Hari pertama tinggal di kediaman keluarga Vincent, Sasi langsung disuguhi oleh pemandangan yang jauh berbeda dengan suasana di rumahnya. Meski keluarga inti mereka sangat sedikit tapi penghuni rumah tersebut cukup banyak. Ada banyak orang yang bekerja disana. Selain art dan sopir yang jumlahnya lebih banyak dari anggota keluarga, ada juga satpam dan tukang kebun.
Dipagi hari mereka semua hilir mudik dengan pekerjaannya masing- masing sehingga membuat Sasi merasa kalau sekarang tidak sedang berada di rumah. Rasanya tidak jauh berbeda dengan saat berada di hotel kemarin. Keberadaan orang asing dalam rumah apalagi ruangan yang sama dengannya selalu membuat Sasi merasa canggung.
" Kenapa?" tanya Vincent melihat Sasi tertegun di tangga. Sasi lebih dulu keluar kamar untuk sarapan tapi malah berhenti sebelum mencapai dapur.
Sasi tidak segera menjawab pertanyaan Vincent, ia hanya menatap Vincent bengong.
" Ada apa?" ulang Vincent.
Sasi menggeleng. Pandangan matanya tertuju pada barisan art yang seolah sedang menunggu mereka.
" Mereka hanya sedang menjalankan tugasnya saja." jelas Vincent seraya meraih tangan Sasi dan menggenggamnya erat," ayo." bisiknya sambil berjalan menuruni anak tangga.
Awalnya Sasi masih merasa berat dan ingin kembali ke kamar saja namun genggaman tangan Vincent seolah mengirimkan ketenangan padanya. Sasi jadi punya keberanian menghadapi hari barunya sebagai anggota keluarga Kusuma.
" Kalian sudah bangun, sini sarapan bersama." sapa Mama Velia ramah, seperti biasanya.
Sasi tersenyum canggung dengan sebuah anggukan pada ibu mertuanya. Pun begitu juga sapaan yang sama ia berikan pada Papa Vincent.
Tak lama setelah mereka duduk, dua orang pelayan datang mendekat, bergantian menuangkan teh dan kopi pada cangkir yang telah tersedia setelah itu berlalu kebelakang sebentar dan muncul lagi dengan nampan berisi beberapa piring yang berisi sarapan ala america dan continental.
" Tidak perlu malu begitu. kamu itu bagian dari keluarga ini. Rumah ini sudah menjadi rumahmu juga,Sasi. Jadi, lakukan saja seperti biasanya." ucap Mama Velia menenangkan sang menantu setelah mendapat kode dari sang suami setelah para pelayan meninggalkan mereka.
Sasi mengakui kalau dirinya memang terkadang bangun agak siang dikala libur sekolah ataupun libur kerja tapi tentu kali ini alasannya berbeda. Kalau bukan karena ulah Vincent yang kembali meminta jatah setelah subuh tidak mungkin Sasi sampai terlambat bangun dihari pertamanya tinggal dirumah mertuanya!
Sasi sungguh merasa malu, jangan sampai nyonya Kamala tahu. Kalau mamanya sampai tahu pasti ia akan kena ceramah lagi.
" Sasi." Kali ini suara Papa mertuanya yang terdengar.
Sasi menoleh dan Papa mertuanya kembali bersuara," Papa sama Mama tidak selalu berada dirumah. Ada kalanya hanya ada kalian berdua saja bersama para pekerja. Oleh karena itu Papa harap kamu mulai terbiasa dengan kehadiran mereka. Mereka semua ada disini untuk meringankan pekerjaan kita jadi jangan sungkan untuk meminta tolong pada mereka."
" Secara teknis bukan Kami yang menggaji mereka tapi suamimu."
Sasi hanya bisa diam mendengarkan ucapan mertuanya. Sepertinya mereka hanya tidak mau Sasi sungkan pada mereka ataupun fasilitas yang mereka punya.
Entah Mertuanya ataupun Vincent yang membiayai semua itu tetap saja tidak mudah bagi Sasi menerimanya begitu saja.
Sudah seharusnya Sasi bersyukur dengan kondisi tersebut. Untuk urusan ekonomi sepertinya dirinya tidak perlu dihadapkan dengan drama uang belanja yang kurang dan lain sebagainya tapi disudut hatinya yang terdalam ada kecemasan yang sedang dirasakannya.
Tidak ada kehidupan yang seindah cerita dongengkan?
Tbc