#BAB 2

1015 Words
Hari sudah semakin malam, Aku masih sibuk di dapur karna menghangatkan masakan untuk mas Bara.Setelah selesai aku segera menatanya di meja dan menyiapkan peralatan makanan buat makan malam kami berdua. Itu memang sudah menjadi rutinitasku setiap hari. Setelah selesai menyiapkan makanan dan menata meja, aku segera mandi dan mempercantik diriku di depan cermin. "Semoga mas Bara mau menyentuhku malam ini," gumamku datar. Sejak menikah dengannya, aku belum pernah merasakan apa itu malam pertama. "Semoga malam ini, bisa, Aku sangat mendambakannya," batinku sedih. Kami memang sudah menikah, Tapi sampai saat ini kami belum pernah melakukan hubungan suami istri. Entahlah? Aku tidak tahu apa penyebabnya? Padahal sudah berulang kali aku mencoba menggodanya, tapi Mas Bara hanya diam saja sambil menatapku. Dia seolah jijik bercinta denganku, tidak mau menyentuhku, sama sekali. Apakah karna aku menggodanya tidak secara langsung?! Kadang pernah aku pura-pura tertidur di sofa sambil menyingkap baju tidurku, aku ingin dia tergoda. Tapi hasilnya apa?! Dia justru merapikan baju tidurku dan membawaku masuk kedalam kamarku dan kembali ke kamarnya sendiri. "Apakah aku terlalu buruk?" batinku lagi, sambil menghela nafas. Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunanku. Aku segera melangkah dan membuka pintu dengan cepat. Sosok Bara tengah berdiri di hadapanku dengan sangat gagahnya. "Mas Bara, Masuklah," sapaku lembut menatap matanya. Aku mendekatinya dan menggandeng lengannya dengan lembut. Setelahnya, aku membawanya masuk kedalam rumah, tak lupa bibirku menyambut penuh kasih sayang. Sedangkan Bara, dia hanya memandangku dengan tatapan aneh. Karna malu, maka aku segera mengalihkan perhatiannya. "Mas Bara, kau mau langsung makan atau mandi?" tanyaku malu ditatap olehnya. "Aku akan segera mandi. Siapkan baju ganti untukku dan ini adalah pesananmu," ucap Bara sambil memberikan bungkusan plastik yang isinya adalah pembalut. "Oh, Terima kasih," ucapku sambil tersenyum geli. "Kau mentertawakan, Aku?" tanya-nya terlihat kesal. "Tidak! Buat apa aku mentertawakanmu?! Tidak ada gunanya," jawabku salah tingkah. "Pikiranmu buruk sekali. Sebaiknya kau mandi sekarang," ucapku lagi sambil menahan tawa. Bara masuk ke kamar mandi dengan cepat, sedangkan aku segera menyiapkan baju ganti buat Bara dan kembali ke meja makan untuk menunggunya makan malam. "Lilla," kudengar Mas Bara memanggilku. "Iya mas," jawabku menghampirinya. "Kemarilah," perintahnya datar. Aku mendekat padanya dan bingung. "Ada apa?" tanyaku setelah masuk ke kamarnya dan memandangi tubuhnya yang sedang basah setelah tersiram air bersih. Sangat sexsi. Aku merasa sangat malu, pemandangan seperti itu, membuatku gelisah tak menentu, ingin memegang tapi tidak bisa. "Mendekatlah," ucapnya sambil menarik tanganku dan memelukku secara tiba-tiba. Dengan gemetar aku balas memeluknya. Tuhan ... jantungku berdetak tidak karuan. Aku merasa aneh. "Ada apa, Mas Bara? Tidak biasanya kau bersikap seperti ini?" tanyaku cemas. "Tidak ada apa-apa, Lilla, Aku hanya ingin memelukmu saja," ucapnya berat. Aku sengaja mengangkat wajahku dan mencium bibirnya dengan pelan. Kesempatan ini aku gunakan buat menggodanya. Aku berharap dia mau menyentuhku dan melakukan hubungan suami istri denganku. Tapi sepertinya sia-sia. "Kau juga perlu ciumanku, Mas Bara," godaku semakin dalam mencium bibirnya. Bara hanya tersenyum dan membalas ciumanku dengan mesra. "Kau benar," ucap Bara dan membalas ciumanku semakin dalam melebihi ciumanku. Aku berusaha membuka lilitan handuk yang sedang menempel di pinggangnya dengan pelan dan sambil terus menciuminya. Aku berusaha seolah-olah tidak sadar melepaskan handuknya. Aku bahkan berulang ulang kali menggesek gesekkan area sensitifku ke area sensitifnya dengan harapan agar Bara tergoda. Tapi lagi-lagi usahaku gagal. Berulang ulang kali aku mencoba dan semakin sering pula Bara memegang tanganku agar tidak melepas lilitan handuknya. Dia juga berusaha menjauhkan pinggangku dari pinggangnya. Bara turun ke leherku dan membuat banyak bekas di tubuh bagian atasku. Setelah sekian lama berciuman. Ku lihat d**a Bara mulai naik-turun dan nafasnya memburu. Aku berharap Bara mulai b*******h dan mau melakukan hubungan intim yang sesungguhnya denganku. "Cukup. Pergilah sayang," Ucap Bara sambil mendorongku pelan. Dia menjauhkan tubuhnya dari tubuhku. "Tapi..." Ucapku kecewa. "Pergilah lilla. Cepat!!" ucapnya agak keras dan masuk ke dalam kamar mandinya. Aku merasa sedih, tanpa sengaja air mataku jatuh menetes dan membasahi kedua sisi pipiku. "Selalu seperti itu," gumamku sendu. Aku merapikan pakaianku dan kembali ke meja makan dengan mendesah pelan. "Mas Bara. Maumu apa sih?! Apa aku ini adalah jalangmu? Seenak jidatmu membangkitkan gairahku dan seenaknya pula mengusirku. Dasar pria tidak peka." Protesku kesal. Tak terasa sepasang tangan kekar menyentuh bahuku. "Apa kau marah?" Tanya nya lembut. "Tidak. Sudah seperti biasanya bukan?!" ucapku sambil menatapnya. "Aku lapar," Ucapnya dengan suara berat, ciri khasnya. "Ayo makan," ucapku sambil menarik tangannya dan menepuk kursi di sebelahku. Aku mengambil piring dan menyajikan makanan untuknya, Tidak lupa juga segelas air putih di sebelahnya. "Silahkan Mas," perintahku pelan. "Kau tidak makan??" tanyanya datar. "Nanti saja, Kau tahu sendiri kan? Sudah kebiasaanku melihatmu makan sambil mengelus elus punggungmu," ucapku lembut. "Kebiasaan yang aneh," ucap Bara dan menciumku sekilas kemudian mulai makan. Aku selalu melihatnya makan. Aku suka dia menyukai masakanku. Sesekali dia tersedak. Aku selalu setia memberinya minum dan mengusap usap punggungnya dengan lembut. Kadang menyingkirkan rambut yang menutupi matanya. "Sudah selesai? Apa kau ingin tambah?" Tanyaku lembut. "Tidak. Aku sudah kenyang" jawabnya sambil tersenyum. Aku mengelap mulutnya dengan punggung tanganku. Bara selalu menatapku tajam saat aku meladeninya makan. "Lilla," desahnya pelan. "Iya." Aku menatap ke arahnya dan menghentikan aksiku membereskan bekas makannya. "Kenapa kau selalu di sisiku? Apa kau tidak takut padaku?" Tanya Bara sambil menarik tangganku agar dekat dengannya. "Tidak." jawabku singkat. "Aku mantan Napi sayang, Aku juga bukan orang baik. Aku bahkan sudah pernah memperkosa seorang wanita, apa kau tidak takut?" tanya nya datar. "Tidak!! Kau bukan orang jahat dan kau juga bukan seorang napi. Aku yakin kau di fitnah. Karna Baraku adalah seorang yang lembut di balik sikap garangnya itu," ucapku sambil membelai pipinya. "Mengapa kau begitu yakin aku tidak bersalah Lilla," desahnya frustasi. "Karna kau suamiku. Aku mencintaimu," ucapku tanpa sengaja. Bara menarikku dan menenggelamkan wajahnya di leherku. "Kau tahu? Diantara semua orang yang sudah menghinaku, bahkan keluargaku sendiri, hanya kau satu satunya orang yang percaya padaku. Maukah kau berjanji padaku sayang, jangan pernah meninggalkanku." ucap Bara datar dan ada nada kesedihan di sana. "Ya, Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu suamiku," ucapku lembut. Aku mencintai mu Bara.... Semoga kau selalu bahagia. *** JUDUL : MR. BARA PENULIS : Dilla 909 ***** Tekan Love dan Follow, Sayang. Makasih .... TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD