Perjuangan Yang Akan dimulai

1053 Words
Hari ini adalah hari dimana Aurel akan memulai perjuangannya. Setelah beberapa bulan melakukan persiapan, hari ini Aurel berusaha mencapai apa yang dia inginkan. "Aurel, ayo berangkat," ajak Icha. "Iya, Cha." Aurel pun mengambil semua perlengkapan yang dia butuhkan di tempat ujian nya nanti. Ya, hari ini adalah ujian penerimaan mahasiswa kedinasan. Dan Kebetulan Icha mengajaknya untuk pergi bersama. Icha dan Aurel berjalan ke sebuah mobil yang terparkir di depan kontrakan Aurel. "Ayo, Rel. Kita berangkat nya di antar sama Bang Angkasa," ujar Icha memberitahu Aurel. Aurel pun hanya mengangguk saja. Kemudian, mereka pun masuk ke dalam mobil tersebut. Dan ternyata di dalam mobil itu sudah ada Angkasa dan juga Nia di dalamnya. "Udah gak ada lagi yang ketinggalan?" tanya Angkasa. Aurel menggelengkan kepalanya. Angkasa mengendarai mobilnya menuju lokasi ujian. Selama di perjalanan, Aurel tampak diam saja. Berbeda dengan Icha yang sibuk bercanda dengan Nia yang duduk di depan nya. "Aurel, kamu kenapa? kok diam aja?" tanya Icha tiba-tiba. "Eh, aku gak papa kok, Cha," balas Aurel. Angkasa ternyata sedari tadi memperhatikan Aurel dari kaca spion. Dia tau, pasti Aurel sedang memikirkan sesuatu. "Aurel gak jauh beda ya sama Tania. Aurel itu udah kayak duplikat nya Tania. Pantasan aja Angkasa nyaman kalau lihat Aurel," ujar Nia. Aurel yang mendengar itupun pun mengerutkan keningnya. Tania? Siapa dia? Dan apa sangkut pautnya dengan dirinya? Dan apa tadi, Angkasa nyaman melihatnya,dan itu di ucapkan oleh Nia, kekasih Angkasa sendiri. Setidaknya seperti itulah pikiran yang muncul di otak Aurel. "Kalau boleh tau Tania itu siapa ya!" tanya Aurel. "Tania itu adik kami yang meninggal beberapa tahun lalu karena kecelakaan." Bukan Nia dan Icha yang menjawab nya, tetapi Angkasa. Mendengar itu, Aurel menjadi tidak enak karena sudah menanyakan hal itu. "Maaf ya, aku gak tau tadi," ujar Aurel. "Gak papa, Rel. Lagian rasa rindu kami udah mulai terobati kok dengan kehadiran kamu disini," ujar Icha. "Kamu itu sangat mirip dengan Tania, bahkan sikap kamu juga hampir mirip. Mangkanya waktu Angkasa cerita soal kamu ke aku, aku jadi penasaran," ujar Nia juga. Aurel hanya tersenyum menanggapi ucapan mereka semua. "Jadi gak papa kan kalau saya anggap kamu seperti adik, sama dengan Icha dan almarhum Tania?" ujar Angkasa yang membuat Aurel terdiam. Dia pun menoleh ke arah Icha dan Nia. Mereka tersenyum ke arah Aurel. Icha menyentuh bahu Aurel dan dia pun mengangguk kan kepalanya kepada Aurel. "Iya, gak papa bang," balas Aurel. Angkasa pun tersenyum mendengar nya. Bahkan Icha dan Nia juga tersenyum kepada nya. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di lokasi ujian. Angkasa pun menghentikan mobilnya. "Kalian semangat ya ujian nya, jangan lupa berdoa dulu sebelum ujian," pesan Angkasa kepada kedua wanita yang akan ujian itu. "Iya bang," balas Icha dan Aurel. "Ya udah, kami pulang dulu ya," pamit Angkasa. Aurel dan Icha pun mengangguk kan kepalanya. Nia pun memberikan kode kepada mereka agar semangat dalam ujian nanti. Aurel dan Icha pun masuk ke dalam ruangan ujian. Sebelum memulai ujian, tak lupa Aurel berdoa. Dia berharap mendapatkan hasil yang baik. Ujian pun di mulai. Selama ujian berlangsung, Aurel selalu melafalkan sholawat nabi. "Huft, akhirnya selesai juga," ujar Icha ketika mereka sudah keluar dari ruangan ujian. "Iya, Alhamdulillah," balas Aurel. "Semoga nanti kita bisa lulus bareng, dan bisa kuliah bareng disana," ujar Icha lagi penuh harap. "Semoga aja, yang penting kita tetap berusaha dan berdoa." Icha tersenyum mendengar ucapan Aurel tersebut. "Oh iya, nanti kamu mampir dulu ke rumah aku ya," ujar Icha lagi. "Emm, lain kali aja gimana?" Bukan bermaksud untuk menolak, tapi hari ini Aurel merasa sedikit lelah dan ingin istirahat. "Ayo lah, Rel. Mama aku udah masak banyak loh. Mama aku pengen ngajak kamu makan bareng di rumah," ujar Icha lagi. Aurel yang emang tidak enakan orang nya merasa tidak enak hati. "Ya udah, nanti aku ke rumah kamu." Icha pun tersenyum senang mendengar nya. *** "Assalamualaikum," ujar Icha dan Aurel saat masuk ke rumah dinas orang tua Icha. "Waalaikumslam, ayo masuk sayang," balas Ira, mamanya Icha. Icha dan Aurel pun masuk ke dalam rumah tersebut. "Ini Aurel ya, cantik banget kamu sayang," ujar Ira dan memeluk Aurel. "Iya, makasih tante," balas Aurel sambil tersenyum. "Icha udah bilang kan kalau malam ini kamu makan malam disini?" tanya Ira. "Udah kok tante." Ira pun tersenyum. "Ya udah, Icha bawa Aurel istirahat ke kamar kamu sana. Kalian pasti capek tadi habis ujian kan." Icha pun mengangguk kan kepalanya. "Ayo Rel, kita ke kamar aku." Aurel pun mengangguk kan kepalanya. Dia pun mengikuti Icha ke kamar nya. Di kamar Icha, Aurel tampak duduk di atas kasur milik Icha. Dia terlihat fokus memandangi layar HP nya. "Mereka siapa, Rel?" tanya Icha yang baru saja keluar dari kamar mandi dan menghampiri Aurel. "Mereka sahabat aku," balas Aurel yang terdengar sedih. "Tapi kok aku gak pernah lihat mereka, apa mereka lagi gak disini?" "Mereka disini juga kok, mereka lagi kuliah. Tapi mereka gak tau kalau aku ada disini." Icha nampak mengerutkan keningnya. Aurel paham dengan Icha yang merasa kebingungan. "Sebenarnya mereka gak tau keberadaan aku dimana sekarang." "Maksud kamu?" Aurel pun mulai menceritakan semuanya kepada Icha. Bagaimana dia di perlakukan orang tuanya sampai dia nekad untuk hidup sendiri saja. "Aku gak tau, kenapa nasib aku seperti ini. Aku sudah hampir menyerah, tapi sahabat aku berhasil membuat aku bangkit," ujar Aurel. Icha yang sedari tadi fokus mendengar cerita Aurel pun terharu. Dia tidak menyangka kalau Aurel adalah anak yang kuat yang tidak lemah setiap kali di hantam badai. "Kamu pasti kangen banget sama mereka ya?" Icha menunjuk ke arah foto yang ada di layar HP Aurel. Aurel mengangguk. Sebutir air mata jatuh dari pelupuk matanya. "Aku kangen banget sama mereka. Tapi aku belum bisa menemui mereka karena aku sudah berniat untuk menghilang dulu dari mereka semua." Icha mengusap bahu Aurel. "Kamu gak usah sedih. Aku yakin, suatu saat kamu pasti bisa mencapai apa yang sudah kamu impikan," ujar Icha. Tangan Icha pun bergerak mengusap air mata Aurel. "Kan sekarang udah ada aku. Mulai sekarang kamu sahabat aku, jadi kamu bisa cerita apa pun ke aku. Aku akan berusaha agar bisa menjadi seperti sahabat-sahabat kamu itu." Aurel pun tersenyum mendengar nya. Dia mengangguk kan kepalanya. "Makasih ya, karena kamu udah mau jadi sahabat aku walaupun kamu tau kondisi aku sebenarnya." "Kamu itu orang baik, jadi kamu pantas mendapatkan ini." Aurel pun tersenyum dan kemudian memeluk Icha. Icha pun dengan senang hati membalas pelukan Aurel.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD