PART 2

1257 Words
Pagi ini Aura bangun kesiangan dan Ia harus mengikuti kelas mata kuliah Kimia Umum yang ia ulang. Yaps, sepintar-pintarnya Aura, tapi dimata kuliah tersebut ia sangat lemah. Ia mengulang mata kuliah itu bersama Finka dan Rana. Aura mengirimkan pesan w******p kepada Finka untuk menanyakan kelasnya di ruang mana, mencarikan tempat duduk dan apakah dosen pengampu nya sudah hadir atau belum. Beruntungnya saat Aura masuk kelas dosen pengampu mata kuliah tersebut belum datang. Ia langsung duduk di bangku yang sudah dibooking kan Finka. "Lu ada apaan dah sama Mas Fasa, Ra?" tanya Rana setelah melihat ponselnya. "Hah, Apaan dah Na? Mas Fasa yang mana nih?" ucap Aura dengan raut wajah kebingungan. "Mas Fasa anak Teknik lingkungan dah. Masa lu kagak kenal?" ucap Rana. "Anak teknik lingkungan? angkatan 2015 bukan?" tanya Aura memastikan kembali. "Iya. Mufasa Zidanul Faiz," ucap Rana. "Oh iya aku kenal. Baru seminggu ini sih. Kita satu bidang di kepanitiaan. Kenapa emangnya? Kamu kenal juga?" tanya Aura. "Ya udah kalo gitu. Nggak papa cuma tanya aja gitu. Kenal dong! gue satu UKM Universitas sama dia," ucap Rana. "Oh gitu. By the way, ini si ibu kok nggak dateng-dateng dah?" ucap Finka. "Iya nih. Tahu gitu tadi aku nggak usah racing kek orang gila di jalanan. Sumpah aku males banget kuliah hari ini," ucap Aura yang langsung dihadiahi jitakan Finka pada kepalanya. "Sakit ih Fin! Anarkis deh sukanya. Jadi mancing ingin bergulat deh," ucap Aura. "Kamu mah sukanya ngomong gitu mulu deh kalau pas kelas mata kuliah ini, Ra. Kualat ntar kamu baru tahu rasa!" ucap Finka. "Lu berdoa dah Ra. Minggu kemaren kan lu berdoa kalau kelas kosong dikabulin. Sekarang berdoa lagi dong siapa tahu dikabulin lagi. Gue juga males kuliah nih hari ini. Hahahaha," ucap Rana. "Ya Allah kalian berdua mah. Gak tahu lagi deh aku. Terserah kalian aja lah," ucap Finka. Lima belas menit kemudian ada satu adek tingkatnya yang maju ke depan kelas. Ia adalah ketua kelas dari kelas angkatan 2019 tersebut. Dia maju ke depan untuk menginfokan sesuatu pada penghuni kelas tersebut. Termasuk ke tiga orang kakak tingkatnya yang menyempil di kelas tersebut. "Gaes!! ini aku habis dapat w******p dari Bu Erni katanya kelasnya kosong karena anak keduanya sakit. Jadi kita disuruh belajar mandiri. Thanks perhatiannya!" Ucap Ketua kelas tersebut. "Anjirr!! Kosong lagi dong. Lu doa apa tadi, Ra? Ini anak yang kedua dong yang sakit. Kemaren anak pertamanya. Gue jadi takut deh sama lu," ucap Rana dengan merinding. "Aku cuma minta kosong doang ya. Aku nggak doain anak ibu nya sakit lho. Mungkin anaknya tular-menular kali ya. Jadi anak yang ke satu sembuh yang kedua malah baru mulai. Maafkan saya bu sudah berdoa meminta kosong. Semoga anak-anaknya segera sembuh deh," ucap Aura. "Ada-ada aja dah nih bocah. Udahlah kita keluar aja. Sarapan bakso di kantin aja yuk!" ucap Finka. "Yukkss. Gue udah juga kangen soto betawinya weh," ucap Rana sembari merangkul Finka dan Aura. Sesampainya di kantin, Mereka langsung memisahkan diri. Aura yang mencari meja makan, Rana yang memesankan makan, dan Finka yang memesankan minuman di counter minuman. "Aura!" ucap Pak Farhan yang sudah duduk di meja makan dengan seorang laki-laki berperawakan tinggi dan tegap dengan kemeja warna navy yang membelakangi Aura saat berjalan mencari meja makan nya. "Assalamu'alaikum Bapak!" ucap Aura segera menghampiri meja Farhan dan menyalami dosen nya tersebut. "Ada kelas apa hari ini? kok jam segini udah ada disini?" tanya Farhan. "Kimia umum Pak. Tapi ibu dosen nya nggak masuk. Jadi Aura sama teman-teman memilih kesini buat sarapan. Hehe," jawab Aura dengan terkekeh. "Kamu duduk di meja samping sini aja. Ini buat bayar pesenan nya ya," ucap Farhan sambil menyerahkan selembar uang berwarna biru pada Aura. "Mboten usah Pak. Kami sudah ada kok," ucap Aura menolak pemberian dosen nya tersebut. "Sudah ini kamu bawa aja. Sana segera datengin temen-temenmu sebelum mereka bayar persenan nya," ucap Farhan. "Aura malah jadi nggak enak sama Bapak. Ini sudah yang kesekian kali nya, Pak," ucap Aura. "Kamu ini saya mau beribadah sedekah. Malah ditolak ki piye? Hahaha," ucap Fahran. "Terimakasih nggih, Pak. Aura mau nyusul temen-temen dulu," ucap Aura sembari berjalan ke arah teman-teman nya yang sedang memesan makanan. Saat mereka bertiga berjalan ke arah meja makan mereka. Posisi meja makan Aura dan dosen nya tersebut sudah digabung menjadi satu. Pak Farhan memang humble sekali dengan mahasiswa nya. Jadi Aura tidak heran jika hal itu terjadi. "Ra, itu Pak Farhan sama siapa?" tanya Finka. "Nggak tau sih. Aku juga nggak dikenalin sama dia. Mungkin alumni atau mahasiswa sesepuh yang lagi bimbingan," ucap Aura. "Ini kita makannya join sama Pak Farhan? emang kagak ngeganggu? Elu ngapa ngeiya-iyain aja dah, Ra? Hadeuh!" ujar Rana. "Udah deh. Kalian nggak usah sungkan sih. Orang tadi si Bapak yang manggil aku. Berarti emang ngajak join. Udah ah jalan nya yang cepet jadi diliatin tuh sama Bapak," ucap Aura. "Oalah. ternyata Finka sama Arana ya?" Ucap Farhan. "Nggih Pak," jawab Finka sambil menyalami Farhan setelah meletakkan baki berisi makanan pesanan mereka dan diikuti oleh Rana. "Oh iya kenalin ini anak nya Bapak. Namanya Arka. Ayo Mas! kamu kenalan sama mereka," ucap Farhan sambil menatap anaknya. "Arka," ucap lelaki berkemeja navy dengan singkat sembari menjabat tangan mereka satu persatu mahasiswi ayah nya tersebut. "Gils, Singkat banget ngomong nya. Sombong pasti nih orang," batin Aura. "Dia hari ini jadi pembicara workshop kewirausahaan dari anak BEM itu lho, Ra," ucap Farhan. "Mas nya salah satu pembicaranya ternyata," ucap Aura sambil mengangguk-anggukkan kepala nya. "Kamu juga termasuk panitia nya kan, Ra?" tanya Finka. "Aku cuma bantu-bantu aja sih. Itu acara nya departemen kewirausahaan," jawab Aura. "Nanti bareng Aura aja, Mas," perintah Farhan. "Iya Pak," jawab Arka dengan lempeng. Setelah mereka semua selesai makan. Pak Farhan kembali ke ruangan nya untuk persiapan mengajar pada jam setengah sepuluh. Meja tersebut tinggal terisi oleh Arka, Aura, dan Finka. Rana juga izin duluan ke kos karena ada barang yang ketinggalan. "Acara nya mulai jam berapa?" tanya Arka sembari menatap Aura yang masih mengunyah baksonya. "Jam 10, Mas. Tapi mungkin Mas Arka harus dateng duluan buat di briefing sama sie acaranya," ucap Aura. "Saya mau sholat dhuha dulu. Bisa anterin ke mushola nya?" ucap Arka. "Ah! Bisa Mas. Mau diantar sekarang?" ucap Aura sembari menatap Arka dengan ragu dan langsung menghabiskan es jeruk nya. "Ayok!" jawab Arka yang sudah berdiri dari duduknya. "Ra, Aku ke kamar mandi dulu ya. Ntar ku susul ke musholla," ucap Finka yang juga ikut berdiri. "Oke. Yuk Mas!" ucap Aura yang mulai berjalan. Selama perjalanan ke musholla banyak yang memandang ke arah Aura dan Arka. Ada juga yang menyapa Aura. Dari yang hanya menyapa dengan memanggil nama nya hingga yang memeluk tubuhnya dan mengobrol sebentar untuk menanyakan kabar. "Kamu terkenal juga ya disini?" ucap Arka. "Maksudnya? Gimana Mas?" jawab Aura. "Kalau banyak yang nyapa kamu berarti banyak yang kenal kamu kan? Dari situ saya tarik kesimpulan kalau kamu terkenal di Fakultas ini," ucap Arka dengan berdesis. "Nggak juga sih Mas. Tadi itu temen kelas sama adek tingkat yang pernah saya pandu waktu ospek aja. Hehehe," jawab Aura dengan cengiran nya, "Sudah sampai Mas. Tempat wudhu lelakinya di sebelah selatan". "Oke. Kamu nggak sholat dhuha?" tanya Arka. "Na-nti Mas. Nunggu Finka bentar," ucap Aura dengan ragu. "Oke. Manfaatkan waktumu yang gabut nungguin Finka itu dengan hal yang baik. Daripada kamu cuma mainan ponsel," ujar Arka sembari berjalan ke tempat wudhu laki-laki. Aura sangat terkejut mendengar perkataan lelaki yang bukan lain adalah anak dosen terdekatnya itu. 'Aku baru haid gini. Ya keleus suruh sholat jatuhnya malah dosa lah' batin nya dengan kesal. Satu kata untuk menggambarkan seorang Arka dalam benak Aura yaitu, MENYEBALKAN. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD