Bab 20. Sayonara Angel

1035 Words
                                                                                          JEFF Sialan. Menyebalkan. Kenapa? Kenapa Angel? Tega sekali berkata kejam seperti itu kepada Jeff. Cowok setampan sejagat raya. Masa cowok sepertiku disamakan dengan Andy. Milih Andy pula. Oh My God. Sudah mau kiamat kayaknya. Andy berdiri di depanku sambil tertawa, "kepala udang si Mike." Ia berbicara dengan si t***l Bob. Tiba-tiba aku membayangkan cowok berjerawat, berkacamata itu b******u dengan Angel. Angel melumat bibir tebal Andy. Andy meraba d**a Angel. Hueeks. Menjijikan.  "Bocah t***l, pergi jauh dari hadapanku!" hardikku pada Andy. Ia terbirit-b***t berlalu dariku. "Enyah lah, kau," ujarku lagi. "Pergi ke neraka sana!" Ia tidak menjawab. Bob keheranan. Menepuk d**a kurus Andy, "kenapa dia marah sekali padamu?" "Kamu habis berbuat apa?" tanya Bob kepada Andy yang memucat. Dalam bayanganku lagi si cantik Angel melepaskan pelukan dari Andy. Perlahan, ia berjalan dengan kaki telanjang. Bertingkah bak peragawati, satu kaki di depan kaki lainnya. Ia memasang ekspresi wajah yang terfokus, anggun, langkah yang berirama dan percaya diri. Mendekatiku. Aku yang sedang terikat.  Ia mendekatiku. Membelai rambutku. Memainkan rambutnya. Menyisir rambutku dengan tangan lentiknya. Mendekatkan tubuh seksinya kepadaku. Dadanya menempel di separuh wajahku. Kemudian ia berbisik padaku, "Sadar... Sadar lah Jeff." "Jeff...Halo." Mendadak suara Angel menjadi ngebass. Lamunanku buyar. Si k*****t George berteriak di telingaku. George nyengir. Sudut bibir kananku reflek terangkat ke atas. Ia bergaya petantang-petenteng, dengan dua lengannya digelandoti dua cewek. Clara dan Thania. Alamak. Sudah jago dia. Berlagak raja minyak. "Mana Lucy?" tanyaku."Dia sedang sensitif," ujar Clara. "Kenapa dia?" "Aku tidak tahu. Dia marah-marah sedari tadi. Dia tidak mau ikut kita nonton film Batman Begins," ujar Thania. "Habis berantem denganmu ya George?" "Yah begitulah wanita. Terkadang aku tidak tahu apa maunya," ujar George. "Biarkan saja paling sebentar lagi merengek minta ikut," ujar Thania. "Ayo, kamu sudah beli tiketnya kan?" tanya Clara. "Sudah ini." Kuberikan empat tiket pada George. George menatapku setengah bingung, setelah ia melihat tiket yang kuberikan padanya. "Kenapa kamu bingung, dasar LOL," ujarku. "Pertama kenapa kamu berikan padaku, kedua kenapa empat tiket?" "Kamu tidak ikut? Angel mana? Dia juga tidak ikut?" tanya George lagi.  "Ha? Angel? menjijikan," pekik Clara. "Aku tidak suka kalau dia dekat-dekat kita," cetus Thania. "Dia itu si sakit, crazy B*tch," omel Thania lagi. "Yup si ego maniak," ujar Clara. "Tidak kalian bertiga bersenang-senanglah." Rencananya sih aku mengajak mereka semua nonton bersama agar Angel dan para anggota cheerleader bisa berdamai. Berteman kembali. Mulia sekali ya niatku. Niat muliaku diinjak-injak oleh Angel. Huaaa...sakiiit...sakiiit...sakiit. Angel. Bisa-bisanya kamu menghancurkan niat baikku. Tiket untuk Angel sudah aku sobek-sobek. Sebal.  Aku mengakui dia memang cantik. Tapi sungguh terlalu. Angel Lorianne Harris. Kenapa nama itu selalu terngiang di kepalaku. Masih teringat sewaktu pesta dadakan di rumahku dulu. Teringat Angel dalam balutan kostum bidadari. Dengan sayap putih dan bando bulatan putih di kepalanya. Rok tipis selututnya yang mudah tersibak. Badan seksinya mengganggu malam-malamku. Sial. Aku menginginkannya.  "Hey Jeff, ayolah kita nonton," ujar Thania dengan suara dibuat-buat imut. Ia melepaskan rangkulan George dan hendak berlabuh ke d**a kotak-kotakku. Sebelum ia melakukan itu, tanganku membentuk pertahanan. Seperti Super Ranger yang hendak mengeluarkan jurus. Ciaaaat... Tidak bisa s****l. Ia memayunkan bibir, paham dengan aksiku. Ia berkata kali ini dengan desah putus asanya, "Jangan bilang kamu tidak ikut nonton karena Angel menolak nonton." "Yup, pintar, tumben," aku tertawa. Ha  ha ha, dia memutar badan dengan helaan nafas panjang kemudian berkata, "aku tidak mau dengar," kali ini sambil menutup kupingnya. Cuih. terlalu berlebihan. Dasar drama queen. Dia pikir, dia lebih baik dibanding Angelku. Oh Angelku. Andai aku bisa menyebutnya terus begitu. Terus menjadi Angelku. Huaaa. Aku pria yang dicampakkan. "Kamu beneran tidak ikut?" tanya George dengan tangan berkacak pinggang. Mukanya pongah. Dengan dua cewek seksi menggelendotinya. Belum tahu, aku sudah tahu rasa mereka. Hiyaaak. "Okay, adios amigos," ujar George.  "Ya, pergilah kalian jauh-jauh," jawabku melambaikan tangan, memalingkan muka. Thania menghentakkan satu kakinya di tanah. Kesal. Clara tertawa. Menertawai Thania, agaknya. Merekapun berlalu. "Bagus pergilah kalian semua." Aku melangkahkan kaki hendak pulang. Melewati lapangan basket. Terdengar lirih. Suara tangisan wanita. Brrrr. Horor. Dengan penasaran aku beranikan diri, celingukan mendekati sumber suara itu berasal. Gadis berambut pirang duduk setengah berjongkok. Menelungkupkan kepala. Siapa dia? Mengenakan kemeja putih ketat dengan bawahannya rok kostum cheerleader. Kepalanya naik turun sesenggukan. Waduh kasian sekali. Tas Cokelat tua dengan banyak gantungan. Aku mengenalnya. Aku berjongkok. Mengangkat wajahnya. Ia masih menangis. Tangisannya mengingatkanku pada kejadian di malam aku mengadakan pesta dadakan. Angel. Menangis trauma atas kelakuanku.  "Jeff..." lirihnya. "Ssst...sudahlah," aku peluk tubuhnya. Aku bantu memapahnya berdiri. Ia masih sesenggukan. Ia senderkan kepalanya di dadaku. Aku malah menuntunnya ke ruangan rahasia. Gudang yang tidak terpakai. Aku mendudukannya di atas kursi empuk sialan. Sementara aku berjongkok. Aku usap air matanya. Memegang pipinya dengan kedua tangan. Kali ini sudah berhenti tangisnya. Aku cium bibir merah mudanya. Rasanya asin sedikit bercampur air mata. Ia menarik kepalaku. Mendekatkan padanya. Aku memiringkan kepalaku, hendak menciuminya lebih dalam agar tidak terbentur hidung. Ia meremas rambutku. Memainkannya. Sepertinya ia merasa kepanasan. Ia membuka kemeja putih ketatnya. Memperlihatkan asetnya. Aku tersenyum. Well memang tidak ada yang menyenangkan di dunia ini selain menyetubuhi gadis-gadis. Gadis yang cantik tentunya.  Kami berdua saling serang sampai aku mendengar seseorang berjalan menuju kemari.  "Hey hentikan, ada seseorang." Bukannya berhenti, cewek di pelukanku ini malah menjadi. Dan betul saja, seseorang itu makin mendekat dan melongokan kepala melihat kami berdua. 'Angel, Kamu kah itu?' seketika mataku bertatapan langsung dengan orang yang melihat kelakuan mesumku. Aku berdirikan gadis yang sedang dimabuk kepayang. "Oh hai, Angel," sapa gadis itu. Akward. Totally messed up. Gadis t***l ini malah mendekati Angel masih dengan baju yang amburadul. "Kalian sudah putus bukan. Aku tidak bermaksud. Aku kira sudah putus, eh memang sudah putus ya. Karena kalian sudah putus, aku mau melakukan ini. Tidak ada niatan cheating darimu. Betul kok. By the way, aku juga sudah putus dengan George. Dia menyebalkan. Tidak memahamiku. Aku sudah capek melihat isi ponselnya. Penuh dengan chat genit dengan wanita." Angel diam saja. Menatap penuh kebingungan pada Lucy dan aku.  "It's Okay, fine...lanjutkanlah," ujar Angel dengan susah payah karena keterkejutannya. Angel segera pergi berlalu dari kami berdua. Aku juga terkejut entah dorongan apa aku begini dengan Lucy. Cewek setengah otak.  "Apa dia marah?" tanya Lucy padaku. "I dont f*cking know," ujarku pada Lucy. Meninggalkannya sendiri. "Hey Jeff tunggu," terbirit-b***t ia mengejarku. "Kemana perginya ya si Angel, sial"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD