Setelah perutnya kenyang Sasi tidak bisa langsung tidur. Ia harus menunggu beberapa saat dulu agar perutnya terasa nyaman.
Sasi berniat untuk mengantarkan piring bekasnya makan ke dapur yang berada di lantai bawa. Baru saja ia akan mengangkat baki berisi piring dan perlengkapan makan lainnya, suara Vincent terdengar menyela," biarkan saja. Sebentar lagi mbak akan menjemputnya."
Sasi menatap Vincent heran tapi tak lama kemudian terdengar ketukan pintu. Setelah dipersilahkan masuk, seorang art masuk dan itu bukanlah orang yang sama dengan yang tadi. Sebenarnya berapa banyak orang yang bekerja di rumah ini?
Memang tidak bisa disamakan dengan dirumahnya yang hanya memakai bantuan satu orang art saja. Secara ukuran rumah memang sangat jauh berbeda tapi apa mereka tidak merasa kebanyakan juga?
Sasi pasti akan semakin susah mengingatnya nanti.
Sepeninggal art tersebut, Vincent berjalan kearah jendela besar yang letaknya berada didekat meja tempat Sasi makan tadi. Diraihnya remot untuk membuka gorden yang kelewat besar tersebut. Mata Sasi langsung dimanjakan oleh pemandangan dari luar.
Vincent duduk setengah berbaring disofa tunggal yang mengarah kearah jendela," sini."ajaknya pada Sasi.
Sasi berjalan dan duduk didepan Vincent sambil bersandar. Sasi tahu apa yang diinginkan oleh Vincent karena tiduran dengan posisi seperti itu bukan kali pertama mereka lakukan. Tak lama setelah Sasi menyamankan posisinya Vincentpun mematikan lampu di kamar mereka. Perubahan intensitas cahaya menambah efek keindahan pada retina yang diterima oleh mata Sasi.
Vincent memeluk tubuh Sasi dari belakang. Hanya dengan memeluk tubuh Sasi saja semua rasa kesal dan amarah yang sempat dirasakannya tadi jadi hilang begitu saja. Kalau tadi harus ditahannya dengan sedikit susah payah namun sekarang hilang entah kemana. Dihirupnya aroma tubuh Sasi dalam-dalam. Wangi yang bukan saja mampu mengalirkan rasa tenang dibenaknya tapi juga bisa menimbulkan sensasi yang lain juga. Tubuh Sasi seketika menegang saat bukan hanya hidung Vincent saja yang menempel dilehernya tapi mulutnya juga.
Rasa rileks yang dirasakan oleh Sasi akibat perbuatan Vincent padanya membuat Sasi membiarkan saja semua perlakuan Vincent padanya. Sasi bahkan tidak menunjukkan penolakan saat tangan nakal Vincent sudah masuk kedalam piyama yang dikenakannya. Elusan lembut yang berubah menjadi remasan pada bukit kembarnya membuat Sasi melenguh pelan. Lenguhan Sasi terdengar seperti nyanyian paling merdu ditelinga Vincent.
Tonjolan yang sejak awal bisa dirasakan oleh Sasi kian terasa jelas saja.
Mereka ini memang benar-benar ya.....???bukan hanya sama-sama gampang emosi tapi juga sama- sama gampang h***y!
Tidak puas dengan memegang saja, Vincentpun segera merubah posisi mereka dengan beralih kedepan Sasi. Tak butuh waktu lama semua kancing baju Sasipun jadi lepas semua dan menyisakan bra lembut nan longgar. Setelah menyibak lapisan bra tersebut Vincentpun langsung menyusu dengan rakusnya. Tubuh Sasi langsung bereaksi dengan menggelinjang gelisah.
Bukan hanya satu payudaranya saja yang dimanjakan oleh Vincent tapi keduanya sekaligus. Kalau p******a kirinya berada dalam mulut sang suami maka p******a kanannya membusung indah dalam genggaman tangan besar Vincent. Sungguh nikmat sekali rasanya.
Tbc