Bab 5. Pertemuan Pertama 3

1017 Words
# Kemunculan Ranya di meja Nyonya Rieke disambut hangat oleh orang-orang yang ada di meja itu. Dia menyapa semuanya dengan sopan karena orang-orang yang ada di meja itu jelas mengenalnya. Mereka semua adalah orang-orang yang juga terlibat di film yang sama dengan Ranya beberapa waktu lalu. "Semoga kau tidak keberatan duduk bersama orang-orang tua ini," ujar Nyonya Corry yang merupakan artis senior juga. Dia memerankan karakter ibu dari aktor yang menjadi lawan main Ranya di film. "Hei, aku bukan orang tua. Aku bahkan tidak memiliki uban," protes Lukas. Dia adalah orang yang menjadi lawan main Ranya di film. Semua tertawa. Tidak ada yang akan menyangka kalau Lukas yang selalu terlibat dalam peran-peran serius itu sebenarnya adalah seorang yang humoris dan senang bercanda ketika tidak sedang disorot kamera. "Terima kasih sudah mengundangku ke meja ini," ujar Ranya. "Kami sebenarnya tidak tahu kalau kau akan datang. Manajermu bilang kalau kau sedang kurang enak badan dan tidak akan menghadiri acara ini. Karena itu saat melihat kau duduk di meja para pebisnis, kami juga sedikit kaget," balas Lukas. Ranya mengangguk. "Ya, itu sedikit mengejutkan," ucap Ranya. Meski dia sana sekali tidak menunjukkan ekspresi terkejut. Orang-orang yang ada di meja itu saling pandang satu sama lain, mereka jelas memiliki tebakan yang sama. "Orang-orang yang duduk denganmu itu. Terkenal mata keranjang semuanya dan punya istri simpanan di mana-mana," ucap Nyonya Corry lagi. Lukas ingin kembali berbicara tapi mendadak seseorang menepuk bahunya. "Luke, mana istrimu?" Semua orang kini menoleh ke arah orang yang baru datang tersebut. Mereka tentu saja tahu kalau itu adalah Bisma Yudhistira, tunangan Ardina. "Ke toilet dan kau kenapa di sini? Aku sudah melakukan yang kau minta makanya Nyonya Rieke sendiri yang membawa Ranya ke sini," balas Lukas. Bisma tersenyum, tatapannya kini tertuju ke arah Ranya. Di sisi lain, Ranya mengerutkan dahi sekilas. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Bisma adalah orang yang meminta pada Lukas dan Nyonya Rieke untuk membantunya keluar dari situasi sulit barusan. "Aku butuh bicara dengannya," balas Bisma sambil menunjuk ke arah Ranya. Dia duduk ditempat duduk yang seharusnya adalah tempat duduk untuk istri Lukas. "Aku?" tanya Ranya. "Ranya masih pendatang baru dan sutradara serta produser sendiri yang memilihnya saat audisi jadi itu bukan salahnya kalau dia bersinar lebih terang dari kekasihmu Bisma. Lagi pula, Ardina juga tidak mungkin selamanya di dunia akting kan?" Kali ini Nyonya Rieke yang menyela. "Nyonya Rieke, aku sama sekali tidak ingin ikut campur dalam persaingan di dunia akting. Kompetisi di tunanganku dengan artis lain sama sekali tidak ada hubungannya denganku. Aku hanya ingin Nona Ranya menjadi Brand ambasador untuk produk yang akan diluncurkan perusahaanku Minggu depan," balas Bisma penuh percaya diri. Beberapa artis terkenal dan bahkan Ardina sendiri sangat ingin menjadi Brand ambasador setiap produk dari perusahaannya tapi Bisma sangat selektif dalam setiap pemilihan kandidat. Ranya tersenyum tipis. "Aku menolak," ucapnya datar. Kini semua orang beralih menatap Ranya. "Boleh aku tahu kenapa? Kau bahkan tidak memikirkannya sama sekali," tanya Bisma. "Karena aku tidak tertarik," jawab Ranya enteng. Bisma tertawa. "Kau tidak tertarik? Boleh aku tahu kenapa?" tanya Bisma lagi. Dia penasaran. Ranya mengangkat bahu. "Aku hanya orang baru dan aku lebih tertarik dengan film dibandingkan dengan apa pun. Menjadi Brand ambasador sebuah produk atau layanan berarti aku harus berhati-hati dengan apa yang aku gunakan. Itu terlalu rumit untuk orang baru sepertiku," balas Ranya yang terdengar merendah namun sebenarnya dia jelas menunjukkan kalau dia sebenarnya meremehkan tawaran Bisma. Bisma mengangguk pelan. "Jadi benar kalau kau menolak banyak tawaran sebagai Brand ambasador banyak produk." Bisma menyimpulkan. Ranya mengangguk. "Itu benar." Ranya membenarkan. Suasana menjadi senyap untuk sesaat. Tidak ada seorang pun di meja itu yang bersuara selama beberapa saat. "Kurasa sebaiknya kau kembali ke mejamu. Tunanganmu dari tadi melirik ke sini terus," ujar Lukas tiba-tiba. "Dan istriku sudah kembali dari toilet," lanjutnya sambil menunjuk ke arah seorang wanita yang kini terlihat tengah menuju ke meja itu. Bisma mengangguk pelan. Dia bangkit berdiri dan merapikan jasnya. "Baiklah. Aku mengerti. Senang bertemu dengan Anda semua dan juga ..." Bisma berhenti berbicara sejenak dan beralih menatap Ranya. Pandangan mereka bertemu kembali. "Sayang sekali Anda menolak tawaranku Nona Ranya karena aku sejujurnya merasa kalau Anda akan sangat cocok dengan citra produk yang akan kami luncurkan tersebut," ujar Bisma. Ranya hanya menanggapi dengan senyuman lembut namun tatapannya tampak dingin. Sesuatu yang justru menjadi daya tariknya selama ini. "Tunanganmu Bisma ..." Lukas kembali mengingatkan. Saat itu semua orang bisa melihat Ardina yang berdiri dari tempat duduknya dan kini menatap ke arah mereka dari kejauhan. Bisma menepuk bahu Lukas dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu. Nyonya Rieke kini menatap Ranya lembut. "Kau melakukan tindakan yang tepat," ujar Nyonya Rieke. "Itu benar," timpal Nyonya Corry dan yang lainnya. Betapa besar pengaruh Ardina di dunia Entertainment berkat keluarga Atmaja bukan lagi berita baru sedangkan Ranya adalah artis baru yang bahkan tidak memiliki support yang cukup kuat. Mereka semua tahu kalau Ardina adalah satu-satunya orang yang selama ini paling sering menjadi Brand ambasador untuk banyak produk dan layanan dari perusahaan tunangannya. Ranya tersenyum. "Terima kasih sudah peduli kepadaku. Aku sangat menghargainya," ucap Ranya tulus. "Kau berbakat. Sebagai senior, kami ingin melihatmu bersinar lebih lama tanpa perlu terlibat pada hal-hal tidak penting dan bisa menghancurkan kariermu yang baru kau bangun," ujar Nyonya Rieke tulus. Ranya mengangguk pelan. Tanpa diketahui oleh semua orang dia sudah menetapkan Bisma Yudhistira sebagai targetnya. Tidak ada alat yang lebih baik untuk semua rencananya selain Bisma Yudhistira. Terutama jika benar Ardina memang seposesif itu pada segala hal yang berhubungan dengan Bisma Yudhistira. Di sisi lain, Bisma yang baru kembali ke tempat duduknya kini menghadapi pertanyaan Ardina. "Katamu kau hanya ke toilet?" tanya Ardina. "Aku singgah sebentar ke meja Lukas untuk menyapanya. Kami tidak sempat berbicara tadi. Jangan membuat masalah hanya karena hal sepele," ujar Bisma. Dia menatap Ardina dengan pandangan penuh makna. Terkadang dia tidak mengerti kenapa Ardina bersikap terlalu berlebihan terhadap hubungan mereka yang sebenarnya dibuat atas kesepakatan tanpa sepengetahuan keluarga Atmaja. "Aku tidak menyukai Ranya, jauhi dia," ucap Ardina. Bisma berpaling ke arah Ardina dan menatapnya dengan mata yang menyipit. "Aku mohon." Kali ini Ardina berbicara dengan suara memohon. Bisma luluh dan akhirnya mengangguk. "Jangan khawatir," balasnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD