Part Pertama
Jangan Lupa tap love dan baca hingga akhir ya ^^
_______
Textile company
Tulisan besar yang terpampang indah disebuah gedung pencakar langit terlihat dengan jelas dimata Rose ketika kaki nya menginjak keramik dengan desain yang elegan. Nafasnya tersengal dan beberapa kali harus mengatur ritme jantung untuk mempersiapkan dirinya karena jam sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB. Yang artinya, masih ada waktu 15 menit lagi untuk menaiki lift sebelum bos dingin dan penuh msiteri itu lebih dahulu memasuki ruangannya.
Rose berjalan terburu-buru, beberapa orang yang ingin menggapai pintu lift terhalang karna Rose menyelinap lebih dulu. Diliriknya lagi jam kecil yang terpasang di tangan putihnya. Dia benar-benar merasa cemas bahkan didalam lift saja rasanya sudah tidak tenang.
Ting
Ketika pintu lift terbuka, Rose kembali menyelinap hingga menabrak beberapa orang didalam lift.
" Hei!!"
Teguran dari orang yang ditabraknya, tak lagi di hiraukan. Langkah Rose semakin gencar sampai didepan pintu yang bertuliskan CEO TEXTILE COMPANY langkahnya berhenti. Rose menghembuskan nafasnya pelan, lalu meraih ganggang pintu dan membuka nya.
Kosong. Masih tidak ada orang. Rose bernafas lega, setidaknya untuk hari ini dia tidak mendapatkan kritikan pedas dari manusia itu. Rose berjalan ke sofa hitam yang terletak di samping balkon. Dia merebahkan badannya.
" Capek banget gila. Gara-gara semalam nonton drama korea, jadi kebablasan tidur jam 4 pagi. " omel Rose pada dirinya sendiri sambil membongkar isi Tote Bag yang bewarna hitam ke emasan untuk mengambil ponsel yang bermerk iphone miliknya.
" Kalo ga ingat kerjaan ya dan hidup gua ga ngegembel kek sekarang, uh udah pasti gua rebahan dan tidur sampai sore. Nikmat banget itu, malamnya lanjut nonton drakor lagi."
Mulut Rose tidak berhenti mengomel, karna dia benar-benar kesal dan ngantuk. Matanya sudah 5 watt meskipun sedang scroll i********: ,mata Rose tidak kunjung segar. Dia hanya butuh tidur 5 menit untuk menyegarkan kembali matanya. Rose menekan tombel power off di ponsel miliknya. Di benarkan posisi badan nya diatas sofa, lalu mulai memejamkan mata nya.
____
Badan kekar, tinggi dan memiliki wajah yang tampan membuat semua mata melirik seseorang itu, tepat pada saat kakinya memasuki gedung megah itu.
" Pagi Pak."
" Selamat pagi Pak."
" Pagi Pak Cle."
" Pagi Bos."
Sapaan dari berbagai karyawan hanya dianggap angin lalu oleh pemuda yang berjalan bersama dua bodygoard nya. Misterius. Satu kata sudah menggambarkan bagaimana sosok pemuda yang bernama Miracle itu. Dengan langkah yang tegap, Miracle memasuki lift disusul oleh kedua bodygoardnya.
" Ponsel saya sudah kalian masukan kedalam tas yang saya bawa kan?"
" Sudah Tuan." ujar dua bodygoard itu kompak.
Miracle mengangguk. Yang hanya diperlukannya adalah ponsel. Jika ponsel ada semuanya aman. " Nanti kalian berdua langsung pulang kerumah saja, saya ada urusan sepulang dari kantor."
" Baik Tuan. Nanti saya dan Toni akan menyuruh Pak Sugeng untuk menjemput Tuan."
" Tidak usah. Saya ingin menyetir mobil sendiri. Kalian antarkan mobil jezz saya ke kantor, nanti kuncinya serahkan pada resepsionis di lantai 1."
" Baik Tuan."
Tak lama Pintu lift terbuka diiringi Miracle yang keluar dari lift dan tundukan hormat dari karyawan yang melihat Miracle berjalan menuju ruangannya.
Miracle tidak lagi bersama dua bodygoardnya ketika sampai diruangan kerja. Dibukanya ganggang pintu dan pemandangan yang pertama dilihatnya adalah seorang gadis yang sedang tertidur dengan kaki berselonjor bebas.
Miracle menggelengkan kepalanya menatap gadis yang menjababat sebagai sekretarisnya itu. Dengan langkah kaki jenjang miliknya, ia berjalan menuju kursi kebanggaannya setelah itu diletakkannya tas mahal.
" Dari kapan gadis itu tertidur."
Miracle merebahkan punggungnya lalu mengambil ponsel yang berada didalam tas. Tangannya menari bebas dilayar ponsel mencari nomor seseorang dikontaknya lalu dihubunginya.
Sekretaris Company’
Getaran dan lagu pengisi panggilan masuk, membuat Rose terusik. Dengan mata terpejam, tangannya meraba ponsel yang sedang berdering itu. Ketika berhasil meraih ponsel, masih dalam keadaan setengah sadar, Rose mengangkat telfon itu.
" Halo Pak"
Miracle yang memperhatikan dari kejauhan, hanya menggeleng. " Apa kamu baru bangun?? Terdengar dari suara kamu, saya pastikan jawabannya iya."
" T-tidak kok Pak. Saya sudah berada di ruangan dari jam 7 pagi Pak."
" Oh iya kah? Saya melihat kamu sedang tertidur." Miracle heran melihat gadis yang menjadi sekretarisnya. Bisa-bisa nya ia tidak mendengar suara Miracle padahal mereka berdua sedang telfonan didalam satu ruangan yang sama. " Saya hanya memperingatkan, kalo tidur itu di rumah bukan di ruang kerja."
Tuttt......
Telfon terputus disertai dengan sentakan Rose yang terbangun. Matanya langsung berhadapan dengan manik mata Miracle.
" P-pagi Pak."
" Bagaimana mimpinya?"
Rose gelagapan, ia berdiri dan merapikan penampilannya yang dirasa sangat berantakan. Dengan langkah gontai, ia berjalan ke kursi disebelah Miracle.
" Maaf Pak. Saya tertidur sebentar karna semalam saya begadang membuat laporan rapat perusahaan." bohong Rose. Ia terpaksa berbohong dari pada mengambil resiko di roasting oleh manusia misterius. Untung saja bohongnya itu masih bisa membawa keselamatan, karena jika Miracle meminta laporan itu sekarang, Rose bisa menunjukkan pada Miracle. Laporan itu sudah seminggu diselesaikan nya.
" Bagus. Kinerja yang bagus akan membuat perusahaan menjadi semakin maju. Nanti saya akan mengirimkan beberapa tugas untuk kamu kerjakan lagi"
Mata Rose mendelik. Sebenarnya ia berharap Miracle akan berujar seperti " kamu jangan terlalu begadang. Itu tidak baik " atau "Kalau begitu, kamu tidur saja dirumah untuk hari ini saya kasih free ". Ternyata tidak, Miracle malah menambah pekerjaannya! Rose jadi menyesal telah berbohong pada manusia itu.
“ Bagaimana? Apakah kamu keberatan?”
Rose tersentak. Ia menggeleng ragu, “ T-tidak Pak.”
“ Oh iya, ada sesuatu hal yang ingin saya sampaikan sama kamu Rose. Tapi ini urusan pribadi, jadi saya tidak akan membicarakan nya di sini.”
“ Jadi dimana kita akan memulai pembicaran itu pak?”
Miracle memposisikan badannya tegak, seraya tangannya bertengger di kursi mewah itu. “ Di rumah saya.”
Mata rose terbelalak menatap Miracle mencari keyakinan dimata hitam legam penuh kilatan tajam itu. “ Kenapa harus dirumah Pak? Saya rasa, terlalu lancang jika saya kerumah Bapak.”
Alasan Rose membuat Miracle mengedikkan bahu acuh. “ Saya tidak mau tau. Jam 4 sore saya tunggu dirumah.”
Rose benar-benar tidak habis pikir dengan atasannya ini. Pembicaraan yang bagaimana sampai harus karyawan nya masuk kerumah pribadi milik pemuda itu?!
________