Sasi membuka mata dan mencoba mengingat apa yang telah terjadi.
Tidak bisakah kenangan tadi berubah jadi mimpi saja?
Kenapa dirinya bisa hanyut dalam nafsu sesaat?
Sasi tidak bisa menerima kalau kenyataan tubuhnya begitu gampang terbuai rayuan. Apakah menjadi perawan tua seperti ucapan orang- orang membuat tubuhnya jadi haus belaian sehingga begitu mudah menyerahkan kesuciannya pada percobaan pertama keintiman mereka.
Sasi pasti sudah gila sampai bisa mengeluarkan erangan seperti tadi. Darimana dirinya mempelajari semua itu? kenapa dirinya bisa semesum itu?
Saat rasa sakit mulai menjalarinya saat benda keras besar itu mencoba menembus inti dirinya Sasi bahkan tidak mau berhenti karena godaan kenikmatan diujung sana sudah menantinya.
Kenapa ia tidak meminta berhenti saja agar tidak sampai sejauh ini?
Tapi jika mereka berhenti, Sasi pasti tidak bisa merasakan kenikmatan yang belum pernah dirasakannya.
Ternyata memang sangat enak dan nikamt sekali.
Tiba- tiba pipi Sasi terasa panas saat mengingatnya lagi.
Disisi lain rasa malu juga menyusupi sudut hatinya mengenangkan sisi liar dirinya. Erangan, elusan dan remasan semuanya ia lakukan pada tubuh pria yang selama ini dianggapnya bocah tersebut.
Bagaimana ini?
Bagaimana caranya menghadapi pria itu kedepannya?
Perasaan mereka saja tidak jelas satu dengan lain tapi bisa- bisanya mereka sampai berhubungan badan sejauh ini. Bagi bocah ini pasti biasa saja. Entah sudah berapa banyak wanita yang sudah ditidurinya tapi bagi Sasi??
Kenapa rasanya tidak adil baginya untuk memberikan hal paling berharga dari dirinya pada pria seperti Vincent?
Memang dia kenapa?
Tanya sisi hati Sasi yang lain?
Bukankah Vincent itu suaminya?
Berarti dia memang orang yang tepat baginya untuk menyerahkan kesuciannya?
Tapikan?,
Masih saja ada sisi hatinya yang lain yang berat untuk menerima kenyataan tersebut.
" Kamu sudah bangun?" tanya suara berat di atas kepalanya.
Tubuh Sasi jadi menegang saat suara tersebut membelai telinganya.
Mau pura-pura tidur sepertinya tidak bisa karena pasti pria itu sudah tahu jawaban dari pertanyaannya sendiri. Mau menjawab iya dan mengucapkan selamat siang lebih tidak bisa lagi dilakukannya. Pasti terasa canggung sekali mengingat kurang dari dua belas jam yang lalu interaksi mereka masih kaku dan seperti orang asing. Setidaknya begitu anggapan Sasi!
Jadilah Sasi diam saja dan berharap Vincent tidur lagi agar dirinya bisa segera berlari ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin supaya kewarasannya yang sempat hilang kembali lagi.
Tapi apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan gadis.... eh, mantan gadis itu. Yang terjadi dirinya mendapatkan pelukan dan ciuman lagi. Tubuhnya kembali dijamah dengan rasa yang tak kalah menyenangkan dari sebelumnya. Bahkan sensasi berbeda justru Sasi rasakan karena kali ini tubuh keduanya berada dalam stamina yang lebih vit.
Rasa kaget dan penolakan diawal berlalu begitu saja. Berganti dengan erangan kenikmatan.
Vincentpun lebih garang dari tadi. Selain karena tuntutan gairah, Vincent juga merasa kalau kali ini Sasi sudah lebih terbiasa dengan kegiatan tersebut. Dan juga, sejak pertama Vincent merasa ingin terus menyentuh wanita itu. Ada rasa baru yang dirasakannya pada Sasi. Wanita itu sudah menjadi candu baginya.
Tbc