Memberi Kejutan

1104 Words
"Bisa tidak?" tanya Aisyah setelah panjang lebar ia menjelaskan maksud tujuannya kepada dua orang yang didapuk sebagai pembawa acara atau MC di pesta resepsi ini. Mereka berdua saling lirik sekilas, berbicara lewat sorot mata lalu akhirnya sama-sama kembali mengarahkan tatapan ke Aisyah. "Kalau dengar kisahnya Mbak, saya ikut sedih dan kesal Mbak. Nggak nyangka lelaki tersebut bisa berbuat serendah itu. Kayak kacang lupa sama kulitnya," ucap wanita di hadapan Aisyah yang bernama Diana melirik sinis ke arah Irwan. Aisyah tidak hanya menceritakan kisah cintanya yang ditinggal nikah diam-diam tanpa ada pemutusan ikatan oleh Irwan. Ia juga memberikan bukti kalau apa yang ia ceritakan bukan sebuah karangan belaka. Ini untuk meyakinkan kedua orang yang berada di hadapannya sekarang ini agar mau membantunya. "Jadi gimana? Kamu mau nggak bantu Mbak ini?" tanya Irvan--salah satu MC--teman duetnya Diana. Dia sendiri terlihat ragu dan bingung apakah harus membantu Aisyah. "Oke, Mbak. Saya ambil. Lumayan juga dapat bonus uang dari Mbak dan demi kemanusiaan, demi sesama perempuan, saya akan membela Mbak Aisyah," jawabnya tegas, bersemangat dengan mengepalkan kuat tangannya. "Lagipula saya nggak salah, kan tugas saya cuma bacain surat yang ditujukan buat mempelai lelaki b******k tersebut, anggap aja itu sumbangan buat meramaikan acara ini," sambungnya lagi. "Iya, ramai dan jadi gaduh," tukas Irvan menambahkan. Diana hanya mencebik. "Iya deh, Mbak, karena teman saya ini sudah setuju, kita jalankan," lanjut Irvan kemudian. Aisyah tersenyum dan memberikan dua buah amplop pada keduanya. "Ini janji saya sebagai ucapan terima kasih atas bantuan kalian." Kedua MC tersebut tampak malu menerima amplop dari Aisyah. Setelah kepergian Aisyah, kedua MC tersebut kembali ke atas panggung hiburan setelah sebelumnya izin istirahat sebentar. Mereka saling tatap dan saling menganggukkan kepala. "Selamat pagi, menjelang siang untuk para undangan yang sudah mulai memenuhi ruangan ini. Terima kasih atas kehadiran kalian semua yang menyempatkan hadir untuk memberikan doa restu kepada kedua mempelai yang sedang berbahagia." Irvan melirik Diana dengan penuh arti. Diana membalas dengan mengerjapkan matanya. "Nah kita lanjutkan hiburan untuk mempelai, keluarga dan para tamu di sini ya." Diana menyambung ucapan Irvan dengan tersenyum lebar. "Sebelum kita panggil kembali Mbak Lesty untuk menghibur kita bernyanyi di panggung ini, kebetulan saya dapat sesuatu dari salah satu tamu yang hadir di sini. Katanya mau hadiah buat mempelai pengantin dan dia meminta saya membacakan sebuah … apa ya ini." Diana mengambil lembaran kertas yang dilipat rapi di dalam amplop putih. "Waduh, kayak surat. Surat apaan ya? Penasaran nggak kalian?" Diana melemparkan pertanyaan ke arah tamu undangan yang hadir. Banyak tamu undangan yang mulai mendekat ke arah panggung hiburan. "Penasaran!" koor mereka berteriak bersamaan. Bahkan ada beberapa yang siap dengan mengarahkan kamera hapenya ke Diana untuk mengabadikan momen tersebut. Aisyah mengamati Irwan dan calon istrinya yang terlihat tampak bingung dan menatap lekat ke arah Diana. "Syah, surat apaan?" tanya Bella. "Tuh dengar aja. Diana mau bacain," jawab Aisyah tersenyum simpul. "Ih, suka banget sih bikin kejutan. Aku jadi ikutan deg-degan Syah. Berasa jadi Irwan," balas Bella mencubit kecil pinggang Aisyah. Aisyah terkekeh mendengar penuturan Bella. "Hussstttt, kita dengarkan," ucap Aisyah kemudian menghentikan tawanya dan menunjuk ke arah Diana yang bersiap membacakan surat. "Dear Irwansyah Aditama." Kalimat pembuka yang diucapkan Diana mampu membuat semua mata menatap ke arah Irwan. Lelaki yang gagah dengan setelan jas pengantin tersebut jadi salah tingkah karena menjadi pusat perhatian. Tidak berselang lama muncullah sebuah foto yang dikemas dalam bentuk video, bersamaan dengan Diana yang melanjutkan membaca isi surat Aisyah. "Kenapa aku dilupakan? Kenapa aku ditinggalkan setelah beribu pengorbanan kulakukan," sambung Diana melanjutkan. Irwan tampak terkejut saat melihat video tersebut menampilkan rentetan foto kemesraan Aisyah dengannya dan juga foto keakraban Aisyah dengan keluarganya. Namun pintarnya Aisyah, ia menutupi wajahnya dengan stiker di bagian mulut sampai hidung hingga tidak jelas terlihat siapa wanita di dalam foto itu. Irwan baru menyadari sesuatu dan mulai panik dengan memandang kedua orang tuanya yang ikut berwajah tegang serta beralih menatap ke depan seperti mencari sesuatu. "Mana janjimu yang akan menikahiku? Kenapa malah menikahi wanita lain dan mencampakkanku tanpa kata putus?" lanjut Diana. Para tamu juga mulai bertanya-tanya dan berasumsi sendiri perihal maksud dari surat dan video yang masih diputar. "Jika sudah bosan dan ingin mengakhiri hubungan kita, silakan. Aku akan menerimanya, tapi lunasi dulu utangmu padaku. Dari biaya kuliahmu, uang kreditan motormu yang kau pinjam dariku, hingga beberapa pinjaman lainnya yang sudah kucatat dan tersimpan rapi dalam notebook-ku." "Huuuu …." Teriak para tamu yang berdiri di dekat panggung. Mulai terdengar kegaduhan di sana. Sedang para tamu yang duduk menyantap hidangan ikutan meributkan apa yang sedang terjadi. Mereka semua menatap sinis ke arah Irwan, terutama kaum perempuan. Sampai …. Terjadi keributan diatas panggung. Serli--adiknya Irwan tampak memarahi Diana. Aisyah yang menyaksikan perdebatan di atas panggung menyunggingkan senyum tipis. "Siapa tuh Syah?" tanya Bella penasaran melihat Serli. Apalagi dia mengenakan kebaya yang motif dan warnanya sama dengan yang sedang dikenakan keluarga Irwan. "Serli, adiknya Irwan. Penjilat," desis Aisyah kemudian. "Hah?" Bella tampak terkejut mendengar ucapan terakhir Aisyah. "Iya, adiknya itu suka nelponin aku, minta ini-itu. Kalau aku datang ke rumah, semua keluarganya tampak baik dan menyambutku hangat, terutama Serli. Begitupun orangtuanya. Sok perhatian seakan aku adalah calon mantu terbaik mereka. Seperti yang terlihat di video." "Dan kamu masuk dalam perangkap mereka," sambung Bella dengan menaikkan satu alisnya ke atas. Aisyah tersenyum kecut. Serli menghentikan dengan paksa pemutaran video dan merebut surat dari tangan Diana. Dia mendapatkan sorakan ejekan dari tamu yang hadir karena kasar dan tidak sopan memarahi Diana. Gadis yang masih sekolah SMA itu juga dengan tajam mengedarkan pandangan ke arah tamu seperti sedang mencari seseorang. Aisyah dan Bella memang sengaja berbaur diantara para tamu agar tidak mudah dikenali. Irwan sendiri mengenali Bella sebagai temannya Aisyah karena sering melihat Bella di rumah pacarnya tersebut. Di atas pelaminan pun tak kalah gaduh. Irwan tampak berdebat dengan istrinya. Mertua Irwan tampak berwajah masam. Aisyah menyukainya. Ia menikmati wajah-wajah tegang dan marah di sana. Tidak ada lagi senyum kebahagiaan di sudut bibir mereka. "Yuk, Bel. Dramanya sudah selesai. Kita naik ke pelaminan buat ngucapin selamat, sekaligus memberikan kejutan terakhir untuknya." Senyum seringai terbit di kedua sudut bibir Aisyah. Ia melirik ke arah paper bag yang berada di atas meja. "Oke. Aku juga tidak sabar melihat kejutan berikutnya. Kupanggil Bang Rafli dulu." Bella melambaikan tangannya ke arah Bang Rafli yang berada di meja seberang dengannya. Tangan Bella menunjuk ke arah pelaminan seraya bibirnya bergerak pelan mengucapkan kata 'kita ke sana'. Bang Rafli merespon cepat dan mengangguk mengerti. Aisyah tidak membawa paper bag-nya ke atas pelaminan. Ia hanya mengambil isi yang tersimpan di sana dan mendekapnya erat ke d**a. Pandangannya tajam menatap lurus ke arah kedua pengantin yang masih berwajah masam. "Bismillah," ucapnya dengan berjalan beriringan dengan Bella dan Bang Rafli.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD