Bab 45. Interograsi

1052 Words
Merasa terdesak Jason terdiam. Hening. Suasana terasa mencekam khususnya bagi Jason. Ia akhirnya berkata dengan susah payah, "bi...sa ..a..ku.... jel...askan." Sam tidak mengubrisnya. Ia memalingkan pandangan dari Jason, kemudian menatap kedua penjaga keamanan apartemen Castle.  "Ada info lainnya?" tanya Sam.  "Tidak ada." Kedua penjaga keamanan itu menjawab bersamaan. "Oke, terima kasih atas infonya. Kalau sewaktu-waktu ada yang ingin kalian sampaikan lagi bisa hubungi aku," ujar Sam. Merekapun bertukar nomor Handphone. Sam dan Jason pergi berlalu dari tempat itu dengan tangan Sam mencengkram erat lengan Jason. Dengan Jalan terseret sedikit jinjit Jason terpaksa mengikuti langkah kaki Sam yang lebar-lebar. Sesekali ia berteriak kesakitan.  'Kelewatan, ini sungguh kelewatan,' gumam Jason. Namun ia tidak berdaya melawan polisi semaunya seperti Sam. Sesampai di mobil, Sam mengeluarkan borgol belum sempat Jason mengelak, satu tangan Jason sudah terborgol yang digantungkan pada handgrip. "Apa-apaan ini Sam," ujar Jason. "Diamlah," jawab Sam sambil mengemudikan mobil. "Aku jelaskan Sam," ujar Jason mengiba. "Jelaskan saja nanti di kantor dasar b*****h. Aku tahu ada yang tidak beres pada dirimu," maki Sam. "Oh Tuhan, bukan aku pelakunya. Aku berani bersumpah," ratap Jason. "Jangan bawa-bawa Tuhan," geram Sam. Dengan kedua tangan terborgol Jason memasuki kantor polisi Prisscot utara. Ia digiring masuk ke dalam ruangan divisi pembunuhan. Ia di dudukan ke ruangan interogasi dimana terdapat kaca  sebagai pembatas antar ruangan. Kaca tersebut hanya tembus pandang dari satu sisi saja, sedangkan sisi lainnya  melihat layaknya sebuah cermin. Salah satu sisi kaca ditutupi dengan lapisan reflektif yang sangat tipis. Lapisan tersebut membuat setengah dari cahaya yang datang ke cermin dua arah terpantul dan hanya meloloskan setengah dari cahaya yang datang sehingga tampak memantul. Sam menunggu Bruce di ruangan gelap meninggalkan Jason di ruangan terang sendiri.  "Ada apa ini." Bruce terkejut melihat Jason berada di ruangan interograsi. Ia bertanya pada Sam yang tengah duduk mengamati Jason. Sementara Mod masih mengekor dengan setia di belakang Bruce. "Kenapa dia di situ?" Bruce bertanya lagi ia memandang ke sekeliling. Sagitany mengangkat bahu dan tangannya serta mengernyitkan dahi dan memonyongkan mulutnya. Ia memberi isyarat tidak tahu.  "Tanyakan pada Sam, Bruce. Sepertinya selamanya aku tidak akan pernah tahu isi kepala Sam," ujar Sagi. "Bagaimana Sagi sudah dapat CCTV yang aku minta?" tanya Bruce merasa tidak mendapat jawaban Sam.  "Dapat Bruce, memang ada Jeep Cherokee hitam pada jam-jam itu, namun aku kehilangan jejak setelahnya." Sagi menunjukan pada Bruce rekaman CCTV-nya. Terlihat Jeep Cherokee melaju dari Sugarland Club menuju apartemen Castle mengikuti jalannya taksi. Setelahnya ia berputar-putar di tengah kota Prisscot utara. Selanjutnya ia melaju ke daerah ibukota Prisscot yang terdapat di bagian selatan.  "Oke, terima kasih Sagi," ujar Bruce. Bruce berjalan menuju Sam. Ia baru menyadari Mod masih setia di belakangnya.  "Mod terima kasih, sekarang pulanglah. Sepertinya untuk minggu ini sudah cukup, kamu bisa cuti." Mod memandang Bruce tidak percaya. "Ya kita sudah mendapatkan sketsa yang sesuai," ujar Bruce lagi. Mod serasa ingin menggaruk-garuk tanah.  'Ah!' gumamnya. Ia butuh pekerjaan yang lebih teratur, yang terjadwal. Menjadi pengajar sepertinya menarik. Ia sangat suka keteraturan. "Oke Bruce, thanks." Kata-kata yang keluar dari mulut Mod. Ia sendiri merasa tidak percaya. Harusnya kata-kata umpatan. Namun begitu ia teringat wajah gadis cantik yang hilang itu, ia merasa hidupnya lebih baik. Biarlah ia harus terombang-ambing antara cuti atau tidak. Ia mengutuk tindak kejahatan yang dilakukan pelaku dan berharap semoga gadis cantik itu baik-baik saja. Semoga Bruce segera menemukan gadis itu dalam keadaan hidup dan orang jahat yang menyusahkan hidup banyak orang itu bisa mendapat ganjaran yang berat. Membusuk di penjara, lebih baik. Mod melangkah dengan gontai meninggalkan ruangan divisi pembunuhan. "Hei ada apa ini?"tanya Bruce sambil memegang pundak kanan Sam. "Kedua penjaga keamanan apartemen Castle mengatakan bahwa melihat dia mondar-mandir di apartemen Amy," ujar Sam sambil menunjuk Jason yang berjalan mondar mandir di sebelah ruangan. "Jam berapa?" tanya Bruce. "Siang hari dan malam hari setelah mengantarkan Amy dari club, ia terlihat berjalan lagi, menaiki lift menuju unit Amy," ujar Sam. "Coba kutanya," ujar Bruce. Ia membuka pintu ruangan di mana terdapat Jason. "Oh Bruce, tolonglah. Percayalah padaku, bukan aku pelakunya. Sam menggila," rintih Jason.  "Kenapa kamu balik lagi ke unit Amy?" tanya Bruce dengan tatapan penuh selidik. "Aku lupa pada syal cokelatku. Udara dingin di luar membuatku teringat hal itu dan naik ke atas lagi untuk mengambilnya." "Kalau siang harinya, kenapa kamu mondar mandir di sekitar situ?"  "Aku memang menyewa apartemen itu untuk Amy. Siang hari aku mengecek apartemen itu, menyuruh orang untuk membersihkannya dan mereset keamanan kunci otomatis unit Amy." "Bagaimana dengan Amy, apakah dia ikut ke sana juga?" "Tidak, dia tidak ikut." "Bruce, please percayalah padaku. Buat apa aku melapor ke kalian kalau Amy menghilang kalau aku sendiri pelakunya. Lebih baik aku diam saja kan kalau aku pelakunya." Bruce diam. Tak bergeming. "Kumohon, kejar pelakunya itu. Dia di luar sana bersama Amy-ku," rengek Jason. Bruce keluar ruangan, meninggalkan Jason sendirian. Ia bertanya pada Sam, "mana video rekaman CCTV-nya Sam?" "Apakah Jason terekam keluar dari apartemen Castle bersama dengan Amy?"  "Tidak..." "Tidak tahu Bruce, rekaman itu hilang," Sam mengiba. "Apa maksudmu?" "Tidak ada CD rekaman tanggal kemarin, CD itu hilang." "Sial, pelakunya bukan orang yang perhitungan, apa yang membuatmu curiga pada Jason hanya karena dia mondar-mandir di apartemen Amy?" "Dia...dia menyebalkan." Sam kesulitan menjelaskan firasatnya. Karena hal itu hanya firasat sehingga ia tidak bisa membuktikan fakta yang lebih akurat. "Oh, itu tidak cukup bukti Sam." Sam geram. Ia bergerak maju mendekati ruangan Jason dan memasukinya. "Hei, pria m***m, di mana kamu sembunyikan Amy? Jawablah!" Sam mencengkram kerah baju Jason. Jason megap-megap. Ia terkejut dengan serangan mendadak Sam. Setelah susah payah Jason hanya dapat membuka mulutnya  "O a o a o a o," ia berkata. "Apa yang mau kamu katakan? cepat di mana Amy?" "Aku tidak tahu." Akhirnya Jason berhasil mengucapkan beberapa patah kata. "Huh," Sam memukul keras meja. Ia berlalu dari hadapan Jason. Jason memegang kepalanya dan menutup wajahnya. Ia sangat lelah.  "b******n itu tidak mau memberikan jawabannya," kesal Sam. "Karena ia tidak tahu jawabannya," ujar Bruce. Bruce membuka pintu dan melongokan kepala ke dalam ruang sebelah. "Kamu punya copian ID card Amy?" tanya Bruce pada Jason. Ia masih membenamkan kepalanya. "Tidak ada di aku..." ujar Jason sambil memantap Bruce. "Ada di dompet Amy. Di kamarnya, aku bisa mengambilnya Bruce." Jason melihat perubahan raut wajah Bruce kemudian ia berkata, "ee..eh kalau kamu keberatan, bisa kamu atau si gila Sam yang mengambilnya. Aku punya kunci duplikat Amy dan hapal sandinya." "Selain kamu adakah orang lain yang tahu kunci unit Amy?" Jason mengangkat bahunya.  "Kalau duplikat kunci aku rasa tidak mungkin. Aku hanya membuatnya dua. Tidak ada waktu buat Amy untuk menggandakannya lagi," ujar Jason. "Oh jangan bilang kamu menuduhku juga seperti si Sam. Aku sama sekali tidak tahu. Demi Tuhan," ujar Jason dengan raut wajah penuh derita.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD