#
Adijaya Atmaja sama sekali tidak benar-benar menaruh perhatian pada Ranya Kirana sampai hari ini.
Dia tidak tahu seperti apa seorang Ranya Kirana yang selama ini selalu dikeluhkan oleh Ardina sebagai artis pendatang baru yang sudah merebut posisinya. Ini pertama kalinya dia bertemu dan melihat Ranya Kirana. Wanita muda yang membuatnya teringat pada wanita yang bahkan sampai hari ini masih tersimpan di sudut hatinya. Cinta yang tidak mampu dia lindungi.
"Aku akan menawarkannya untuk pindah ke meja kita," ucap Tuan Adijaya.
"Aku akan ke toilet," ucap Bisma.
Ardina menatap ayahnya dengan tatapan tidak percaya.
"Papa?" protesnya seakan tersangkut ke tenggorokannya saat melihat bagaimana ayahnya menatapnya kini. Dia tahu apa pun yang dia katakan tidak akan mengubah apa pun.
Nyonya Laksmi hanya diam saat Tuan Adijaya akhirnya melangkah mendekati meja yang ditempati Ranya.
Saat itu tatapan Tuan Adijaya sama sekali tidak lepas dari Ranya.
"Saya minta maaf mengganggu keseruan di meja ini tapi keluarga saya ingin mengundang Nona Ranya untuk pindah ke meja kami di sebelah," ucap Tuan Adijaya akhirnya.
"Oh, Adijaya, kau juga tertarik dengan Nona Ranya yang cantik ini?" salah seorang yang ada di meja itu kini menyindir Tuan Adijaya.
Adijaya Atmaja dikenal tertutup dan tidak pernah lagi dekat dengan wanita mana pun semenjak istrinya meninggal dunia. Satu-satunya rumor buruk yang pernah mencoreng namanya adalah tentang hubungan gelapnya dengan seorang artis yang 15 tahun lalu sudah meninggal dalam perampokan tragis.
"Apa yang kau bicarakan? Nona Ranya adalah artis utama dalam film yang disponsori oleh Atmaja grup. Keteledorankulah yang membuat Nona muda yang sama sekali tidak paham mengenai dunia bisnis ini duduk di antara para pebisnis hebat yang menjadi partner lama Atmaja Group." Nyonya Laksmi mendadak menimpali.
Ranya menatap Nyonya Laksmi yang kini berdiri di samping Tuan Adijaya sekilas sebelum tatapannya kembali tertuju pada Tuan Adijaya.
"Aku tidak menyangka akan mendapat kehormatan yang begitu besar dari keluarga Adijaya seperti ini hingga Tuan Adijaya dan Nyonya Laksmi berdiri dan datang ke meja ini untukku. Aku sungguh merasa sangat ... sangat terhormat," ujar Ranya dengan nada menyindir yang kentara.
Tuan Adijaya sama sekali tidak mengerti kenapa dia harus merasakan rasa bersalah yang sangat besar hanya dengan melihat sosok Ranya. Wajah yang terlalu mirip dengan wanita yang sangat dicintainya, terlalu sulit untuk dia abaikan.
"Berapa usia ...."
"Maaf, aku tahu ini mendadak tapi aku juga tergerak untuk mengundang Nona muda ini untuk bergabung ke meja kami."
Ucapan Tuan Adijaya mendadak dipotong oleh seorang wanita.
Saat itu, seluruh mata mendadak tertuju ke arah seorang wanita paruh baya yang tampak sangat elegan.
Ranya bangkit berdiri saat melihat wanita tersebut.
"Ah, Nyonya Rieke Amarta. Saya merasa sangat terhormat bisa bertemu dengan senior dunia perfilman di sini," ujar Ranya. Sikapnya kini berbeda jauh dengan yang dia tunjukkan di depan para pengusaha yang satu meja dengannya dan juga keluarga Atmaja.
Nyonya Rieke tersenyum.
"Jangan begitu, tidak perlu bersikap formal dan sungkan. Terakhir kali kita ada di satu proyek film dan kau membuat filmnya sukses besar," balas Nyonya Rieke.
Itu adalah pujian yang tulus dan Ranya jelas tidak berniat untuk menolak pujian langka dari seorang aktris senior.
"Terima kasih," ucap Ranya.
Nyonya Rieke kemudian menatap Nyonya Laksmi.
"Jadi bisakah dia bergabung dengan kami saja? Tentu saja kalau Nona ini tidak merasa keberatan," ucap Nyonya Rieke. Bagaimanapun, dia hanyalah tamu undangan di sini dan tidak sopan rasanya untuk ikut campur setelah melihat kalau keluarga Atmaja sendiri sudah terlebih dahulu mengundang Ranya.
Selain itu, dia tentu saja paham makna dari tatapan Ardina saat ini. Tidak ada yang tidak tahu persaingan antara kedua gadis muda itu di dunia akting dan bagaimana Ranya bisa melewati Ardina dengan segala koneksi keluarga Atmaja hanya dengan kemampuan aktingnya saja.
"Aku rasa lebih baik kalau saya bergabung dengan Anda," sela Ranya.
Dia meraih tasnya dan melangkah ke sisi Nyonya Rieke.
Ranya bahkan tidak menolak atau benar-benar menanggapi ajakan Tuan Adijaya dan Nyonya Laksmi yang sudah lebih dulu dibanding Nyonya Rieke.
Meski Ranya tetap tampak bersikap ramah namun siapa pun pasti tahu kalau saat ini Ranya dengan sengaja mencoba mengabaikan keluarga Atmaja.
"Hem, tentu saja. Kenapa tidak? Kau mungkin akan merasa lebih nyaman kalau berkumpul dengan rekan seprofesimu," ucap Nyonya Laksmi menyembunyikan rasa terhina yang dirasakannya akibat tindakan kecil Ranya.
"Ardina juga satu profesi denganmu, bukankah kalian pernah terlibat di proyek yang sama?" ujar Tuan Adijaya tiba-tiba.
Ardina melongo dari tempat duduknya, tidak menyangka kalau ayahnya bahkan tidak menyadari kalau dirinya dan Ranya sebenarnya adalah saingan berat.
Ranya kembali menatap Tuan Adijaya dan tersenyum kecil, hampir terlihat sinis jika saja kalimat yang keluar dari mulutnya tidaklah ramah.
"Tentu saja, tapi bagaimana mungkin artis kecil seperti saya bisa dibandingkan dengan Nona muda keluarga Atmaja," kali ini tatapan Ranya terlihat dalam dan dingin.
Nyonya Rieke meraih jemari Ranya pelan.
"Kalau begitu, maafkan kami. Saya dan Ranya akan ke tempat duduk kami," ucap Nyonya Rieke sopan.
Ranya kemudian mengikuti langkah Nyonya Rieke di sampingnya.
Saat mereka hampir sampai ke meja yang ditempat oleh Nyonya Rieke, Ranya bisa merasakan kalau dirinya diawasi. Saat dia mengangkat wajahnya dan menengok ke balkon, seorang pria tersenyum ke arahnya dan mengangkat gelas.
Ranya mengangguk sopan ke arah pria itu tanpa mengerti apa maksud pria itu namun dia jelas tahu siapa pria itu.
"Apa kau mengenal Adijaya Atmaja sebelumnya?" tanya Nyonya Rieke pelan.
"Ya," jawab Ranya singkat.
Nyonya Rieke sedikit tertegun. Dia berhenti melangkah.
"Jangan terlibat dengan pria itu. Kau masih muda dan Nyonya Laksmi ..."
"Aku pernah melihatnya di majalah bisnis milik Pamanku," potong Ranya.
Nyonya Rieke menarik napas lega.
Entah kenapa sosok Ranya mengingatkannya pada seseorang dan itu memicu rasa simpatinya pada juniornya tersebut.
"Kau pasti pernah mendengar gosip tentang masa lalu Adijaya Atmaja bukan?" tanya Nyonya Rieke kembali.
"Bukankah itu hanya gosip?" Ranya balas bertanya, seakan-akan dia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Nyonya Rieke.
Nyonya Rieke menatap Ranya selama beberapa saat. Wajah Ranya mengingatkannya pada seseorang.
"Gosip atau bukan, berusahalah untuk tidak pernah terlibat dengan keluarga Atmaja terutama Adijaya Atmaja dan Laksmi Atmaja. Kau sudah terlanjur ditandai Ardina sebagai saingannya tapi tidak semua dunia Entertainment dikuasai oleh keluarga Atmaja jadi itu tidak masalah. Yang penting, jangan pernah terlibat dengan mereka secara pribadi." Nyonya Rieke mengingatkan.
Ranya mengangguk pelan.
"Baiklah, aku mengerti," balasnya.
Tentu saja, Ranya tidak mungkin mengatakan pada Nyonya Rieke kalau dia memang berniat untuk terlibat dengan keluarga Atmaja.