Bab 8. TKP Chyrstal

1094 Words
Musim Gugur 13 Oktober 2005                Di belahan kota Prisscot yang lain... Opsir Sam Hunt menutupi hidungnya saat berada di TKP siang ini. Cuaca panas dan terik matahari yang menerobos pintu dan jendela apartemen yang menghadap ke pantai ini tidak mampu menghalau bau menyengat khas. Terutama Opsir Sam yang baru bertugas di unit pembunuhan. Berayahkan seorang polisi dengan pangkat tinggi. Membuat banyak polisi lain iri. Adanya rumor promosi. Dimana menurut desas-desus sebentar lagi ia akan diangkat sebagai detektif tingkat satu. Kasus ini sangat tepat sebagai tiket yang membawanya pada kenaikan pangkat. Untuk itu ia harus berhasil mengungkap siapa pembunuh sialan ini. Bersama dengan seorang detektif senior-Detektif Bruce yang sudah tidak diragukan kemampuannya, tiket itu terasa sudah dalam genggamannya. Namun sebelum memikirkan itu, hal yang paling dasar yang harus Sam punya adalah ketahanan terhadap suasana TKP. Perutnya bergejolak setelah hidungnya dihantam bau di sekelilingnya itu. Selain dia, apartemen itu dipenuhi oleh unit forensik yang tengah bekerja menyisir TKP. Mereka mencari sidik jari, memotret, memeriksa percikan darah, serta memasukan potongan korban ke dalam kantung plastik yang tersegel. Korban dalam posisi telentang di ranjang sebagian besar masih utuh. Tidak berupa potongan-potongan daging. Hanya saja salah satu jarinya dipotong. Jari manisnya.             “Menarik,” ujar Kent dalam balutan seragam bertuliskan unit forensik Prisscot berwarna biru gelap. Ia berpenampilan seperti anak kuliahan memakai kacamata walau kerut-kerut tiga puluh tahunan akhir tercetak jelas di wajahnya.             “Sudah lama sekali tidak melihat yang seperti ini di Prisscot.” Saat ini merupakan penemuan mayat kedua yang memiliki pola identik. Jari manis yang dipotong. Sebagian besar kasus yang memiliki pola identik dalam periode jangka waktu yang berdekatan dapat dipastikan pelakunya orang yang sama. Kasus pertama terjadi selisih 19 hari. Detektif Bruce tengah berbincang dengan Kent, ketika Sam berlari menuju toilet. Ia menguras isi perutnya. ‘Oh  Schnitzel dengan salad dan kentang, sarapanku.'      “Dilihat dari kondisi mayatnya diperkirakan mati sekitar 48 jam yang lalu.” Ketika Sam sudah bergabung kembali bersama mereka.     “kamu harus membiasakan diri”     “Yeah”     ‘Bodoh betapa tololnya aku. Muntah dihari pertama bertemu detektif senior Bruce. Kesan pertama yang mengesankan. Aku masih begidik membayangkan baunya, campuran kotoran dan daging busuk serta beberapa tetes parfum murahan. Bau yang tidak bisa membuatmu lupa. Walau selama menjadi polisi junior terkadang berurusan dengan mayat, tetap saja tidak seperti saat ini. Berada dalam ruang tertutup dengan mayat yang sudah membusuk. Bagus. Dia akan meremehkanku. Sam si t***l. Aku harus tunjukan kemampuanku sebenarnya. Aku layak.’ Opsir Sam mendekati saksi yang pertama menemukan korban. Saksi kunci. Seorang pria berusia awal tiga puluh tahunan kurus dengan mata cekung. Berambut tipis. Ia terlihat kikuk dan bingung. 'Akan kutunjukan...akan kutunjukan pada mereka kalau aku sanggup dan layak diangkat sebagai detektif pembunuhan.'      "Kapan anda menemukan mayat korban"     "Saya lupa pastinya"     Pria itu mengernyitkan dahi. Berpikir.      "Tadi pagi saya memencet bel apartemen Chrystal. Tidak ada jawaban. Tercium aroma yang tidak enak di sekitar sini, namun masih belum curiga. Saya pikir ada bangkai hewan entah itu tikus ataupun sampah. Akhir-akhir ini memang pihak pengelola apartemen mengganti kontrak perusahaan pekerja jasa kebersihan. Mereka memutus kontrak dengan perusahaan pekerja jasa kebersihan yang lama diganti dengan petugas jasa kebersihan yang baru. Namun kerja mereka jelek. Sangat tidak bersih. Koridor penghubung unit apartemen dan lift yang tadinya wangi dan bersih saat ini kondisinya jauh dari kata layak. Banyak warga yang komplain mengenai itu, sayapun..." Opsir Sam sudah tidak sabar mendengar cerita panjang lebar dari orang yang ada dihadapannya. Segala omongan tidak penting yang tidak ada hubungannya dengan kematian Chrystal. Entah seperti apa wajah Chrystal, opsir Sam belum mengetahui secara jelas. Ia hanya mengingat bau mayatnya. Sudah beberapa tahun terakhir ini ia mengikuti perkembangan dunia kriminalitas di Prisscot. Lebih spesifiknya pembunuhan. Tidak ada pembunuhan yang berpola sama semacam serial killer seperti di film-film action. Pembunuhan yang terjadi di Prisscot selama ini hanya karena masalah pribadi, dimana korban dan pelaku pembunuhan merupakan orang yang saling mengenal. Bukan acak. Bukan jenis pembunuhan yang menarget para korbannya. Biasanya pembunuhan yang terjadi atas dasar cemburu antar sepasang kekasih baik yang sudah ataupun belum menikah. Bisa juga atas dasar dendam pribadi, sakit hati baik berupa hubungan percintaan maupun bisnis yang melibatkan uang.      "Aku tidak mau tahu itu," ujar opsir Sam memotong seketika penjelasan panjang lebar si pria kurus.     "Jam berapa pastinya kamu menemukannya," tegas Sam menunjukkan wibawanya.     "Sekitar satu jam yang lalu, saya langsung menelepon layanan pusat bantuan 911, kan sudah ada laporannya," ujarnya dengan menunjukan raut wajah tidak senang. Ketika mendengar perubahan nada bicara saksi kunci, detektif Bruce merubah fokus pendengaran. Awalnya ia mendengar dan menanggapi penjelasan forensik dari Kent, sekarang fokusnya beralih mengamati pembicaraan  opsir Sam dan sang saksi kunci. Memicingkan mata.     'Bodoh sekali dia,' ujar detektif Bruce dalam hati.     "Apakah ada orang lain?"     "Tidak...tidak ada, aku tidak tahu."     Opsir Sam terus mendesak saksi.     'Terus kamu desak dia sampai dia tidak mau menjawab apapun. Huh. Anak ingusan itu malah menanyai hal yang tidak berhubungan dan melewatkan hal yang penting.'     Opsir Sam mendesak saksi dengan nada keras mengintimidasi. Membuat saksi sebal setengah mati dan menutup diri.     Opsir Sam mengakhiri wawancara dengan ancaman.      'Terlambat kalau aku menginterupsi sekarang. Pria kurus itu sudah sebal dan tidak akan menjawab lagi'     "Terima kasih atas bantuanmu, sekarang kami harus membereskan kekacauan ini. Oh ya kamu tinggal di sebelah apartemen ini bukan? Kedepannya kami akan menghubungimu lagi untuk bisa menceritakan lebih detail hal-hal yang terjadi," ujar Detektif Bruce meremas pelan pundak pria kurus itu.    Opsir Sam mengumpat ketika pria kurus itu berlalu dari TKP, "Stupid moron."     "Semua orang akan bereaksi seperti itu. Itu reaksi wajar," ujar detektif Bruce sambil berlalu juga dari hadapan Sam yang saat ini berwajah seperti orang yang kena pukulan KO.     'Now what, aku salah lagi?'     'Pulanglah ke ketiak bapakmu,' geram Detektif Bruce sekali lagi dalam hati.  Opsir Sam memandangi korban. Saat ini dengan seksama.Ketika perutnya kosong, Sam merasa enteng untuk dapat melihat mayat korban pembunuhan. Ia mengamati korban merupakan seorang gadis berumur 15 tahun. Memiliki rambut pirang terang. Ceceran potongan rambut pirangnya tersebar disekitar ranjang. Rambutnya dipotong serampangan. berantakan. sangat berantakan. Sungguh merepotkan petugas forensik. Menurut Kent ada segengam potongan rambut yang hilang. Sepertinya dijadikan koleksi si pembunuh berantai.   Di leher korban terdapat bekas luka jeratan tali. Berukuran seukuran tali tampar dimana talinya sudah tidak ada di TKP. Pelaku membawa kembali. Korban meninggal karena terhentinya darah mengalir ke otak sehingga menyebabkan supply oksigen ke otak berhenti. Korban kehilangan kesadaran dibawah tujuh detik setelah itu lima menit pencekikan meninggal. ‘Sepertinya aku mengenalnya...aku pernah melihatnya dimana ya...seseorang yang dekat’ “Astaga, dia Jessica Greene, anak wakil walikota, kenapa dia bisa dipanggil Chrystal,” ujar Sam. “Kamu yakin?’ “Seratus persen.” “Bersiap untuk tekanan. Sebentar lagi Pers akan memberondong kita.” “Iya kasus ini bukan lagi kasus pembunuhan p*****r dibawah umur.” “Kenapa anak walikota berpakaian seperti itu.” “Akan kuceritakan.”          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD