"Kau mau mati, hah?”
Yudha hanya menyengir.
“Ada apa, Yudha?” Tanya Aria agar Gia berhenti memukul Yudha yang malang.
Yudha meletakkan dokumen tipis yang dia pegang kemudian menyerahkannya kepada Gia. Lalu menjawab Aria. “Ada pemotretan iklan lusa. Segalanya akan tersedia di tempat pemotretan. Anda hanya perlu datang.”
Gia membolak-balikkan halaman kemudian mendengus kasar. “Artisku bahkan tidak bisa menolak atau setuju dengan sponsor….”
Mendapatkan tatapan tajam dari Gia, Yudha berusaha untuk tidak menatap wajah yang ia sukai itu. Dia mengunci mulutnya rapat dengan kedua tangan saling menggenggam di depan tubuhnya.
“Tidak apa-apa, Kak Gia. Aku tahu apapun iklan itu pasti baik untukku. Benar kan, Yudha?”
Yudha mengangguk dengan sangat semangat. “Ini bukan iklan bikini atau pakaian dalam lainnya. Tenang saja, Kak Aria.”
Aria tersenyum. Sedangkan Gia mendengus ketika Yudha memanggil Aria dengan sebutan Kakak.
“Apalagi yang kau tunggu di sini?” Tanya Gia tidak sabaran.
Dan Yudha dengan sedih harus kembali ke ruang Bryce. “Kalau begitu, saya duluan dulu.” Baru saja berbalik, dia segera menatap Gia lagi. “Jam 11 ingat.”
Gia yang hendak mengangguk seketika menyadari sesuatu. Dia bertanya dengan dahi mengkerut, “Bukankah pukul 10?”
Berjalan mundur, Yudha menjentikan jarinya sambil mengedipkan sebelah matanya. “Kamu benar, Sayang.”
Di saat Gia mengangkat tangannya, Yudha segera keluar dan menutup pintunya.
“Errgh!” Gia mengerang dan kembali duduk di depan Aria. Dia meletakkan bolpoin dan dokumen yang diberi Yudha tadi di hadapan Aria. “Aku belum puas memukulnya.”
Aria tertawa pelan. Tanpa melihat nominalnya, Aria segera membubuhkan tanda tangannya cepat pada kontrak tersebut. Sebuah coretan tangan yang mengagumkan dan indah. Setelah selesai, Aria memberikannya pada Gia kembali dan duduk membaca naskahnya lagi.
Gia melirik naskah di tangan Aria, kemudian mendesah panjang. Helaan napas yang tidak ingin dia sembunyikan.
“Ada masalah?” Tanya Aria tanpa mengalihkan tatapannya dari naskah.
“Pasti.” Gia mencondongkan tubuhnya dan menghadap Aria. “Sebelum ke masalah, aku ingin bergosip dulu denganmu.”
Aria secara naluriah tertawa pelan. Dia menutup naskah tersebut dan fokus pada Gia. “Jadi, gosip apa kali ini?”
“Kamu tahu, Aria? Penulis naskah ini adalah sepupuku. Dia berkata web series ini memiliki cerita asli.”
Aria sedikit memiringkan kepalanya dengan polos.
“Artinya program acara serial ‘You're the love of my life’ ini diambil dari kisah nyata!” Merasa dia terlewat semangat, Gia menutup mulutnya dengan tangan kemudian berbisik dengan serius. “Dan yang lebih hebatnya lagi, dia hanya memberitahuku saja tentang ini. Tidak ada orang lain yang tahu.”
“Benarkah?” Aria mengangkat alisnya mulai tertarik dan Gia mengangguk antusias.
“Ini adalah kisah romansa yang menggemaskan dan membuat kita geram dengan kedua tokoh utamanya. Kedua pemeran utamanya saling menyukai namun memiliki pemikiran masing-masing dan banyak miskomunikasi hingga terlalu banyak kesalahpahaman.”
Aria mengangguk pelan. “Lalu?”
“Dan itulah yang terjadi pada pasangan aslinya.” Gia berkata tanpa jeda, “Kisah nyatanya juga sama seperti itu. Wanita mengejarnya namun si pria tidak mengambil sikap yang jelas untuk situasi mereka. Hal itu membuat si wanita menyerah dan mundur dengan mantap. Tapi mereka bertemu kembali. Namun kali ini si pria yang mengejar si wanita. Mereka saling salah paham sampai menyakiti hati masing-masing. Kisah yang menyebalkan, bukan?”
Aria mengangguk kembali. “Penonton pasti geregetan dengan sikap kedua pemeran utama.”
Gia menjentikkan jarinya. “Nah, itu poinnya!”
“Lalu, bagaimana dengan pasangan aslinya? Apa mereka persis seperti di naskah ini?”
“Aku dengar mereka sudah bertunangan.”
“Wow.” Aria tergelak. “Mereka pasti hidup bahagia sekarang…”
“Dan ini pesan dari sepupuku. Jangan mengatakan hal ini kepada orang lain karena bersifat rahasia pasangan aslinya.”
Aria mengangguk patuh. “Lalu bagaimana dengan masalahnya?”
Semangat menggebu-gebu Gia dengan perlahan surut. Dengan suara tidak peduli, dia menjawab, “Marianne akan mengambil peran protagonis.”
Sontak saja Aria mengangkat matanya dan terdiam.
Siapa yang tidak kenal Marianne? Aktris terbaik selama dua tahun berturut-turut. Popularitasnya meningkat setelah memainkan sinetron di salah satu televisi swasta menjadi pemeran utama. Semenjak itu, dia mendapatkan banyak tawaran untuk bermain di serial drama. Banyak yang memuji akting dan visual wajahnya yang cantik. Dan Aria tidak menampik hal itu karena semuanya benar adanya.
Marianne memang cantik, namun tidak terlalu tinggi. Dia memiliki kulit yang bersih. Peran yang ia mainkan selalu bagus dan mendapat pujian positif. Drama-drama yang ia perankan selalu mendapatkan rating yang bagus. Pengikutnya di akun media sosialnya sangat banyak. Fans Marianne ada di mana-mana. Semua orang memperlakukannya bagaikan seorang dewi, penuh hormat dan dimanja. Tidak salah Marianne berada di bawah naungan Lux Entertainment. Bryce akan mendapatkan keuntungan melimpah dengan kemampuan akting Marianne.
Akan tetapi, yang membuat Aria sedikit tidak puas adalah perilaku Marianne.
“Terakhir kali aku dengar wanita manja itu berbuat ulah di siaran langsung Xiu Shopping.” Gia berbisik sebelum berdecak pelan. “Entah bagaimana nasibmu nanti di lokasi syuting jika dia memang mendapatkan peran ini.”
Aria menghela napas diam-diam.
Wanita manja… Well, itu ada benarnya. Namun Aria tidak akan peduli dengan itu. Wanita itu bekerja keras demi ketenaran, sudah sepantasnya dia mendapatkan apa yang dia mau walau dikatakan manja. Hanya saja,
“Dia pasti akan membuat masalah di lokasi syuting nanti.” Gia masih mengomel dengan suara kecil. “Sifat suka mencari perhatiannya pasti belum hilang.”
Ya, membuat masalah. Kata kunci itu yang membuat Aria tidak puas jika harus bekerja dalam satu produksi dengan Marianne. Dia pernah berperan dalam satu program yang sama dengan Marianne dan karena hanya wanita itu sedang dalam suasana hati yang buruk, mereka harus syuting dari subuh hingga subuh berikutnya hanya untuk pengambil satu adegan berdurasi 1 menit. Aria berharap itu akan menjadi pengalaman pertama dan pengalaman terakhirnya untuk bermain di drama yang sama dengan Marianne.
“Aku masih tidak bisa memaafkannya, Aria. Aku masih ingat dia —dengan popularitasnya yang mengeluarkan rumor tentang Bryce yang menganak emaskannya di perusahaan ini— telah mengambil peran utama yang seharusnya untukmu tahun lalu!”