Sasi kembali terbangun menjelang malam. Tidak ada lagi sosok pria itu disampingnya. Entah harus lega atau kesal dengan situasi tersebut. Jadilah Sasi duduk bingung sendiri sampai Vincent muncul dengan sebuah nampan ditangan. Melihat dari penampilannya Sasi tahu kalau Vincent sudah mandi. Kapan bangunnya pria itu?
Aroma dari makanan yang dibawa Vincent membuat perut Sasi keroncongan minta segera diisi. Rasa lapar yang sempat dilupakannya ternyata telah muncul kembali.
Vincent tersenyum manis melihat muka bengong Sasi. Tatapan bengong dengan rambut acak-acakan terlihat begitu imut dimatanya. Tapi mengingat tubuh telanjang dibalik selimut yang bahkan tidak mampu menutup sempurna tubuh molek tersebut rasanya sebutan imut kurang tepat disematkan, kata Sexy... lebih tepat bagi isterinya itu.
" Mandi dulu, setelah itu baru kita makan bersama." ucap Vincent bertolak belakang dengan keinginannya. Maunya Vincent kembali naik keatas tempat tidur dan kembali menyentuh bukit kembar yang menyembul dibalik selimut itu. Sepertinya Sasi tidak sadar kalau sejak tadi selimut yang dijepit dilengannya itu tidak menutupi dadanya dengan baik. bagian kiri selimut lebih turun dari bagian yang dijepit tangan kanannya sehingga hampir memperlihatkan p****g d**a kirinya.
Shit!! Vincent merasa tubuhnya kembali bereaksi melihat pemandangan tersebut.
Sekuat tenaga didorongnya hasrat tersebut.
Vincent tidak mau Sasi sampai pingsan akibat menerima gempuran darinya dalam kondisi kecapean serta kelaparan pula.
" Ayo mandi." ulang Vincent yang telah meletakkan nampan diatas meja dipinggir jendela.
Melihat tidak ada pergerakan dari Sasi maka Vincentpun menarik cepat selimut dan membuangnya kesisi tempat tidur. Bersamaan dengan teriakan protes dari mulut Sasi, Vincentpun dengan cepat menggendong tubuh telanjang Sasi kedalam kamar mandi dan meletakkannya tepat dibawah shower yang segera menyala membasahi tubuh keduanya.
" Kamu..bukannya sudah mandi?" tanya Sasi heran.
Vincent tidak menjawab. Dia memejamkan matanya seolah menikmati aliran air yang membasahi tubuhnya yang masih dibalut pakaian lengkap.
" aneh." desis Sasi namun turut melakukan hal yang sama.
" Mau aku sabunin?" tanya Vincent memaksa Sasi membuka matanya dan langsung mendelik kesal.
Vincent cuma tersenyum membalas penolakan dari Sasi.
Tanpa tahu malu ia kemudian membuka semua pakaian yang melekat ditubuhnya.
" Kamu ngapain?" tanya Sasi membelalak.
" Mandi." jawab Vincent enteng.
" Terus ngapain buka baju segala? kamu nggak malu telan-jang?"
Vincent tersenyum geli," Kamu juga telanjang,lho."
Sasi melihat kebawah dan melotot tak percaya.
Lalu ia berbalik membelakangi Vincent.
Mengabaikan reaksi berlebihan sang isteri, Vincent mengambil sabun yang terletak didinding dan mulai menyabuni tubuh Sasi dari belakang. Vincent sendiri tidak perlu memakai sabun lagi karena sebelumnya ia sudah mandi dengan sangat bersih. Satu- satunya alasannya mandi lagi adalah untuk menurunkan suhu tubuhnya agar adik kecilnya yang bangun bisa tidur lagi. Tapi lihatlah sekarang bukannya tidur, benda pusakanya itu malah berdiri tegak dengan perkasanya.
Awalnya tentu saja Sasi menolak tapi kemudian wanita itu jadi patuh setelah Vincent mendekatkan tubuh mereka sehingga Sasi bisa merasakan sesuatu yang mengganjal diatas pantatnya.
Saat tangan Vincent berlama- lama diatas dadanya barulah Sasi kembali mengeluarkan protesnya. Bukan karena rasanya yang tidak enak tapi karena perutnya yang benar- benar sudah tidak bisa kompromi lagi.
Vincentpun menghentikan kegiatannya. Lebih baik dia mengalah sekarang. Kasihan juga isterinya itu.
Masih ada hari- hari lainnya untuk melakukan kegiatan penuh candu tersebut.
Tbc