif Mahasiswa bersama nya. Aura langsung menolak panggilan tersebut. Gila saja sahabat nya ini jelas-jelas mereka berada di dalam satu ruangan. Tiba-tiba chat masuk beruntun muncul pada group w******p divisi nya. Siapa lagi pelaku nya yang tak lain adalah Mas Rifal dan Dirga. Akhirnya ia memilih membalas chat mereka saja karena ia juga tidak ada niatan untuk bertanya.
"Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Rena.
"Ini Mas Rifal sama Dirga di grup ribut nggak jelas ngajakin kumpul habis ini," jawab Aura dengan menunjukkan hand phone nya pada Rena.
Tiba-tiba saja tangan kiri nya terangkat tinggi. Aura yang terkaget langsung menatap Finka yang ada disebelah nya dengan bingung.
"Kamu tanyain ini ya? dari tadi aku ngacung nggak dipilih-pilih. Dari pada sibuk sama hand phone mulu," ucap Finka dengan memberikan cacatannya.
"Oke. untuk tiga penanya sesi ini pertama mbak nya yang di baris ke empat pakai baju warna cream, mas nya yang dibelakang, sama mbak nya yang dibaris pertama pojok kanan," ucap moderator.
"Nggak usah ngada-ngada kamu! Aku nggak tahu apa-apa, Fin. Kamu aja yang tanya," ucap Aura panik.
"Ini udah aku catat tinggal kamu omongin aja kok. Kan kamu yang dipilih juga, Ra," ujar Finka dengan senyum jahil nya.
Sekarang giliran Aura untuk mengajukan pertanyaan dari Finka untuk Arka. Ya Allah, dari tadi Arka menatap nya tajam saat perkenalan. Bahkan saat ia membacakan pertanyaan Arka malah meminta nya untuk mengulang pertanyaan tersebut dengan berdalih suaranya kurang keras. Untung saja ia bisa menahan diri nya yang gugup itu untuk tidak melawan Arka yang mengatai nya untuk lebih fokus lagi dalam mengikuti acara seminar atau acara apa pun saat menjawab pertanyaan nya. Sumpah ia kesal setengah mati dengan sikap lelaki itu.
Acara pun selesai pada pukul 11.45 WIB. Aura dan rekan divisi nya berkumpul di selasar ruang kelas yang berada satu lantai dengan ruang seminar. Mereka membahas tempat kumpul mereka setelah ini. Istilah nya temu kangen lah ya. Itu karena Mas Rifal dan Teh Rena yang sudah lulus dan bekerja di luar kota membuat mereka susah untuk mengadakan kumpul-kumpul seperti dulu.
"Ra, Lu diminta Mas Arka ke ruang transit," ucap Dila selaku sie acara.
"Hah? ngapain lagi sih?" jawab Aura dengan kesal dan cemberut.
"Lu ada masalah apa sama dia sih, Ra?" tanya Dirga dengan dahi mengernyit.
"Entahlah. Rese emang orang nya, Ir" jawab Aura dengan mencebik, "Ntar kabarin aja ya tempat nya dimana. Aku nyamperin Mas Arka dulu,"
Aura sudah sampai di depan ruang D.R.03 belum sempat ia mengetuk pintu nya Arka sudah muncul dari balik pintu itu dengan menenteng bingkisan yang diberikan oleh panitia pastinya.
"Kenapa lagi, Mas?" ujar Aura dengan malas.
"Tolong chat-in Bapak tanyain sekarang ada dimana. Bisa nggak?" ucap Arka yang lebih layak sebagai perintah.
"Mas kere apa gimana sih sampai nggak punya hand phone?" sewot Aura dengan melipat kedua tangannya di d**a.
"Hand phone saya low battery, lagi pula di sini saya hanya kenal kamu jadi saya minta tolong ke kamu," jawab Arka dengan lempeng.
Aura yang sudah kesal setengah mati dengan lelaki dihadapan nya ini langsung menarik nya untuk turun ke bawah dan mengantarkan nya ke gedung dosen. saat mereka melewati koridor banyak mahasiswa/mahasiswi yang menatap bingung mereka berdua.
"Masuk aja. Ruang Pak Farhan lantai dua nomor tiga dari tangga. Tunggu disitu aja. Biasa nya jam makan siang Pak Farhan ada di ruangan nya," ucap Aura dengan tegas dan langsung meninggalkan Arka. Namun sebelum ia melangkah jauh tangan nya ditahan oleh Arka dan satu kotak brownies coklat sudah hadir di tangan nya.
"Terima kasih untuk bantuan nya dan jadi cewek jangan galak-galak. Itu brownies buat kamu biar nggak ngamuk karena kelaparan," ujar arka dengan menepuk kepala Aura pelan kemudian ia meninggalkan Aura yang masih terdiam menatap terkejut padanya.
"Aish Sial! Amit-amit kalau ada pertemuan selanjut nya sama dia. Males banget ya Allah!" dengus nya sembari berjalan kearah parkiran fakultas.
TBC