Bab 2

1226 Words
Sore ini, Dian mengetuk pintu kamar Kara perlahan. "Kara!" Tidak ada jawaban. Dian mengembuskan napasnya, berusaha sabar."Kara... are you okay? Kamu belum sarapan dan makan siang," teriak Dian. Kara mendengar suara Dian, tapi ia malas untuk bangkit dan membuka pintu. Pintu kamarnya tidak dikunci sejak semalam. Tapi memang kebiasaan di rumah ini adalah harus mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk. Berlaku untuk siapa pun. "Kar, kakak buka, ya." Dian menyentuh pintu dan terbuka. Dian menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Kara meringkuk di atas tempat tidur. Kara berusaha tersenyum saat Dian menatapnya. "Hei, enggak makan enggak bakalan bikin semuanya kembali. Biarkan semuanya berlalu, girls," kata Dian yang kemudian ikut bergabung di atas tempat tidur. Kara mengubah posisinya. Kini ia duduk."Rian sudah menikah, Kak." Dian mendengarkan Kara dengan saksama. Ia sudah tahu tentang itu. Namun, ia berusaha menjadi kakak yang baik. Mendengarkan curhatan Kara. "Rian selingkuh, dia pacaran sama perempuan lain sejak tujuh bulan yang lalu. Padahal kita sudah setahun lebih pacaran. Perempuan itu hamil. Rian menikahinya." Mendadak kepala Kara jadi pening mengingat semua itu. "Yah..  sebenarnya aku sudah tahu lama, Kar. Aku sering bilang ke kamu, kan, masalah Rian. Tapi, kamu tetap ngebelain Rian." Dian membuang wajahnya. "Maaf, Kak, aku enggak percaya waktu itu. Sekarang aku sudah dengar dari mulut Rian sendiri. Rian itu b******k! m***m!" Ucapan Kara membuat Dian tergelak."m***m? Maksudnya?" "Coba bayangin,Kak, dia itu selingkuh karena aku enggak bisa kasih itu ke dia. Aku enggak bisa ditidurin seperti Mia itu," ucap Kara kesal. Dian menahan tawanya, adiknya itu memang lucu. Dirinya saja tidak bisa menahan hasratnya untuk bercinta. Apalagi pria. Wajar jika Rian tidak kuat untuk menjalani hubungan jarak jauh. Tapi, Dian hanya menyimpan kata-kata itu dalam hatinya. Ia tidak ingin membuat Kara tersinggung. "Well, sekarang kamu sudah tahu Rian b******k! Ngapain ditangisin! Rugi!" "Kesel, kak!" Balas Kara sambil sedikit berteriak. "Eh, udah deh mendingan, ya, sekarang makan! Ini udah sore, ya, Kara!" Dian menarik Kara agar mau bangkit dari tempat tidur. "Aku belum lapar, Kak," rengek Kara. "Jangan sampai kamu sakit, ya? Mama sama Papa enggak ada di rumah. Nanti aku yang ditanyain. Terus kujawab apa? Kara ditinggal kawin gitu?" Dian menepuk jidatnya. "Oke. Aku makan. Ada makanan apa?" tanya Kara. Ia harus mengalah karena tak ingin Mama dan Papa mendengar kabar dirinya tengah sakit akibat tidak makan. "Kesukaanmu," jawab Dian mengiringi langkah Kara. Kara melirik curiga."Tumben, kakak mau beliin itu.” Dian terkekeh."Aku ini, kakak yang baik, Kara. Aku tahu..  kamu lagi patah hati...." Kara melengos pergi, perutnya mendadak keroncongan. Ia sudah tak sabar melahap makanan kesukaannya. Kara pergi ke dapur, di meja makanan sudah tersaji dengan rapi. "Makan, lah. Abis ini, kita shopping, ya," kata Dian sambil memainkan ponselnya. Kara mengangguk, tak banyak yang ingin ia katakan. Saat ini ia sangat lapar. Dian memaksa Kara segera mandi setelah makan. Dian berniat mengajak Kara ke sebuah pusat perbelanjaan membeli beberapa barang. Kara menurut saja, sebab ia tahu pasti Dian ingin membuatnya lupa dengan masalah yang kini tengah menimpanya. Sesampai di sebuah Mall, Dian memasuki sebuah toko khusus pakaian dalam wanita. Kara melihat-lihat berbagai macam jenis pakaian dalam yang tergantung di sana. "Bagus enggak, Kar?" Dian mengangkat sebuah lingerie jaring-jaring di atas lutut berwarna merah maroon. Dengan renda di belahan d**a dan bawah. "Bagus, Kak, tapi belahan dadanya terlalu turun. Terus... ini menerawang banget," kata Kara geli. Ia tak bisa membayangkan seandainya dirinya yang memakai lingerie itu. "Masa, sih? Ini bagus. Aku ambil ini aja." Dian sibuk memilih sementara Kara hanya melihat-lihat saja. Dian membawa sepuluh pasang underwear two piece, lima lingerie, dan enam tanktop ke kasir dan segera membayarnya. Kara cuek saja dengan apa yang dibeli Dian. Dian memang suka berlibur ke pantai, karena dia juga merupakan salah satu tourguide di kota ini. "Sudah, ayuk. Bantuin bawa, ya!" Dian menyerahkan paperbag kepada Kara. Kara mengangguk seperti orang bego. Lebih tepatnya saat ini ia memang sedang bego akibat kekasihnya itu. Dian memasuki sebuah toko, di sana ratusan dress bergantung dengan indah. Kara terkagum-kagum dengan desainnya. "Kamu mau? Pilih aja. Aku beliin," kata Dian yang kemudian sibuk memilih. Kara menitipkan paperbagnya pada kasir. Lalu, ia ikut memilih sebuah dress. Kara memilih sebuah dress selutut. Sangat indah. Kara sangat menyukainya. "Kara, bagus?" Dian mengangkat dua buah dress. Kara menggeleng tak setuju."Ter-la-lu seksi. Itu sepaha, Kak." Dian terkekeh saja. Ia sudah tahu kalau Kara bakalan bilang seperti itu. Tapi, ia tetap membelinya. Dian memilih empat dress, dua panjang, dua pendek. Kemudian ia membayarnya. "Ada lagi, Kak?" Tanya Kara saat Dian berhenti di sebuah toko." Dian mengangguk."Iya, dong. Masih banyak. Ini mau cari kaos sama hotpants. Pokoknya ikutin aja kamu juga boleh ikutan pilih, kok." Kara mengangguk saja. Toh, dia juga dapat gratisan dari Dian. Lumayan untuk menambah koleksinya. Apalagi selera Dian adalah barang-barang branded. Empat jam mereka menghabiskan waktu di Mall itu. Dian belanja dalam jumlah yang sangat besar. Lima buah kaos ketat yang pendeknya seperut, beserta hotpants. Kemudian dua sandal jepit serta tiga higheels. Kara hanya bisa geleng-geleng kepala dibuatnya. Mereka tampak kelelahan. Apalagi Kara yang sesari tadi berdiam diri memperhatikan Dian. "Makan dulu, Kak, lapar," kata Kara. Dian mengangguk setuju. Kini ia sudah puas dengan hasil hari ini. Semua kebutuhan sudah lengkap. Tinggal bagaimana caranya agar Kara mau pergi ke Love Island, mengikuti acara pencarian cinta sejati. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk Kara, karena hanya orang-orang dari kalangan tertentu yang bisa masuk ke sana. Beberapa hari ini, Kara masih suka berdiam diri di kamarnya. Dian memberanikan diri mengajak Kara bicara mengenai Love island. "Kara!" "Hei, Kak. Aku pikir kakak sudah pergi," balas Kara sambil meletakkan majalah yang sedang dibacanya. "Iya, besok rencananya. Oh iya, Kar... kamu tahu soal Love island?" Tanya Dian. "Love Island? Apa itu?" Kara mengerutkan dahinya bingung. "Sudah kuduga. Masa kamu tidak tahu? Itu pulau impian semua wanita. Tidak semua orang bisa ke sana, Kar," jelas Dian dengan semangat. "Oh iya? Seperti apa pulau itu?" Tanya Kara antusias. "Pulau kecil dengan laut yang biru kehijauan, pasir yang putih bersih, di sana ada hotel mewah, salon, spa, butik, semua deh ada. Dan... kalau kamu sudah masuk di sana, semua fasilitas itu bisa kamu nikmatin gratis." Mata Kara berbinar."Beneran, Kak? Terus cara masuk ke sana gimana? Kakak udah pernah ke sana, ya?" Dian menggaruk kepalanya. Ia terpaksa harus berbohong."iya sudah. Makanya... kakak bisa cerita." "Cara masuknya gimana? Kan kakak bilang enggak semua orang bisa ke sana." Senyumdevil Dian mengembang. “Caranya gampang. Kamu cukup punya tiket emas. Di sana tertulis Love island. Sayangnya enggak semua orang bisa dapatkan itu. Tapi kakak punya!" Dian mengibaskan tiket itu ke hadapan  Kara. "Di sana ngapain aja?" Tanya Kara. Dian berdehem." Di sana nanti, kamu akan bersama dengan peserta yang lain. Yang punya tiket ini juga. Nanti kamu bisa kenalan di sana. Pokoknya nanti kamu ngerti deh, gimana di sana." Kara mengangguk semangat."aku mau, Kak." Dian berteriak dalam hati. Akhirnya Kara mau. membujuk Kara tak sesulit yang ia bayangkan. Ia memeluk Kara dengan riang. "Ya sudah..  masalah pakaian biar kakak yang packing, kamu siapkan diri aja. Handphone, charger jangan lupa. Terus kuota yang banyak. Oke!" Kara mengangguk senang, akhirnya ia liburan. Kemudian ia teringat dengan pekerjaannya."Kak... kerjaan aku gimana?" Dian merenung sejenak."Iya, ya. Kamu bilang aja langsung ke bos kamu. Pasti diizinkan. Atau... udah resign aja. Nanti, kalau sudah keluar dari sana... tawaran kerja bakalan banyak." Kara mendelik."Ah ya sudahlah. Yang penting liburan!" Dian tersenyum melihat Kara, kini ia sudah tak sabar menghubungi Nic untuk memberitahukan kabar ini.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD