Akhirnya acara megah nan glamour seperti pilihan orang tua kamipun usai juga. Setelah berdiri menyalami tamu berjam-jam lamanya, akupun bisa menarik nafas lega setelah bisa mendudukkan tubuhku diranjang empuk milik hotel yang kami sewa sebagai tempat acara dan juga menginap.
Aku terlalu capek untuk mengganti gaunku dengan baju yang lebih cocok untuk tidur. Apa aku tidur saja sebentar sebelum membersihkan diri dulu?
Ide yang sangat menggiurkan sekali. Akupun merebahkan tubuhku dengan kaki yang tetap menjuntai. kesadaranku baru mulai menghilang ketika suara seseorang yang akhir- akhir ini terlalu sering ku dengar menyapa," kamu nggak ganti baju dulu?"
" Nggak, gue ngantuk."
" gue lagi? perasaan kemarin panggilan kamu sudah normal padaku."
Aku malas berdebat saat sedang capek begini. Apalagi capek plus ngantuk lagi.
" Sasi "
"Si.."
Dari suaranya pria itu terdengar kian mendekat padaku dan tentu saja hal tersebut memaksaku untuk kembali membuka mata.
" Ganti dulu bajunya, setelah itu baru tidur."
Ini nasehat ataukah sebuah perintah? dua- duanya sama tidak nyamannya bagiku.
Aku menatap bocah didepanku dengan tak suka.
" Apa? mau dibantu?" tanyanya kian menambah rasa tak sukaku.
" Abaikan saja, gue bisa ngurus diri sendiri."
Kembali kupejamkan mataku. Rasa ngantuk ini sungguh menyiksaku.
" Sasi, kamu tu benar- benar ya." ucap Vincent yang masih sempat kudengar. Tapi aku terlalu malas untuk menanggapinya.
Aku terbangun dalam kondisi tubuh yang ringan. Tidak ada lagi beban yang membelit badanku seperti yang kurasakan seharian ini hingga sebelum tidur tadi.
Sejenak aku sempat ngeblank dengan situasi yang sedang kualami. Dalam ingatanku, tadi aku tidur masih menggunakan gaun pengantin yang walau bagaimanapun sederhana potongannya tapi tetap saja bentukannya berupa gaun panjang yang cukup ketat. Tapi kini yang melekat ditubuhku adalah.... lingerie?
Apa- apaan ini?
" Hah...." pekikku kaget.
" Ada apa?" tanya suara berat dari sampingku.
Bocah ini kenapa malah ada di kamar yang sama denganku?!
" Sasi kirana, ada apa?" tanyanya masih dengan mata terpejam.
" Siapa yang ganti bajuku? kamu?!"
" Iya. siapa lagi?"
Sekarang matanya sudah terbuka sepenuhnya.
" Trus ngapain kamu pakaikan baju kurang bahan ini?" tanyaku sambil memegang erat selimut didadaku agar tidak jatuh kepangkuanku dan memperlihatkan dadaku yang nyaris telanjang. seharian tadi aku memang tidak mengenakan bra karena model gaun pengantin yang aku gunakan sudah memiliki penopang dibagian d**a.
" Adanya cuma itu." jawabnya membuatku melongo tak percaya. Aku masih ingat dengan baik kalau kemarin memasukkan piyama lengan panjang ke dalam koper yang aku bawa ke hotel.
Dengan cepat aku bangkit dan melupakan selimut yang tadi kupegang dan berjalan kearah koperku berada. Dengan tak sabaran kuacak semua isi koperku. Dan benar saja tidak ada piyama yang kumaksud. Siapa lagi yang telah menukar isi koperku ini?
" Sasi, Cepat kesini.Masuk lagi kedalam selimut." panggil Vincent dengan suara yang kian berat.
" Apa?" tanyaku melotot yang pastinya tidak akan dilihatnya dengan jelas karena pencahayaan yang minim.
" Kalau kamu disitu terus aku bisa lihat semuanya. Lama- lama aku nggak tahan."
Pipiku memanas dengan sendirinya disaat suhu sedang dingin begini karena memahami maksud ucapan bocah kurang ajar yang masih terduduk diranjang sana.
Dengan terpaksa aku kembali menyelinap kedalam selimut yang sama ," Lu nggak mungkin nafsu sama gue kan? ingat gue ini masih kakak teman lu!" peringatku tak yakin.
" Kamu itu isteri aku sekarang." jawabnya sambil membaringkan tubuh disisiku.
Aku terdiam mendengarnya. Kenapa perkataan dia kali ini terasa mengancam bagiku?
" Tidurlah, masih dini hari." ucapnya dengan nada yang mulai familiar ditelingaku.
Aku meraih ponselku dan melihat baru pukul tiga dini hari. ternyata aku tertidur tidak lebih dari tiga jam tapi kenapa kantukku sudah tidak terasa lagi.
Rasanya pagi masih terlalu lama untuk dinanti dengan berdiam di kamar dan ranjang yang sama dengan pria ini.
Tbc