Episode 7

1014 Words
10 Jul. 20 Suami terbaik Episode 7             Ivan maulana rizky memeluk pinggang ramping istrinya menuntunnya menuju tempat makan yang sudah disiapkan, dalam hati gadis itu merasa nyaman diperlakukan sangat baik oleh suaminya, tapi tetap saja rasanya selalu jengkel kalau pria itu sudah mulai berceramah.             Ivan menarik satu kursi yang ada di meja makan, setelah itu ia mempersilahkan istrinya untuk duduk. Fira menatap Sang suami tanpa berkedip, ia ragu apakah harus duduk atau tidak, di comic yang sering di abaca, istrilah yang selalu melakukan itu untuk suaminya bukan kebalik, melihat istrinya masih diam dengan pandangan ragu membuatnya gemas, rasanya ingin membuatnya segera melahirkan anak untuknya kalau tidak ingat usia gadis itu yang belum cukup untuk mengandung.             “ Istriku sayang, apa kau tidak segera duduk karena ingin duduk di pangkuanku lagi? Aku tidak keberatan kok,” tanyanya sambil tersenyum. Tanpa babibu lagi Fira langsung duduk, dari pada duduk di pangkuan suaminya lalu diciumi, mending segera duduk.             Ivan menarik kursi paling ujung lalu mendudukkan dirinya di sana, setelah itu ia mulai mengambilkan nasi untuk istrinya barulah untuk dirinya,” Ayo! Sayang, makan. Apa mau aku suapi? Tapi sebelum makan jangan lupa berdoa, agar makanan yang kita makan berkah,” katanya.             Fira memandang makanan itu, ia menoleh pada suaminya, pria itu tidak pernah menuntutnya untuk melakukan sesuatu yang tidak ia sukai selain urusan agama, dia juga tidak memaksa dirinya untuk melayani layaknya istri terhadap suami, apakah pria itu tidak merasa harga dirinya direndahkan sebagai seorang pria?.             “ Paman,” panggilnya.             “ Ya, sayang,” jawab Ivan lembut.             “ Kenapa, paman, sangat baik padaku? Paman selalu melakukan apapun untukku dengan sabar, paman juga tidak marah-marah atau pun membentakku. Padahal aku selalu menghina paman,” kata Fira bingung. Ivan meletakkan sendonya lalu tersenyum memandang Sang istri.             “ Fira, kau ini aneh. Kenapa juga aku harus marah? Memangnya kau melakukan kesalahan apa sehingga aku harus marah? Kau tidak mencuri, kau tidak berjudi, kau juga tidak berselingkuh, kau tidak berzina. Apa yang harus aku marahkan istriku? Apa yang kau lakukan semua itu masih dibatas kewajaran, kau bukan dari golongan orang-orang yang religious, KTP mu memang islam, tapi dalam ilmu agama kau sangat kurang, jadi aku hanya mengajarimu,” balasnya.             “ Tapi kau sangat memperlakukan aku dengan istimewa, aku bahkan tidak menganggapmu istimewa, kau tidak kesal?” tanya Fira lagi.             “ Tidak, kau tidak perlu menganggapku istimewa, bagiku anggapan orang terhadapku itu tidak penting, asalkan Allah menganggapku istimewa lebih dari cukup, kalau kenapa aku memperlakukanmu istimewa karena kau adalah istriku, dalam suatu hadis yang menjelaskan bahwa seorang mukmin itu akan sempurna jika dia memulyakan istrinya, Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kaian adalah yang paling baik akhlaknya terhadap istri-istrinya, (HR. Tirmidzi). apa sekarang istriku sudah mengerti? Kalau sudah ayo! Kita sarapan, setelah itu aku akan mengantarkanmu kesekolah,” jelas Ivan. Gadis itu mengangguk, kali ini dia tidak membantah atau pun merasa jengkel mendengar ceramah suaminya, tapi hatinya justru merasa lega, karena itu berarti pria itu tidak akan pernah menyakitinya.             Pria itu tersenyum sendiri melihat istrinya tidak merengut lagi mendengar ceramahnya, dia yakin perlahan gadis itu bisa menjadi seorang istri yang sholehah, setelah itu ia pun menyantap hidangannya.   Fira POV             Entah kenapa aku tidak merasa jengkel mendengar ceramahnya, bahkan saat dia menyebutkan hadisnya, hatiku justru merasa sangat tenang, diriku tidak merasa takut lagi kalau suamiku akan memperlakukan ku dengan buruk apa lagi mendzolimiku, diam-diam ku pandangi suamiku itu, memakai setelan jas yang pas di tubuhnya itu ternyata membuatnya sangat menawan dan berkarisma, mirip seperti tokoh komik pria yang memiliki perusahaan besar begitu,tanpa sadar bibirku membentuk senyuman, apakah aku mulai tertarik dengan pria yang usianya jauh lebih tua dariku itu? Tapi aku juga bingung, bagaimana nanti harus kejalaskan pada teman-temanku tentang penampilan baruku ini, dulu kami sering menyebut wanita berhijab dan mengenakan busana itu sebagai kampungan, tapi sekarang suamiku mendandaniku sangat tertutup, dengan alasan aurat.             Mataku masih belum beralih dari suami CEO ala ustad itu, tapi aku belum tanya dia itu memimpin perusahaan Mizuruky atau perusahaan yang lain, setauku Mizuruky Corpotarion itu CEOnya Mizuruky Ivan bukan Ivan maulana rizky, haiah, kenap otakku jadi memikirkan itu,” Istriku.” Aku tersentak saat dia kembali memanggilku, eh, ternyata dia sudah selesai sarapan, dan diriku belum karena sibuk memandanginya, melihatnya tersenyum penuh percaya diri membuatku kembali gondok, diriku tidak ingin ia merasa sudah menang dan mendapatkan hatiku, meski aku berharap dalam hatinya hanya ada aku, egois, memang diriku egois. Tapi coba kalau tidak egois, mana mau aku kehilangan pria sesempurna itu. Tunggu! Suamiku kenapa? Wajahnya kembali pucat, dia terlihat seperti kesakitan, padahal barusan baik-baik saja, lebih baik ku tanyakan saja.             “ Paman, kau sakit?’ tanyaku pura-pura khawatir.             “ Hmm, tidak. Hanya perusku sedikit tidak nyaman,” jawabnya sambil tersenyum. Kenapa aku tidak percaya ya? Kalau hanya sedikit kenapa wajahnya sangat pucat seperti itu.             “ Istriku, lanjutkan makanmu dulu, aku ketoilet sebentar,” pamitnya. Aku mengangguk, tapi mataku tertuju pada nasi bercampur lauk yang ada di atas piringku, kenapa aku curiga kalau makanan ini telah diracuni, bukankah tadi suamiku itu baik-baik saja bahkan sempat mendalil, tapi setelah makan mendadak sakit perut, bukankah itu wajib dicurigai.             “ Istriku.” Haduh jantungku hampir copot, kenapa suamiku itu selalu mengagetkan, padahal caranya memanggilku sangat lembut dan penuh kasih sayang, tapi tetap saja aku terkejut, dia kembali duduk di kursi tadi, matanya memandangku lembut, ku perhatikan wajahnya masih pucat tapi eheheh tetap sangat tampan mengalahkan lee min hoo malahan.             “ Kenapa makananmu masih utuh?’ tanyanya sambil memandang makananku yang sama sekali belum ku sentuh, takut keracunan.             “ Paman, makanan ini tidak mengandung racun,’kan?” tanyaku takut.             “ Tentu tidak, kalau mengandung racun aku pasti sudah mati keracunan,” jawab suamiku yakin. Kalau tidak ada racun kenapa dia langsung sakit perut, bahkan hingga kini wajahnya terlihat pucat.             “ Lalu kenapa setelah makan, paman langsung sakit perut? Wajah paman juga pucat,” tanyaku penasaran. Suamiku tersenyum getir, kenapa senyumnya terlihat menyakitkan, biasanya dia akan menjelaskan dengan ringan tanpa ada beban, tapi kenapa sekarang suamiku itu terlihat sedang menyembunyikan sesuatu.             “ Sayang, kau tenang saja. Aku tidak akan mati sebelum membuatmu melahirkan 5 bayi untukku,” jawabnya dengan seringainya, Apa – apaan itu? Nyesel rasanya aku mengkhawatirkannya, walau hanya sedikit, dipikir aku ini kucing lima bayi, dasar pria sinting, otaknya selalu m***m. Tapi melihat wajahnya perkahan tidak begitu pucat membuat hatiku merasa lega.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD