BAB 1

2099 Words
LOVE NYA JANGAN LUPA YA *** Hyumi membaringkan tubuhnya di kasur, matanya terpejam untuk beberapa saat. Ceklek// Hyumi melihat ke arah pintu, di sana ada Yoogi yang masuk ke kamarnya membuatnya bangkit menjadi terduduk. "Yak~ oppa sedang apa kau di sini?." Kedua alis Yoogi bertahut, memandang Hyumi bingung. Yoogi membuka kancing jas putih yang dipakainya untuk pesta pernikahan, kakinya melangkah ke arah Hyumi yang masih terduduk di pinggir ranjang tempat tidur. "Apa aku tidak boleh masuk ke kamar ku sendiri." "Oppa tapi kau baru saja menikah." "Nikmati saja..."Hyumi terbungkam seketika sadar atas apa yang akan di ucapkannya. "Nikmati apa?."tanya Yoogi dengan nada tidak suka dari cara bicaranya. Wajah Hyumi tertunduk, lalu melirik ke arah lain. "Nikmati waktu malam kalian."lirih Hyumi. "Bukankah eommamu mau cepat menggendong cucu, cepat berikan eomamu cucu arra.. Palli..palli...palli."(cepatlah) Hyumi mendorong tubuh Yoogi keluar dari kamar, namun langkahnya tertahan ketika pria itu menahan tubuhnya dengan berpegangan pada kusen pintu. "Kenapa kau begini? Kau rela aku melakukan hal itu dengan wanita lain? Kalau aku, aku tidak rela tubuhku b********h dengan wanita lain selain dirimu." Hyumi terhenyak dengan perkataan Yoogi, ia cukup tersentuh ketika mendengarnya. Tapi Hyumi tidak memiliki pilihan lain. Jika Hyumi boleh memilih ia sungguh tidak ingin membagi suaminya dengan wanita lain. Tak lama bibirnya tersenyum. "Aku sudah siap sejak aku memintamu untuk menikah lagi agar memiliki keturunan." "Saranghae." "Lakukan dengan cepat agar hatiku tidak terluka saat mendengarnya." CEKLEK// Hyumi menutup pintu, tubuhnya bersandar pada daun pintu, hingga seketika merosot menjadi terduduk. "Akhh... Hiks... Hiks.. Hiks.. "Seketika tangisnya pecah, rasa sesak itu melanda hatinya. Dia kira semuanya akan berjalan seperti biasa tapi ternyata, kenyataannya semua ini begitu sulit dia terima. *** Mata Hyumi terbuka sempurna, ia beringsut bangun ia sadar posisinya, tidur meringkuk semalaman tanpa ganti baju terlebih dahulu. Hyumi turun dari tempat tidur lalu berjalan menuju Toilet untuk membersihkan tubuhnya.Kini dia berdiri dengan kedua tangannya yang terlipat di depan d**a, menatap tidak percaya pada sosok pria yang kini terbaring di atas sofa ruang tamu. "Yoogi oppa." "Oppa." Panggilnya, seakan tuli pria itu tak bergeming sedikitpun dari posisinya saat ini. "Aishh jeongmal, Yoogi oppa ireona palli"(aish benar-benar, Yoogi oppa cepat bangun) ucap Hyumi sedikit keras. "Mwo?!."(ada apa?) jawab Yoogi malas, masih dengan mata terpejam. "Kau tidur di sini semalaman?"tanya Hyumi terkejut karena menemukan suaminya tidur di ruang tamu, bukan bersama dengan Yoora. "Heum." "Tidak dengan Yoora?."Suara Hyumi terdengar memelan. "Heum." "Yak~ wae?."(hei, kenapa?) "Hah! Aku belum siap"jawabnya lagi dan hal itu membuat Hyumi terdiam. Dia sadar, seharusnya dia tidak boleh begini. Yoogi sama sepertinya, masih cukup syok tentang kenyataan ini, ini juga berat untuknya tidak seharusnya dia bersikap seperti ini."Mianhae"gumam Hyumi lirih. Hal itu membuat Yoogi membuka matanya dan beralih memandang Hyumi yang tertunduk. "Maaf untuk apa?." "Seharusnya aku tidak memaksamu, maafkan aku." "Tsk! Kau sadar sekarang."Yoogi bangkit terduduk, lalu berdiri di hadapan Hyumi. Yoogi menyentuh kedua bahu Hyumi.Ia benar-benar mencintai istrinya. Sangat sulit baginya untuk menerima semua ini. "Saranghae yeobo."(Aku mencintaimu sayang) ucapnya yang membuat Hyumi tersenyum. "Nado."(aku juga) jawab Hyumi. Yoogi memiringkan wajahnya dan mendekatkan wajahnya, membuat bibirnya menempel pada sang istri dengan lembut. Tanpa mereka berdua sadari Yoora melihat nya. Tangannya terkepal dengan erat, wajahnya terlihat begitu kesal. Dia akui Hyumi adalah sosok wanita yang begitu baik, wanita itu belum pernah menampakan wajah ketidak sukanya pada dirinya.Sebenarnya dia tidak tega melakukan hal ini, menikah dengan pria beristri, melukai hati wanita baik seperti Hyumi. Tapi dia tidak bisa menolaknya, karena hatinya sudah tertanam dengan sosok Yoogi. Dirinya jatuh Cinta pada pandangan pertama ketika ibu Yoogi memperkenalkan putranya padanya. Sosok pria berwajah dingin yang memiliki pesona yang begitu kuat. "Mianhae eonni, aku tidak bisa melangkah mundur, maaf karena aku begitu egois, tapi aku sungguh mencintai suamimu dan tidak bisa melepaskannya begitu saja." *** Hyumi melangkah masuk pada Butik yang menjadi tempatnya bekerja saat ini. "Jiyeon eonni annyeong, kau tambah cantik pagi ini."(eonni:kakak) (annyeong:halo) Kim Jiyeon salah seorang pegawai sepertinya, tersenyum ke arah Hyumi dari meja kerjanya. Wanita yang sudah Hyumi anggap seperti kakaknya sendiri. "Kau selalu bersemangat eoh" "Tentu saja itu harus aku lakukan." "Mengingat kita hanya hidup sekali di dunia ini, jalani hidupmu dengan penuh semangat." "Aku sayang hidupku." Jiyeon mengelus perutnya yang membuncit, usia kehamilannya sudah menginjak 5 bulan, hal itu terkadang membuat Hyumi iri. Tapi karena Jiyeon dia jadi selalu berpikir positif, wanita ini punya waktu 10 tahun menikah untuk memperoleh keturunan dan Hyumi selalu percaya itu, dia akan hamil suatu hari nanti. Tapi ada yang membuat Hyumi prihatin padanya, suami Jiyeon harus pergi untuk selamanya saat usia kandungan Jiyeon berumur 3 Bulan. Hyumi menghampiri meja kerja Jiyeon. Dan berdiri di pinggir meja wanita itu."Eonni kau sudah sarapan?." "Sudah, kau sendiri." "Aku juga sudah." "Aku yakin dia pasti akan lahir dengan sehat."Ucap Hyumi ketika melihat Jiyeon yang tersenyum ketika mengelus perut buncitnya. "Gomawo... Oh ya, gwenchana?."(Terima kasih, Kau baik-baik saja) "Kau juga pasti terluka."ucap Jiyeon lirih. "Wanita mana yang tidak akan terluka."ucap Hyumi dengan senyum kecil di wajahnya. "Aku kagum padamu."ucap Jiyeon seraya memandang Hyumi. "Kau masih bisa tersenyum dengan begitu tulus walau hatimu sedang terluka." Hyumi tersenyum, wajahnya tertunduk lalu mengalihkan arah pandangnya ke arah lain. "Hanya karena satu kelopak bunga Mawar mati bukan berarti kelopak yang lain tidak bisa bermekaran kan,"Hyumi kembali memandang Jiyeon dan kembali tersenyum."Senyumku tidak akan pernah pudar hanya karena hatiku yang terluka." "Aku selalu beharap dapat menjadi wanita yang kuat sepertimu"ucapan Jiyeon membuat hati Hyumi tersentuh.  "Eonni."gumam Hyumi. Hyumi merasa ingin menangis. Ia tak sekuat itu. Ucapan Jiyeon terasa begitu berlebihan untuknya.  "EONNIIIIIII."teriak Chaerin dari pintu masuk.Hyumi mengalihkan pandangannya dan menunjukan mimik wajah protes. "Kenapa pake teriak segala-eoh."oceh Hyumi yang membuat wanita berkaca mata itu menunjukan cengirannya. "Aku tidak terlambat kan, ahh.. Aku berlari dari Halte kemari lelahnya, Jung ahjumma belum datang kan, aku takut kena omelannya."ucap Chaerin panjang lebar. "Kau ini."decak Jiyeon. "PAGIIIII".Ketiga orang itu menoleh ke arah Pintu, di sana ada Jung ahjumma, si pemilik butik.Dia baru saja datang, Charin menghembuskan nafas lega. Ia merasa beruntung hari ini. "Untung saja aku datang sebelum nenek sihir itu"gumam Chaerin. "Hush"Hyumi melototkan matanya ke arah Chaerin. "Hyumi-Ya..... " "Nde."(Ya) jawab Hyumi seraya kembali melihat ke arah Jung ahjumma. "Kau bersiaplah kita akan kedatangan seorang tamu penting, dia meminta kita untuk membuat baju nya dan aku percayakan pekerjaan ini padamu."ucapnya panjang lebar. "Naega?."(Aku) ucap Hyumi terkejut. "Ne (Ya)...kau tidak mau?." "A... Ani (Tidak), aku mau aku bersedia melakukannya." "Good, dia sedang di jalan, sebentar lagi datang, bersiaplah" Jung ahjumma masuk ke dalam ruang pribadinya. "Sudahlah cepat mulai bekerja."ucap Jiyeon dan membuat kedua orang itu kembali ke tempatnya. *** TING// Pintu terbuka seseorang masuk dari sana, dua orang pria berstelan jas rapih, terlihat bagitu kaya dan mempunyai Wibawa yang cukup tinggi. "Presdir tunggu di sini sebentar, aku akan menemui sang pemilik."Pria itu mengangguk dan membuat sang bawahan pergi meninggalkannya sendirian. Pria itu bernama Jeon Jongguk seorang presdir dari Perusahaan Game ternama di Korea, mereka mau meminta jasa dari Butik ini untuk mengurusi baju-bajunya mengingat Butik lama yang menjadi langganannya menghianatinya dengan mencekik harga yang begitu fantastis dengan bahan yang mengecewakan. Jongguk melihat-lihat beberapa pakaian yang terpajang di sana, bahan dan modelnya cukup menyita perhatiannya, cukup bagus dan menarik. Langkah Jongguk terhenti saat mendapati seorang wanita yang tengah sibuk dengan sebuah gaun pernikahan. Wanita itu terlihat begitu serius memasang berbagai jarum dan merapikan gaun tersebut. Seakan terhipnotis, tatapannya tak bisa lepas dari sana. Wanita itu begitu mengunci perhatiannya. Wanita itu mundur beberapa langkah, memperhatikan secara detail gaun pernikahan di hadapannya, lalu berbalik dari sana. "Eoh."sedikit terkejut saat mendapati seorang pria yang tengah memperhatikan nya. Wanita itu membungkuk sedikit lalu berhambur dari sana. "Presdir ayo."Jongguk menoleh ke mangaer Han, asisten kepercayaannya. "Annyeong haseyo tuan Jeon, saya Jung Hyeri pemilik butik ini" "Silahkan lewat sini kita bicara di dalam." Jongguk mengikuti langkah Jung ahjumma menuju suatu ruangan yang Jongguk yakin itu ruangan pribadi sang wanita. "Silahkan duduk." Jongguk dan manager Han duduk di sofa yang berada di dalam ruang Jung ahjumma. "Tolong panggil Hyumi kemari."ucapnya pada sambungan telpon. Jung ahjumma bergabung untuk duduk di hadapan Jongguk dan manager Han. Tok... Tok... Tok... "Masuklah." Hyumi masuk ke dalam ruang Jung ahjumma. "Hyumi kau ingat tamu penting yang ku katakan tadi padamu"Hyumi mengangguk, mengiyakan perkataan Jung ahjumma. "Ini dia orangnya, duduk lah di sini."Hyumi mengambil tempat di samping Jung ahjumma. "Ini pegawai ku yang akan membuat baju presdir Jeon." "Annyeong haseyo choneun Park Hyu Mi imnida."ucap Hyumi seraya membungkuk sedikit. "Kalau begitu sekarang saja tubuh presdir di ukur."tawar Jung ahjumma. "Arraseo sekarang saja"ucap Jongguk mengiyakan. "Baiklah kalau begitu, presdir bisa ikut dengan saya." Hyumi berdiri diikuti oleh Jongguk hingga keluar ruangan Jung ahjumma dan masuk ke dalam ruang pengukuran baju. "Presdir Jeon bisa lepas jas mu sebentar agar aku bisa mengukur bajumu" "Panggil saja aku Jongguk." "Ah.. Mana boleh aku memanggilmu seperti itu." "Sungguh panggil saja aku Jongguk." Hyumi mengangguk lalu mulai mengukur tubuh Jongguk. Mata Jongguk tak pernah lepas dari Hyumi, wanita itu sungguh mengambil alih perhatiannya."Nona Park." "Panggil saja aku Hyumi." "Baiklah, Hyumi boleh aku mengenalmu lebih jauh lagi." Ucapan Jongguk sukses membuat Hyumi menghentikan aktifitasnya. Dan beralih menatap Jongguk tidak percaya. "Aku sungguh tertarik denganmu, apa boleh aku mengenalmu lebih jauh lagi?." Hyumi dan Jongguk saling bertatapan, wanita itu cukup terkejut dengan penuturan Jongguk. Mereka baru bertemu dan pria itu mengeluarkan kalimat yang cukup mengejutkannya. *** Hyumi yang sedang berjalan tiba-tiba menghentikan langkahnya. Sebuah notif berbunyi, Hyumi mengeluarkan ponsel dari tas kecil yang di pakainya. From. Yoogi. Eomma terus memintaku untuk cepat melakukannya agar Yoora cepat melahirkan anak untukku. Aku akan melakukannya malam ini, di rumah. Aku akan melakukannya dengan cepat. Aku harap kau jangan pulang dulu, aku tidak bisa melakukannya kalau kau ada di sini. Aku akan memberikan kabar kalau kami sudah selesai. Aku mencintaimu. Maafkan aku. Tubuh Hyumi mendadak terasa begitu lemas, tangannya bergetar, rasanya dia ingin membalas pesan tersebut tapi dia urungkan, tangannya terlalu sulit untuk sekedar menekan beberapa huruf hangul yang berada di ponselnya. Hyumi menaruh ponselnya di tas. Menghindari genggamannya yang akan terlepas pada ponsel yang sedang di genggamnya. "Kau mengatakannya saat aku akan sampai di rumah beberapa langkah lagi" Hyumi melanjutkan langkahnya, kini dia berdiri di depan pintu pagar, cukup ragu baginya. Tetap melangkah masuk atau menunggu di luar beberapa menit. "Tapi aku harus terbiasa, bukan hanya aku istrinya saat ini"gumamnya mantab. Berusaha menguatkan dirinya sendiri. Hyumi melangkah masuk dengan langkah ringan, agar tak menyebabkan suara sedikitpun. Rumah mereka berlantai 2, kamar Hyumi di lantai 2 sementara Yoora berada di lantai 1. Pergi menuju kamarnya berarti melewati kamar Yoora dan kini Hyumi tengah berdiri di depan pintu kamar Yoora. Mata Hyumi terpejam, mendengar suara desahan Yoora yang membuat sesuatu di dalam hatinya terasa begitu perih. Hyumi menggenggam kenop pintu kamar Yoora, terdiam di sana beberapa detik hingga akhirnya melepaskan kenop pintu itu dan berhambur keluar dari sana. *** Hyumi menyandarkan kepalanya pada tiang besi di Halte Bus.Rumahnya memang tak jauh dari tempat Halte Bus, dia memilih duduk di sana, terbengong seperti orang i***t yang begitu menyedihkan. Hyumi melirik jam tangan yang berada di lingkar tangan sebelah kananya. 21.20 KST. Kira-kira ini sudah 20 menit setelah Yoogi meminta ijin untuk menyetubuhi Yoora. Hatinya kembali terasa perih mengingat hal itu. Hyumi memejamkan matanya, mungkin dengan tidur dia akan lupa tentang masalahnya ini. Hyumi merasa tubuhnya terangkat, sungguh dia merasa baru saja terlelap, tapi tubuhnya kini malah terasa melayang apa ini mimpi. Mata Hyumi terbuka mendapati tubuhnya yang sedang di gendong oleh seseorang, Hyumi mengenali tubuh ini, aroma tubuhnya, sosok pria ini, pria yang sejak tadi memenuhi isi kepalanya. "Yoogi oppa, bagaimana kau tahu aku di sini?." "Tentu saja aku tahu di mana istriku suka menghabiskan waktunya jika sedang mau sendiri, Taman bermain, Pinggir Sungai Han dan Halte Bus." "Jangan segan untuk memelukku, aku sudah membersihkan tubuhku sebelum menjemputmu kemari." Hyumi terhenyak, Yoogi sadar dirinya memang sedikit segan, merasa sakit ketika sadar tubuh ini sudah memeluk wanita lain yang kini menjadi saingan terberatnya. Hyumi memeluk Yoogi, merasa tidak enak pada pria itu yang sadar akan pikirannya.Yoogi tersenyum walau senyuman itu lebih terlihat sebagai senyuman pedih. "Bagaimana rasanya?" "Heum" "Mendengar apa yang seharusnya tidak kau dengar, mengalami hal yang seharusnya tidak kau alami. Ini pasti begitu sulit untukmu kan?" Hyumi tersentak, Yoogi tahu akan kehadirannya tadi, bagaimana bisa."Kau tahu aku di sana?" "Kau kira aku bisa melakukannya, mata dan telingaku terbuka lebar untuk mendengar akan kehadiranmu di Rumah. Kalau saja tadi kau membuka pintunya, aku benar-benar akan menghentikan apa yang sedang aku lakukan"Hyumi terdiam dirinya hanya bisa mendengar penuturan Yoogi. "Eomma selalu saja meminta cucu, aku akan berikan secepatnya. Setelah dia hamil, lalu melahirkan. Aku akan minta bercerai, lalu kita berdua akan pergi dari sini, pergi yang jauh walau harus keujung dunia aku akan melakukannya, kita akan pergi berdua hidup bahagia tanpa ada yang mengusik kehidupan kita lagi" "Kau tega melakukan hal itu pada Yoora, apa kau tidak memikirkan bagaimana perasaannya nanti,dia pasti akan begitu terluka"ucap Hyumi lirih yang membuat Yoogi menghentikan langkahnya. "Aku bahkan sudah melukai perasaanmu, kau pikir aku akan memikirkan perasaannya setelah ini" "Aku mencintamu, dan selamanya perasaan itu akan tetap sama. Tidak ada yang akan berubah"    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD