Chapter 2

1054 Words
Hari yang indah di musim panas kali ini. Terlihat seorang gadis tengah duduk di sebuah taman bersama seorang pelayannya. Gadis itu mengingat sang ayah yang memilih hidup sendiri dan menjadi ayah sekaligus ibu untuknya. Membuat dirinya selalu menuruti kemauan sang ayah karena sudah mengurusnya sedari kecil, lagipula tidak ada salahnya, bukan?! "Sean," panggil Sakura yang memilih menatap langit biru di atasnya. "Ya, Nona Sakura," jawab Sean yang sedari tadi hanya diam mendampingi sang Nona. "Apakah aku salah, jika suatu saat nanti aku menentang keinginan Ayah?" tanya Sakura. "Jika itu hal buruk, Anda bisa menentangnya dan itu tidaklah salah. Jika itu hal baik Anda tidak boleh menentangnya walaupun Anda tidak menyukainya," jawab Sean sedikit terkejut dengan pertanyaan Sakura. "Begitukah?" Sean tidak lagi menjawab. "Kau tahu, Ayah selalu bekerja keras sejak aku masih kecil. Walau begitu, Ayah selalu menjadi yang terbaik untukku. Apa yang aku inginkan selalu dikabulkan. Apa Ayah menyayangiku?" lanjut Sakura. "Saya tidak perlu menjawab hal yang telah Anda pahami, Nona," jawab Sean, Sakura menundukkan kepalanya. Sakura yang selalu mendapatkan apa pun yang ia mau dari ayahnya tetap merasakan hal yang ganjil di hatinya. Ia merasakan perasaan aneh yang selalu ayahnya tunjukkan. Perasaan bersalah yang terlihat jelas di mata sang ayah. Sakura terdiam, pandangannya beralih menatap tanaman di depannya. Sean sedikit khawatir melihat tingkah Sakura saat ini. Dulu ia tidak pernah mempermasalahkan sikap ayahnya yang memanjakannya, namun kini ia sedikit berbeda. Sakura yang selalu ceria, baik dan suka menolong orang yang membutuhkannya. Selalu bersikap sopan dan santun di depan orang. Meskipun begitu, itu hanyalah topeng. Tidak ada satu pun yang tahu. Ia selalu berakting layaknya bidadari di hadapan semua orang. Tetapi ia akan menjadi dirinya sendiri saat ia menghakimi seseorang. Layaknya malaikat pencabut nyawa, ia akan mengantarkan orang lain ke alam kematian jika bermasalah dengannya. "Aku ... ingin dicintai dengan tulus," ucap Sakura dengan suara yang lirih, namun semua itu dapat didengar oleh Sean. 'Andai Anda tahu, Sakura. Aku sangat mencintaimu sejak dulu. Akan tetapi, cinta ini hanya akan membuatmu tersiksa dan memisahkan kita.' batin Sean. "Mengapa wajahmu sedih seperti itu?" tanya Sakura yang sesaat melirik wajah Sean yang berubah. "Ahh, tidak apa-apa, Nona," jawab Sean gugup. Sakura hanya diam. Ia tidak ingin menjawab ataupun bertanya apa-apa lagi. Baginya jika seseorang itu sudah berbohong maka tidak perlu ditanyakan lagi. Cukup diam dan lakukan hal yang benar. ~★~   Apa yang harus kulakukan? laporan-laporan ini, banyak sekali klien penting yang tiba-tiba menghilang dan semua asetnya diserahkan padaku. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Kurasakan aura dingin hingga menusuk tulang. 'Mereka ' datang ?” "Hai, Leon," sapa seseorang yang berada di sudut ruangan. Sayangnya di ruangan ini pencahayaan cukup kurang, jadi hanya menyisakan bayangan hitam. "Kau?!" ku sipitkan mataku menyesuaikan siapa yang datang. "Kenapa kau terkejut seperti itu?" lelaki itu menahan tawanya. "Aku sedang berpikir, beberapa klien pentingku tiba-tiba menghilang lalu semua hartanya diserahkan atas namaku. Apa ini perbuatanmu?" tanyaku. "Hahaha, Kau belum tahu apa pun, heh?" jawab lelaki itu melepas tawanya. "Aku tidak akan bertanya jika aku mengetahuinya," jawabku kesal. "Kau akan tahu nanti, saat ini belum saatnya kau mengetahuinya," jawabnya sambil mondar mandir di tempatnya. "Ouh ya?" "Sudahlah, saat ini aku tidak ingin bercanda," jawabnya lagi. "Kau sendiri yang tertawa. Apa mau mu? Sakura masih memiliki waktu, bukan?" jawabku kesal. "Tidak. Kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kami tidak ingin dia memiliki rasa kepada manusia lain. Cukup rasa cintanya hanya kepada kami," jawab lelaki itu. 'Apa yang baru saja ia katakan? 'mereka ' masih ingin mendapatkan rasa cinta dari Sakura? Aku rasa 'mereka ' tidak akan pernah mendapatkannya.' "Lalu?" tanyaku lagi. "Kami akan mengambilnya besok dan ia akan tinggal di dunia bawah bersama kami." Aku terkejut dengan jawaban yang ia berikan. "Tidak, berikan waktu 1 minggu lagi. Aku ingin membicarakan tentang ini terlebih dahulu." Aku memohon? ini sungguh memalukan. Tidak ada cara lain, apa pun akan ku lakukan untuk Sakura. Meskipun aku harus memohon dan mengemis kepada 'mereka '. "Baiklah. 1 minggu, dan kami langsung membawa Sakura. Tidak ada kompromi, kontrak kita akan selesai dan kau bahagia," jawab lelaki itu lalu pergi menghilang. Ini menyedihkan, harusnya aku tidak membuat kontrak seperti itu. Ku lempar semua barang-barang di hadapanku. Terlalu bodoh sampai membuat kontrak dengan 'mereka '. "Maafkan Ayah, Sakura." ~★~   Kali ini hanya 3 Pangeran yang berkumpul. Seperti biasa 'mereka ' selalu mengawasi gerak gerik Sakura maupun ayahnya. "Bagaimana? Kau sudah mengatakannya?" tanya pangeran 2. "Leon meminta waktu 1 minggu untuk mengatakan semua kepada Hime. Jadi, aku memberikannya, lagipula aku yakin, Hime akan menuruti perkataan Leon," jawab Pangeran 1. "Baiklah, lagipula aku ingin melihat reaksinya ketika harus menikah dengan 6 orang sekaligus. Hahahaha," jawab Pangeran 2. "Bagaimana dengan yang lain?" tanya Pangeran 1. "Kurasa mereka akan setuju," jawab Pangeran 3. "Lalu di mana mereka sekarang?" tanya Pangeran 2. "Kerajaan mereka sedikit memiliki masalah. Jadi, saat ini mereka sedang mengurusinya. Aku harap 1 minggu cukup untuk menyelesailan masalah mereka," jawab Pangeran 3. "Ku harap mereka memutuskan kontrak itu, sehingga sainganku untuk mendapatkan hati Hime meningkat beberapa persen," jawab Pangeran 2 sambil menyeringai. "Jangan harap, mereka bertiga berbahaya. Mendapatkan cinta Hime adalah prioritas mereka," kata Pangeran 3 sambil memukul kecil kepala Pangeran 2. Hime sebutan Sakura dari para pangeran iblis. Hime dengan artian lain adalah Putri. Sakura-Hime atau Putri Sakura, selain memanggil Sakura dengan 'calon istri' mereka juga memanggil Sakura dengan sebutan Hime. ~★~ Sakura selesai makan malam lalu duduk di sofa ruang tamu. Leonardo menghampiri Sakura dan duduk di kursi berhadapan dengan Sakura. "Sakura, Ayah ingin berbicara denganmu," kata Leonardo yang kini telah bersila gagah sambil menegakkan tubuhnya. "Apa itu, Ayah?" jawab Sakura sambil membenarkan posisi duduknya. "Kau akan ku jodohkan," jawab Leonardo. "Apa?! Ayah, jangan bercanda. Ini bukan zaman di mana orangtua menjodohkan anaknya, bukan? Lagipula orang itu pasti tidak memiliki rasa denganku." penolakan Sakura membuat Leonardo terkejut. Tidak pernah Sakura menolak permintaan ataupun perintah darinya. "Sakura, ini untuk kebaikan kita berdua," jawab Leonardo tegas. "Ayah, kumohon untuk kali ini saja kau mendengarkanku. Aku tidak mau dijodohkan." Sakura memohon dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku tidak bisa. Maafkan aku, Sakura. Kau harus tetap ikut dengan 'mereka ' 4 hari lagi," jawab Leonardo menunduk. "Apa maksud Ayah dengan 'mereka '?" Sakura sedikit bingung dengan perkataan ayahnya dengan menyebut 'mereka '. "Ya, kau akan menikah dengan 'mereka '. Kau harus menikah dengan 6 orang sekaligus," jawab Leonardo kembali menunduk. "A-apa?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD