Bagian satu

1521 Words
Hai, gue Farasya Zahid. Mahasiswa tingkat empat di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Progdi Bahasa Inggris. Yah cuma itu, nothing special about me. Cerita ini berawal saat gue melihat mahasiswi manis dengan jilbab hitam dikepalanya, yang dipadankan dengan blus kotak-kotak dengan celana jeans berwarna biru. Salah ya, seharusnya baju yang dipadankan dengan jilbab. ckck Yah, dia Deanova Azahra, gadis itu biasa saja, tidak cantik hanya sedikit manis karena ada lesung di pipi kanannya. Setahu gue kemampuan akademiknya juga hanya sebatas rata-rata. Yang jelas dia mahasiswi yang tidak menarik bagi banyak mahasiswa. Tapi tidak dengan gue. Gue pertama kali melihat dia, saat cewek itu tiba-tiba masuk dikelas gue, dengan wajah polosnya dan tanpa rasa bersalah dia meminta izin pada dosen untuk ikut di kelas dosen itu. "Jam berapa ini, siapa nama kamu, kelas apa, NIP berapa?, Berondongan pertanyaan dari pak Joko, dosen yang terkenal killer tapi baik hati. "Saya Deanova Azahra , kelas E, A2010200 pak", jawabnya cepat. "Ok duduk, kelas E kok ikut kelas A. Haduh nambah-nambahin kerjaan saya kamu ya, tanya sama sampingnya yang materi sebelumnya". "Makasih pak". Jawabnya lalu duduk disamping gue. "Maaf, nanti liat catatannya ya, cepet kok aku foto doank". Dia meminta dengan cepat. Hah, gue hanya jawab dengan senyuman terpelit gue. Eh nggak tau diri juga nih bocah, batin gue saat itu. Benar saja di akhir jam kuliah, saat gue mau memasukkan catatan gue ke dalam tas ransel gue. "Eits, pinjem bentar catatannya donk, please", rengeknya. Anjir, liat dia memohon dengan wajah polosnya itu, gue jadi ehemmm, gemes sendiri. Nih anak imut banget sih ternyata. "Ehhh iya lupa, nih". Gue sodorkan buku catatan sakti gue itu. Dia membuka buku itu pelan lalu memposisikan ponselnya pada catatan yang dia anggap penting. Sampai dia terhenti dan menoleh ke gue, "kamu, Farasya Zahid", tanyanya pelan sambil menunjukkan tulisan nama gue di buku, wajahnya bertanya dengan mata yang membulat, yang membuat dia semakin terlihat cute. "Iya kenapa?", Gue agak bingung dengan pertanyaan dari cewek itu. "Serius, yang nggak pernah dapet nilai B di semua mata kuliah?", Tanyanya sedikit antusias. Gue melihat manik matanya yang membuat gue degdegan nggak karuan. "Karena selalu dapet nilai A, waw keren kamu populer banget lho sama dosen-dosen, sering diomongin di kelas". Dia menggelengkan kepalanya kagum. Gue hanya diam dan mengalihkan pandangan gue dari wajah imut itu. Yah, baru gue sadari memang gue selalu dapet nilai A disemua mata kuliah, maka dari itu , di semester empat ini gue sudah di ajukan untuk mengikuti beasiswa ke Kingston University di Sydney, dan gue di harapkan untuk menjadi dosen muda di sini nantinya. "Udah ni", dia mengembalikan buku itu lalu berlalu meninggalkan gue diruangan ini begitu saja. k*****t juga nih bocah, nggak ada makasih atau apa gitu. Tapi tiba-tiba, kepala dengan jilbab hitam itu muncul tanpa badannya dan bilang, "thanks ya Sya". Lalu pergi lagi tanpa jejak. Heh dia panggil gue Sya, gue hanya tersenyum miris. Coba panggilan itu diulang dua kali, jadinya "syasya", berasa feminim gue. Untung manis tuh anak, kalau nggak...hemmmh Tuuuuuuuuuuttttt Seperti biasa usai menyelesaikan kuliah gue hari ini, gue lebih seneng buka netbook hitam gue, berselancar ke dunia f******k yang sangat happening saat ini. Untuk internet pastinya hotspot yang bisa gue akses menggunakan Nim gue sebagai password nya, adalah kuncinya. Hemm, Udara di taman kampus ini memang juara, sejuk karena pepohonan yang cukup rindang yang menghalangi sinar terik matahari lewat dedaunannya. Ditambah lagi dengan kursi-kursi beton yang berjajar yang semakin membuat gue cozy ditempat ini. Mata gue tiba-tiba dipaksa beralih dari layar netbook gue, "Deanova, nitip cilok nggak?", Tanya seseorang dari belakang gue. "Iya lima ribu, Ama Mizone leci ya", suara cempreng itu masih dari belakang tempat duduk gue. "Aduh sof, akhirnya aku ngulang Lexicon, hiks, sendiri hiks", rengeknya pada temannya. "Yaudah sih De, jalanin aja". "Tapi aku takut kalau dapet E lagi, hiks"..Deanova menjawab dengan sedikit memainkan suaranya. "Sabar ya De, eh aku nusul Nana ya, pengen beli jus". Pamit teman Deanova, yang langsung meninggalkannya. Well, ternyata nih anak bermasalah dengan Makul Lexicon yang sangat ditakuti kebanyakan mahasiswa Progdi ini, kecuali gue tentunya. Gue rasa Deanova menutup wajahnya dengan buku bercover biru dengan tulisan "Lexicon", terlihat sih dari belakang. Gue nggak cuma ngerasa.ckck "Hei", sapa gue. Deanova memalingkan wajahnya kebelakang, dan dia dapati wajah gue tepat di manik matanya. "Ehhh Farasya", gadis itu terlihat kaget. Gue menampilkan senyum terbaik gue, lalu gue mendudukkan tubuh gue di samping gadis itu. "Kenapa, Lexicon susah?", Tanya gue dengan lembut. Dia memanyunkan bibirnya lalu mengangguk kecil dengan tatapan hampa. Gumusssssh banget ya Allah. "Semester kemarin dapet apa ?". "E coba dapet E, terus ikut perbaikan dapet D",Jelasnya dengan lemas. "Lha itu lebih baik, E to D". Goda gue "Ya sama aja nggak lulus tau, kamu dapet apa, jangan bilang A" selidiknya. Gue hanya tersenyum dan mengangguk kecil, "tuh kan bener, ya Allah ironis banget". Teriaknya. "Emang susah banget ya?". "Iya, kelasku nggak ada yang nilainya lebih dari C plus, rata-rata C sama D, terus aku dapet E". Suaranya sangat lemas. "Emmmm, kalau kamu mau, boleh lho belajar sama aku, aku ajarin sebisanya deh", gue beranikan diri untuk menawarkan belajar privat ke dia, syukur-syukur bisa lebih dekat, ckck. Gadis itu menatap wajah gue dengan sedikit menyunggingkan bibirnya, "eh temen kamu juga boleh ikut kok, nanti kita bisa atur waktu dan tempat", gue takut di curiga, jadi ya ngajakin temennya juga. "Temenku nggak ada yang ngulang kok, mereka udah seneng dapet C". Udah gue duga sih, tadi gue denger dari pembicaraan dia dan Sofi temennya. "Nih nomer wa gue ya, ntar kamu kabar-kabar", gue gercep sodorin nomer wa gue. Gue tulis pada lembaran kertas yang gue selipin di buku Lexicon nya. "Oh ya thanks", dia melihat deretan nomor itu. "Semester ini ambil berapa SKS?", Tanyanya pelan. "36 SKS, kamu?", jawab gue santai. "What, kok bisa bukanya maksimal 24 ya?". Dia bertanya dengan mengagetkan. Denger pertanyaan itu gue hanya nyengir sendiri, masa iya gue harus bilang, kalau gue dapet kompensasi khusus dari kampus untuk mengambil Makul sampai tiga puluh enam SKS. Nggak enak juga bukan?. Gue bukan tipe orang songong gaes. "Oh ya, aku tau, kamukan mau dijadiin dosen disini, sebelumya kamu dapat beasiswa buat ambil master di Sydney dulu kan?". Gue hanya mengangguk," nama kamu Deanova ya, dari kemarin malah belum kenalan". Gue alihkan pembicaraan, gue takut moodnya drop. "He'em, kamu Rafasya kan, aku tau lho", dia tersenyum kecil dan menunjukkan susunan gigi putihnya. Ditambah dengan lesung Pipit yang ada di pipi kanannya, gemes banget Ya Allah. Senyuman itu membuat jantung gue kaya berantem didalam d**a, sampai terdengar suaranya di telinga gue. Wajah itu beneran bikin gue kaya marathon tiga hari tiga malam, nggak ngos ngosan tapi jantung hampir copot. Gitulah pokoknya. Lagi asyik-asyiknya gue menikmati suasana yang kaya ada back song lagu janji suci dari Yovi Nuno, ehhh tiba-tiba dua temen Deanova mengagetkan kami berdua. "Nih cilok sama mizonenya de". "Makasih Nana sayang", Deanova mengambil bungkusan pesanannya. "Eh iya kenalin, ini Sofi ini Nana", gadis itu memperkenalkan kedua temennya yang gue balas dengan senyuman dan nama gue sebagai hadiahnya "hai aku Zahid". "OOO, kamu panggilannya Zahid ya, aku kira Rasya, hehehe maaf". Senyum manis itu kembali datang yang memporak-porandakan hati gue yang sudah goyah. "Eh kita masuk kelas dulu ya De, duluan ya", pamit Sofi sambil melambaikan tangan. "Iya sana, silahkan yang bisa ambil Makul full semester ini, sedangkan aku harus ngulang satu Makul semester lama", rutukan itu ditertawai temannya sendiri, kasihan. "Udah, semester depan juga bisa ambilkan?". Gue coba menyenangkan hati cute girl samping gue ini. "Iya sih", Dea menusuk makanan dari Aci itu kedalam mulutnya. "Eh kamu mau sya, eh zid,, hid, ah susah, Rasya aja ya", tawarnya, sambil menunjukkan bungkusan ciloknya. "Iya, tusuknya cuma satu kan". "Wait", Deanova memasukkan makanan itu, lalu mematahkan tusuk cilok yang berbahan bambu itu. "Nih buat kamu". Deanova menyerahkan patahan tusuk itu ke gue, dan meletakkan bungkusan cilok diantara kami berdua. "Serius nih boleh va?", Tanya gue ragu sambil mencolokkan makanan khas mahasiswa itu. "Iya ,asal nggak dihabisin deh", dia tertawa kecil lagi. "Biasanya aku makannya banyak sih", goda gue sambil melempar senyum. "Eits, tau diri donk mas, minta lho ini", dia tertawa lagi. Kamipun bercerita kesana kemari, gue sih yang banyak nanya tentang banyak hal terkhusus tentang pribadinya, selain itu pertanyaan gue sih intinya biar ada bahan aja, biar kebahagian siang ini tidak segera berakhir. Tapi dari obrolan siang ini, satu yang buat gue lega dan tepuk tangan dalam hati, she is single gaesssss. Hip hip, ala Mr. Crab nya Spongebob. "Aku balik kos dulu ya Sya, Makul Lexicon hari ini kosong, gimana mau pinter coba kalau kosong terus", Deanova menunjukkan hpnya di muka gue. "Ok, bawa motor nggak?", Tanya gue sok pingin nawarin tumpangan, "semoga tidak", doa gue dalam batin. "Bawa lah", jawabnya yang buat gue pingin ngeluarin nama hewan yang suaranya "guk guk". Deanova membereskan buku dan netbook birunya, lalu dimasukkan ke dalam tas ransel ber motif menara Eiffel. "Duluan ya", pamitnya. "Tunggu", cegah gue saat dia baru berjalan beberapa langkah. "Apa", Nova menoleh ke arah gue. "Emm, hati-hati", jawab gue gugup. "jangan lupa wa gue di nomer yang tadi", batin gue menjerit. "Oke, Rasya assalammualaikum". Pamitnya lagi dengan gaya yang super imut dan super ngangenin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD