Bab Tujuh Belas

537 Words
Mereka__Vincent dan Sasi memutuskan tidak berbulan madu. Tidak dalam waktu dekat. Dengan alasan pekerjaan yang sedang menanti. Vincent belum sempat membicarakan soal pekerjaan dengan Sasi. Urusan pernikahan dengan segala macam rangkaian acaranya sudah menyita hampir semua waktu dan perhatiannya. Beruntung acaranya sudah berlalu dan berjalan lancar tapi untuk membicarakan tentang pekerjaan Sasi belum ia lakukan demi mencari waktu yang tepat. Pembicaraan mereka mungkin akan memicu ketegangan diantara keduanya dan Vincent tidak mau hal itu terjadi. Baru juga beberapa hari ini Sasi baik padanya. Baik dalam artian tidak menunjukkan aura permusuhan dan sikap antipati seperti biasanya. Maunya Vincent, Sasi berhenti saja dari pekerjaannya dan fokus pada pernikahan mereka. Kalau hanya untuk mengisi waktu luang....Sasi bisa melakukan hobinya saja yang sebenarnya Vincent tidak tahu apa. Vincent menyesal karena tidak sempat bertanya sebelumnya pada Damar. " Harusnya kamu nggak perlu nganterin, aku bisa naik ojek saja."kata Sasi saat mobil yang dikendarai oleh Vincent terjebak macet bersama puluhan mobil lainnya. Arah kantor Sasi memang berlawanan arah dengan kantor Vincent. Jadi dengan Vincent memaksakan diri mengantarnya ke kantor sudah dipastikan pria itu akan membuang- buang waktunya di jalanan saja, belum lagi kalau terjebak macet begini. Bisa- bisa nanti dia terjebak macet dua kali. " Naik ojek?" tanya Vincent dengan muka horor. " iya," jawab Sasi abai dengan ekspresi lebay Vincent," selain bebas macet murah lagi." " Kamu tahukan kalau motor itu yang bikin macet kian parah dan sulit buat terurai?" Sasi menatap Vincent mau protes tapi ditahannya dalam hati. Ucapan Vincent memang benar adanya tapi kenyataannya tidak sesederhana itu juga. Banyak faktor yang memaksa masyarakat masih menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi. " Nggak semua orang punya mobil." cuma jawaban seperti itu yang bisa Sasi ucapkan pada akhirnya. " Nggak punya mobil bukan berarti harus naik motorkan, Sasi...?"tanya Vincent jengah. Lagian isterinya ini juga aneh. Kenapa ia berkata seolah- olah dirinya bagian dari masyarakat yang harus menggunakan motor karena keadaan. Damarkan setiap hari naik mobil ke kantor. Setahunya Sasi juga punya mobil sendiri. Sasi diam. Enggan untuk menjawab. Matanya menatap ke depan. Belum ada tanda- tanda mobil didepannya akan bergerak. Jika sedang naik taksi, pasti dirinya sudah keluar sekarang dan mencari ojek agar segera sampai di kantor. Tapi hal itu tidak mungkin dilakukannya mengingat yang duduk disampingnya bukan sopir taksi tapi suaminya sendiri. Apes sudah, masa dihari pertama sejak ia cuti menikah dirinya malah terlambat masuk kantor. Pasti dirinya akan jadi bahan olok-olokan teman kantornya nanti. Kegelisahan diwajah Sasi tidak luput dari penglihatan Vincent. Hal itu membuat dirinya tidak bisa menahan diri lagi," sebaiknya kamu resign saja." ucapnya keceplosan. Sasi sempat terdiam sesaat sebelum menoleh pada Vincent. Kaget dan tak percaya. " Mulai sekarang kamu tidak perlu bekerja kantoran lagi." ulang Vincent. " Maksudmu,apa?!" sergah Sasi tersinggung. Hanya karena macet- macetan sekali bisa-bisanya pria itu menyuruhnya berhenti kerja. Lagipula tadi pria itu yang memaksa mengantarnya meski sudah ditolaknya berulangkali. Kedepannya Sasi juga tidak akan pernah merepotkan pria itu untuk mengantar-jemputnya. " Bukan begitu Sasi," geleng Vincent tak kalah kagetnya dengan reaksi Sasi. Vincent tahu tidak akan mudah menyuruh Sasi untuk berhenti dari pekerjaannya tapi dirinya tidak menyangka akan seperti ini jadinya. " Jadi, apa maksudmu yang sebenarnya?" selidik Sasi. Vincent tercekat mendengar nada suara dan ekspresi Sasi yang kembali seperti semula. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD