Hadiah Terindah

1022 Words
Aurel dan Icha tampak sedang duduk di ruang tamu. Mereka tampak sesekali bercanda. "Assalamualaikum." Aurel dan Icha langsung menoleh kearah sumber suara. "Waalaikumslam," balas mereka. Tampak Angkasa dan seorang pria paruh baya yang merupakan ayah Icha berjalan kearah mereka. Icha pun menyalami ayahnya dan di susul oleh Aurel. "Ini Aurel ya?" tanya pak Lukman, ayahnya Icha. "Iya om," balas Aurel sambil mengangguk. "Cantik ya," ujar pak Lukman lagi. Aurel hanya tersenyum mendengar nya. "Eh, udah pada pulang ya? Ya udah, kalau gitu ayo kita makan," ujar Ira yang datang dari arah dapur. Mereka semua pun mengangguk dan menyusul Ira yang sudah berjalan duluan ke meja makan. "Gimana tadi tes kalian?" tanya Lukman di sela-sela makan nya. "Lumayan pa, bikin otak berasap juga," balas Icha. Lukman pun tertawa melihat nya. "Ya kali ada otak berasap dek," sahut Angkasa. "Ada kok bang, tuh buktinya otak aku tadi berasap," balas Icha. "Kamu ini ada-ada aja deh." Lukman tak habis pikir dengan kekonyolan putrinya itu. Aurel sedari tadi memperhatikan interaksi keluarga itu. Sungguh harmonis. Mereka juga sangat menyayangi anak-anaknya. Berbeda sekali dengan orang tuanya yang tidak pernah memberikan kasih sayang kepadanya. Icha tak sengaja melihat Aurel yang hanya diam memperhatikan mereka. Icha mengerti apa yang sedang Aurel rasakan sekarang. "Rel, cabain deh." Aurel yang baru saja menoleh kearah Icha langsung kaget karena Icha langsung menyuapinya makanan. "Enakkan?" Aurel pun mengangguk. "Jangan bengong terus, Rel. Disini banyak setan nya loh," ujar Icha dan melirik Angkasa. "Bilang setannya kok lihat ke Abang?" ujar Angkasa. Icha pun hanya cengengesan saja. Ira dan Lukman hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah mereka. "Aku gak bengong kok, Cha. Lagian mana ada setan disini," balas Aurel. "Siapa bilang gak ada, tuh di depan kamu." Icha malah menunjuk ke arah Angkasa. "Awas kamu nanti ya dek," ancam Angkasa. "Gak usah di dengerin apa kata Icha itu, Rel. Dia emang agak belok otaknya," ujar Angkasa mengingatkan Aurel. "Enak aja otak aku di bilang belok." Icha menatap tajam pada angkasa. Semua orang yang ada di meja makan pun langsung tertawa melihat Icha yang tampak kesal itu. Mereka sudah menyelesaikan makan malam, dan sekarang mereka sedang berada di ruang tamu. "Om, Tante, Aurel pamit pulang dulu ya," pamit Aurel. "Loh, gak nginap disini aja sayang," ujar Ira. "Iya, Rel. Nginap disini aja bareng aku." Icha juga ikut menimpali. "Enggak, Tan, lain kali aja. Aurel ada keperluan soalnya," balas Aurel. "Tapi ini udah malam loh," ujar Ira lagi. "Gak papa kok, Tan. Lagian kontrakan aku kan dekat dari sini." "Ya udah, biar di antar Angkasa aja ya. Angkasa, kamu antar Aurel ya." Angkasa mengangguk kan kepalanya. "Iya ma." "Gak usah, tan. Aku bisa sendiri kok," balas Aurel. Pasalnya dia takut merepotkan Angkasa. "Gak baik cewek pulang malam sendirian. Kamu pulang di antar Angkasa aja ya," ujar Lukman. "Udah, Rel. Aku juga ikut kok ngantar kamu," ujar Icha meyakinkan Aurel. Aurel pun menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu Aurel pamit dulu." Aurel menyalami Ira dan Lukman. Tak butuh waktu lama, Aurel pun sampai di rumahnya. "Bang Angkasa sama Icha mampir dulu yuk," ajak Aurel. "Lain kali aja ya, Rel. Saya mau apel malam soalnya," balas Angkasa. "Iya, Rel. Besok-besok kami main kok kesini," ujar Icha. "Ya udah, makasih ya kalian udah ngantarin aku pulang." "Iya sama-sama. Ya udah, kami pulang dulu ya," balas Angkasa. "Iya, kalian hati-hati ya." Angkasa dan Icha pun mengangguk kan kepalanya. Setelah mobil Angkasa hilang dari sana, Aurel pun masuk ke dalam rumahnya. Aurel langsung menuju kamarnya untuk istirahat. *** Aurel dan Icha sedang berada di lapangan lari yang berada di dalam asrama TNI. Mereka baru saja selesai lari beberapa putaran. Dan hari ini juga adalah hari pengumuman tes mereka kemarin. Apakah mereka bisa melanjutkan untuk ke tes selanjutnya atau tidak. "Kita buka pengumuman nya yuk," ajak Icha. "Tapi aku kok takut ya lihat hasilnya." Benar saja, Aurel merasa gelisah sedari tadi. "Udah, kita serahkan aja semuanya sama Allah. Lagian kita juga udah berusaha melakukan yang terbaik." Aurel setuju dengan apa yang di katakan oleh Icha. "Benar apa yang kamu katakan. Ya udah, ayo kita lihat hasilnya." Mereka pun mulai membuka hp mereka dan melihat hasil pengumuman nya. Saat hasilnya keluar, mata Aurel berkaca-kaca. Dia tidak tau harus mengatakan apa saat melihat nama nya ada di daftar peserta yang lulus. "Alhamdulillah, aku lulus," ujar Icha yang sudah mengeluarkan air matanya. "Lihat, Rel. Kamu mendapatkan nilai tertinggi. Kita lulus, Rel. Kita lulus." Icha langsung memeluk Aurel. Aurel juga ikut meneteskan air matanya. "Alhamdulillah, usaha kita tidak sia-sia," ujar Aurel. Mereka masih saling berpelukan sambil meluapkan rasa bahagia mereka. Aurel dan Icha juga tidak mempedulikan kalau mereka jadi pusat perhatian saat ini. Soalnya, banyak para tentara sedang berada disana dan beberapa ibu persit yang sedang berolahraga. "Tapi kita belum boleh senang dulu. Masih banyak tes lain yang harus kita lewati. Jadi perjuangan kita masih panjang," ujar Aurel setelah melepas pelukan mereka. "Yok, kita pasti bisa. Semangat!" "Semangat," balas Aurel. Hari-hari mereka pun mulai di sibukkan dengan tes-tes lanjutan. Mulai dari tes kesehatan, psikotes, jasmani dll. Aurel dan Icha tampak begitu fokus dan berusaha melakukan yang terbaik dalam perjuangan untuk bisa kuliah di kampus kedinasan yang mereka impikan. Dan setelah berbagai rintangan yang mereka lalui, akhirnya semuanya pun selesai. Semua tes sudah berhasil mereka lalui, dan sekarang tinggal menunggu hasil akhirnya. Hasil tes nya di umumkan hari ini. Dan sebelum melihat hasilnya, Aurel melaksanakan shalat terlebih dahulu. Aurel tampak khusuk berdoa. Dia berharap akan mendapatkan hasil yang terbaik. Selesai shalat, Aurel pun mengambil laptopnya. "Bismillah ya Allah. Semoga hasilnya tidak mengecewakan," ujar Aurel. Aurel mencoba menarik napas nya agar tidak terlalu nervous. Aurel pun mulai membuka web untuk melihat pengumuman nya. Aurel mencoba menutup matanya saat hasil pengumuman itu sedang loading. Aurel mengumpulkan keberanian untuk membuka matanya. "Bismillah." Aurel pun membuka matanya. Seketika mata Aurel pun berkaca-kaca. Dia langsung sujud syukur. "Alhamdulillah ya Allah," ujar Aurel di sela rasa syukurnya. Ya, akhirnya Aurel lolos di sekolah kedinasan. Impiannya untuk kuliah di sekolah yang di impikannya akhirnya terwujud juga. Ini merupakan hadiah terindah dalam hidup Aurel. Aurel pun langsung mengambil hp nya dan membuka kontak disana. Namun, Aurel kemudian mengurungkan niatnya untuk menelpon seseorang. "Gak, aku harus biasakan diri tanpa mereka."

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD