Perkataan Gia yang geram mengingatkan Aria tentang drama romansa yang sedang tayang di musim ini. Drama yang seharusnya diperankan Aria sebagai protagonisnya. Hanya karena Aria ingin peran utamanya, semua petinggi segera setuju.
“Sudahlah, Kak. Itu sudah berlalu.” Aria mengambil naskahnya lagi. “Aku dengar itu sukses besar. Baguslah dia memerankannya dengan baik seperti biasa.”
Gia menatap Aria yang sudah mulai membaca naskahnya kembali. Dia menggigit bibirnya dan mendesah. “Andaikan saja kamu bisa mendapatkan peran yang lebih baik dari Marianne ketika kalian berdua berada di proyek yang sama, setidaknya rumor tentang Marianne yang dianak-emaskan beliau tidak akan meledak. Bahkan ada berita mengenai skandal mereka berdua hanya karena beredar foto buram wanita licik itu sedang berbicara dengan Pak Bryce di depan pintu utama Lux. Itu benar-benar tidak masuk akal… Kalau begitu, aku juga kekasih Pak Bryce, begitu?Aku lebih sering bertemu beliau di ruang kerjanya. ”
Sudut bibir Aria berkedut kecil merasa sedikit terhibur. “Jadi, kamu ingin aku yang mendapatkan rumor seperti itu?”
Gia mengerang kesal kembali. “Ah sudahlah! Aku hanya ingin kamu mendapatkan yang lebih baik daripada wanita itu.”
Gia mengambil kontrak tipis yang sudah ditanda tangani Aria. Membaca cepat lalu beranjak dari tempat duduknya. “Aku akan ke ruangan CEO untuk mendengar perintahnya.”
Begitu pintu tertutup, Aria dengan tenang melamun.
“Andaikan saja kamu bisa mendapatkan peran yang lebih baik dari Marianne…”
Astaga… Aria memejamkan matanya dan tidak memiliki semangat untuk menghapalkan dialog-dialognya yang singkat. Ucapan Gia tadi sedikit mempengaruhinya.
Untuk menghilangkan bisikan Gia, Aria keluar dari ruangan menuju kamar kecil wanita. Dia membasuh wajahnya dengan air yang segar lalu menatap pantulan wajahnya yang cantik dan anggun di kaca depan wastafel. Aria termenung.
***
Terdengar suara ribut teredam dari dalam ruangan yang tertutup. Kemudian pintu tersebut terbuka disusul suara teriakan Marianne, yang membuka pintu. “Pokoknya aku tidak mau mengambil peran itu!”
“Anne—”
‘BRAK’
Marianne sudah keluar dan menutup pintu dengan kasar. Dia berdecak sebal dan berjalan di sepanjang lorong yang dilewati beberapa karyawan Lux. Semua orang yang melihatnya secara naluriah membungkuk menghormatinya seolah dia adalah orang penting di jajaran tinggi direksi. Dan Marianne hanya terus melangkah tanpa mempedulikan mereka semua.
Sial… Marianne berdecih. “Berani-beraninya orang itu memberi peran itu. Padahal aku sudah bilang ingin bermain di drama Pak Hanum!”
Jika web series itu bisa diundur sampai akhir pengerjaan drama terbaru Hanum, dia tidak akan masalah. Tapi kedua drama serial ini saling bentrok dalam pengerjaannya. Dan Marianne hanya bisa mengambil salah satunya saja. Jika dia diberi pilihan, dia pasti akan mengambil drama ‘Wanita Dari Negeri Dongeng’ daripada ‘You're the love of my life’.
Marianne menyilangkan kedua tangannya ke depan dan mendumel. Dia sudah mengatakan pada manajernya, orang yang bertugas mengurus tawaran pekerjaan untuknya, hingga pemilik Lux langsung! Karena sangat sulit untuk bertemu dengan Bryce, Marianne sampai menunggu sangat pagi di luar kantor. Dia sudah mengatakan bahwa dia ingin turut andil dalam drama yang disutradarai Hanum dan jawaban dari Bryce hanyalah gumaman. “Hm.”
Lalu apa tadi yang dikatakan Bobby, manajernya? “Ini usulan dari jajaran Pak Bryce dan beliau sendiri, Anne.”
Marianne mendenguskan tawa tidak percaya ketika dia mengangkat wajahnya. Jika ini keinginan orang itu, lalu apa arti ‘Hm’ miliknya? Apakah orang itu sungguh tidak peduli dengan aktris kesayangannya ini?
“Hm. Hm?” Setelah mengikuti cara Bryce menjawab, Marianne mengumpat sambil memejamkan matanya ketika berbelok ke pintu toilet. “Sial.”
Tepat saat itu, pintu kamar kecil wanita terbuka bersamaan Aria yang ingin keluar namun berhenti. Padahal dia sudah menepi akan tetapi tubuhnya yang tidak siap disenggol oleh orang lain.
“Akh!”
Secara naluriah Aria mengangkat matanya untuk melihat siapa yang baru saja menabraknya. Memandang wajah bengis Marianne yang sedang menatapnya, Aria mendesah dalam hati. Kenapa harus wanita ini yang ia temui saat pikirannya sedikit kacau?
Karena tidak ingin mencari ribut dengan Marianne, Aria berkata pelan, “Maaf.”
Setelah itu, ia keluar lebih dulu meninggalkan Marianne yang masih memegang bahunya. Marianne mendengus kembali. Sepertinya wanita itu tidak tahu jika Marianne sedang dalam suasana hati yang buruk saat ini.
Dengan mata berapi-api, Marianne keluar dari toilet dan berteriak, “Hei!”
Langkah kaki Aria berhenti.
“Maaf…” Marianne bergumam pelan lalu mendengus. Dia menatap belakang kepala Aria dengan tatapan tajam. “Apa kau tidak pernah diajarkan sopan santun oleh orang tuamu?”
Tubuh Aria menegang seketika.
“Apa seperti itu caranya meminta maaf?!”
Ketegangan sebelumnya dengan perlahan dihilangkan. Aria memejamkan matanya sebelum menoleh ke belakang. Dia membalas tatapan marah Marianne dengan tatapan tenangnya.
Marianne berjalan mendekat dengan perlahan sambil bersedekap angkuh. “Ah… aku lupa. Kau kan tidak memiliki orang tua.”
Marianne berhenti di depan Aria. Dan Aria masih mempertahankan sikap tenangnya walaupun kedua tangan di sisi tubuhnya mengepal dengan kencang.
“Dengan situasimu yang seperti itu, seharusnya kau bisa belajar dari orang lain di kantor.”
“Maksudmu memohon, begitu?”
“Tentu saja.” Marianne berkata tanpa dosa. “Hanya kata maaf saja tidak akan menyelesaikan masalah. Kau harus memohon padaku sampai amarahku hilang. Ternyata kau cukup pintar juga.”
Tatapan mata Aria mulai meredup.
Tanpa takut Marianne mengedipkan matanya. “Apa? Kenapa kau menatapku seperti itu? Ah… Kau pasti terhina karena aku berani menegurmu, iya kan? Tapi mau bagaimana lagi, aku harus mengajarimu hal yang baik. Walaupun kau adalah aktris yang lebih senior dariku di sini, tapi tetap saja jika dibandingkan dengan banyaknya piala yang aku bawa untuk perusahaan, kau bukanlah apa-apa dibandingkan denganku. Menurutmu kenapa perusahaan masih mempertahankan aktris sepertimu dan hanya memberi peran kecil? Coba gunakan otak kecilmu untuk berpikir, kenapa? Karena mereka tidak puas dengan kemampuanmu. Mereka ingin mengusirmu dari gedung ini tapi akan menjadi berita buruk di luar. Kau sudah sepantasnya undur diri dari Lux tanpa membuat karyawan di sini pusing memikirkan caranya mengeluarkanmu dari sini!”
Semua orang di Lux Entertainment tahu tentang ini. Tidak ada harapan untuk Aria di sini karena semua orang sudah lama meninggalkannya. Akan tetapi wanita tidak tahu diri ini masih saja bertahan di Lux.