Bab Lima Belas

435 Words
Keinginan Sasi untuk segera pulang tidak jadi terlaksana. Dirinya dan Vincent masih bertahan sesuai rencana keluarga mereka. Selama dua malam menginap di hotel sudah tidak terhitung berapa kali mereka melakukan itu'. Setelah melakukan malam pertama di siang hari, mereka kembali melakukan hal yang sama pada sore dan malam hari. Sasi tidak punya kendali lagi terhadap dirinya. Setiap kali disentuh, tubuhnya langsung bereaksi meminta lebih. Entahlah... mau tidak mau Sasi seakan dipaksa untuk mengakui kalau dirinya ternyata juga menyukai kegiatan intim tersebut. Mau protes juga tidak bisa lagi. Semuanya sudah terjadi berkali- kali. Selain melakukan hubungan intim suami isteri, mereka juga berenang berdua seperti keinginan Vincent sebelumnya. Dan tentu saja kegiatan tersebut muaranya ke ranjang juga. Rasanya Sasi sudah takhluk pada pria itu dalam urusan birahi. " Apa kita pindah hotel saja?" tanya Vincent begitu tawarannya untuk memperpanjang sewa di hotel tersebut ditolak mentah- mentah oleh Sasi. " Nggak!" geleng Sasi tegas. Kembali memudarkan harapan diwajah Vincent. " Ngapain sih lama- lama nginap di hotel?, seperti tidak punya rumah saja." " Bukan begitu, kalau di hotel pasti suasananya lebih tenang dan mendukung." jawab Vincent datar. Sasi menggeleng tak percaya dengan jawaban Vincent. Dirinya sangat tahu dengan arah pembicaraan tersebut tapi Vincent terlihat santai seolah hanya membicarakan persoalan biasa saja. Memang sih, urusan ranjang adalah hal biasa bagi pasangan menikah tapi tetap saja Sasi belum terbiasa untuk menjadikan hal tersebut sebagai pembicaraan sehari- hari. Berbeda dengan Vincent yang sepertinya sangat biasa dengan hal itu. Sasi memang tidak berharap dirinya menjadi wanita pertama yang berhubungan badan dengan Vincent, mengingat reputasi pria itu dimatanya tapi kalau boleh jujur, Sasi sedikit berharap kalau Vincent tidak melakukannya dengan banyak wanita. Ada rasa penasaran yang mengusiknya namun bertanya untuk memastikan dirinya tidak berani karena apapun jawaban yang diberikan oleh Vincent pasti akan membuatnya tidak nyaman. Begitu juga bagi Vincent, besar kemungkinan kalau pria itu merasa terganggu dengan pertanyaan Sasi yang melewati batas privacy. " Memangnya dirumahmu nggak bisa? ada larangan gitu?" Sasi jadi malu sendiri melihat senyum yang mengembang diwajah Vincent. " Bisa dong, lagipula yang di lantai atas cuma kita saja, kamar Mama Papakan dibawah." " Trus kenapa kamu...?" Belum selesai Sasi bertanya dipotong oleh Vincent dengan cepat," berarti kita pulang ke Centralkan?".Keluarga Vincent memang tinggal diperumahan elite tersebut berbeda dengan keluarganya yang tinggal diperumahan biasa saja. Meski sama- sama terdiri atas dua lantai tapi bentuk dan ukuran rumah mereka sangat jauh berbeda. " Memangnya aku boleh pulang kerumahku sendiri?" " Tentu saja boleh." Sasi menatap Vincent heran. " Rumahmu kan sekarang di Central jadi tentu saja kamu boleh kesana." jawab Vincent membuatnya sukses mendapatkan satu pelototan dari Sasi. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD