#
Sorot mata semua orang kini tertuju pada langkah anggun Ranya Kirana yang baru turun dari mobil.
"Ranya! Bukankah manajermu mengatakan kalau kau tidak akan datang? Apa kau datang untuk menantang Ardina?"
Seorang wartawan melontarkan pertanyaan tiba-tiba pada Ranya.
Saat itu tatapan Ranya beralih pada wartawan tersebut. Di tengah sorotan kamera, dia hanya tersenyum simpul.
"Oh itu benar, aku seharusnya tidak hadir karena aku merasa kurang enak badan, tapi aku merasa tidak nyaman kalau menolak undangan dari perusahaan sponsor film yang aku bintangi. Itu tidak sopan. Lalu, aku tidak datang untuk menantang Ardina, sesungguhnya beliau adalah panutanku dan aku sungguh mengaguminya," jawab Ranya.
Tatapan matanya yang lembut dan ekspresi wajahnya yang meyakinkan membuat sebagian besar wartawan terpesona dengan itu.
"Kami mempercayaimu. Ranya sangat baik! Tolong berikan senyum terbaikmu sebelum masuk," seru seorang wartawan lainnya.
Kecantikan dan peran-perannya yang selalu menjadi wanita baik-baik atau gadis muda yang tertindas membantu membentuk gambaran Ranya sebagai seorang wanita lembut dan baik meski kenyataannya itu bukan karakter aslinya.
"Aku harus masuk, terima kasih semuanya," ucap Ranya sambil melambaikan tangan dan melangkah masuk ke dalam ruangan tempat diadakannya acara yang akan dia hadiri.
Beberapa pelayan menyambutnya dan menunjukkannya tempat duduk yang akan dia tempati.
Ranya dengan mudah kini semakin mengerti kenapa Danu bersikeras kalau dia tidak seharusnya menghadiri acara ini. Entah siapa yang melakukannya tapi tempat duduknya diatur tepat bersebelahan dengan seluruh keluarga Atmaja dan dia satu meja dengan para pengusaha yang terkenal mata keranjang.
"Kalian benar-benar ingin membullyku? Tidak masalah. Aku terima tantangannya," gumam Ranya pelan sebelum akhirnya dia melangkah menuju tempat duduknya.
"Ah, aku sempat khawatir kalau aktris utama kita tidak akan datang. Sekarang aku senang karena ada yang akan menghibur kita," ujar salah satu pria dengan kepala hampir botak dan perut buncit.
Ranya melirik sekilas, merasa kasihan pada tugas berat kancing kemeja pria tersebut yang harus menahan agar perut pria tersebut tidak meledak ke mana-mana.
"Tentu saja aku datang, akan tidak sopan kalau aku menolak undangan langsung dari perusahaan sponsor tapi sayang sekali aku tidak datang sebagai penghibur Tuan-tuan sekalian. Aku juga tamu VIP disini," balas Ranya. Kalimatnya sinis tapi ekspresi wajahnya tetap terlihat lembut dan bersahabat.
Ranya meletakkan undangannya di atas meja yang menunjukkan kalau dirinya adalah tamu VIP, sama seperti orang-orang yang duduk satu meja dengannya.
"Kau berani. Tidak terlihat seperti itu saat di film," ujar pria yang lain.
Ranya tertawa, menampilkan deretan gigi putihnya yang tertata rapi.
"Apakah itu pujian?" tanya Ranya.
"Itu sebuah penilaian. Biasanya ketika ada artis pendatang baru yang ditempatkan satu meja dengan kami, mereka akan berusaha mengambil hati kami dan menghibur kami sebisa mungkin, Tapi kau malah menempatkan dirimu setara dengan kami. Nona muda, kau bahkan belum lama berada di bisnis ini." Kali ini pria yang lainnya ikut menimpali.
Ranya menatap pria-pria di depannya bergantian.
"Tuan-tuan sekalian, dengan sangat menyesal aku harus meluruskan satu hal. Aku tidak berbisnis. Perusahaan tempat aku bernaung yang berbisnis, bukan aku. Yang aku lakukan hanya sekedar berakting dan aku tidak sekedar beruntung ketika kemampuanku diakui," balas Ranya tanpa takut.
"Kau sedang meremehkan kami?!" Kali ini pria botak berperut buncit yang tadi pertama kali menyapa Ranya tampak tidak sabar. Baru kali ini orang yang dia kira akan bisa menghiburnya di acara membosankan seperti ini malah membuatnya merasa kesal.
Ranya Kirana memang memiliki wajah yang sangat cantik dan bentuk tubuh yang membuat banyak pria terang-terangan dan diam-diam bermimpi untuk memilikinya, akan tetapi Ranya bukan masuk ke sarang harimau tanpa persiapan.
"Maafkan aku, apakah Anda merasa seperti itu? Aku sama sekali tidak bermaksud tapi terkadang orang mungkin menjadi salah paham karena mereka memang terbiasa bersikap buruk pada orang lain," balas Ranya. Sekilas sorot matanya terlihat dingin tapi senyuman di bibirnya membuat orang ragu apakah dia melakukan itu semua dengan sengaja.
"Tapi aku yakin para Bapak-bapak sekalian di meja ini bukan orang jahat," lanjut Ranya.
Bisma yang diam-diam menyimak percakapan di meja sebelah itu sejak tadi kini tertawa.
Dia kini memperhatikan Ranya dari tempat duduknya.
"Dia kasar. Itu karakter aslinya," ucap Ardina yang menyadari kalau Bisma juga memperhatikan Ranya.
"Dia?" tanya Bisma. Dia merasa sedikit penasaran dengan wanita muda yang duduk di meja lain dan berani menyindir para pengusaha senior yang terkenal mata keranjang tersebut.
"Ranya Kirana, orang yang merebut posisi pemeran utama di film yang seharusnya aku bintangi," jawab Ardina. Dia sama sekali tidak menyembunyikan rasa kesalnya.
"Oh, itu dia?" tanya Bisma lagi memastikan.
Ardina mengangguk.
Bisma tersenyum simpul, dia paham kalau tunangannya itu pasti merasa sangat kesal saat peran utama direbut darinya tapi menurut Bisma memang sudah seharusnya Ardina meninggalkan dunia seni peran karena pada akhirnya dia yang harus mewarisi bisnis keluarga Atmaja.
"Aku melihat filmnya, tapi dia terlihat sedikit berbeda dengan saat dia berada di dalam film," ucap Bisma lagi
Kenyataannya bukan hanya Bisma yang saat ini diam-diam menyimak percakapan di meja sebelah.
Nyonya Laksmi dan Tuan Adijaya juga.
"Kau kenapa Adi?" tanya Nyonya Laksmi pada putranya yang tampak pucat dan gelisah.
Berbeda dengan Nyonya Laksmi yang terlihat tenang serta sesekali berbicara tentang bisnis dan perusahaan dengan orang-orang yang datang ke meja mereka, Tuan Adijaya semakin pucat dan gelisah saat pandangannya tertuju ke meja yang ada di sebelah mereka.
"Aku tidak apa-apa," jawab Tuan Adijaya. Meski begitu dia tidak bisa melepaskan pandangannya dari Ranya. Bahkan sejak Ranya itu masuk ke dalam ruangan ini.
"Ardina, apa kau yang mengatur tempat duduk semua tamu? Bagaimana bisa kau mengatur seorang gadis muda duduk diantara..."
"Mama yang mengaturnya," potong Nyonya Laksmi yang membuat Adijaya kembali terdiam.
Ranya bisa merasakan tatapan Tuan Adijaya kepadanya.
"Aku tentu saja merasa sangat terhormat di undang di acara ini dan juga tentu saja karena mendapat tempat duduk di antara orang-orang hebat dalam dunia bisnis, tapi aku rasa ada sedikit kesalahan karena aku sama sekali bukan seorang pebisnis apalagi penghibur. Aku seorang aktris dan sepertinya orang yang mengatur tempat dudukku di sini sudah membuat kesalahan yang tidak disengaja," ujar Ranya dengan suara yang sedikit lebih kuat membuat tamu lainnya kini semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di meja tempat Ranya berada.
Setelah Ranya selesai berbicara, Tuan Adijaya dan Bisma bangkit berdiri di saat yang sama, membuat Nyonya Laksmi dan Ardina kita menatap keduanya heran.