1

659 Words
Awal tahun 2015 (4 tahun kemudian) Aku mengepak barang-barangku, bukan pekerjaan yang melelahkan sebenarnya. Barangku cukup sedikit dan aku juga tidak akan membawa semuanya. Sebenarnya aku ingin membawa semuanya, mengangkut semuanya ke negara kelahiranku. Aku tidak ingin kembali lagi kesini. Ke negara yang aku benci. Tapi aku berusaha bersikap bijaksana. Kapan hidupku pernah sesuai dengan keinginanku? Aku berniat untuk tidak pernah kembali lagi kesini, tapi mungkin dengan suatu situasi yang tidak akan pernah aku bayangkan dan akhirnya memaksaku untuk kembali. "kau tidak akan membawa ini?" tanya Lucy teman seapartemen ku sambil mengangkat beberapa pakaian yang tidak pernah aku pakai.  Aku bertemu lucy karena ketidak sengajaan. Dia adalah seorang mahasiswa kedokteran di kampus yang sama denganku, dan dia satu tingkat diatasku. Tapi kami sebaya, dan kami memiliki banyak kesamaan. Dan akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama. "tidak" jawabku sambil kembali memasukkan beberapa pakaian kedalam koper. Tidak berniat sama sekali untuk memasukkan sesuatu yang ada hubungannya dengan ibuku. "kau meninggalkan seluruh pakaian mahalmu dan membawa pakaian kusammu? Seriously?" "itu bukan bajuku. Itu baju ibuku" aku bahkan tidak berusaha untuk menoleh lagi. sebenarnya yang aku bawa adalah beberapa baju baru yang aku beli beberapa waktu lalu, tapi jika dibandingkan dengan baju yang sekarang dipegang oleh lucy, memang baju ini terlihat cukup menyedihkan. "ibumu membelikan ini untukmu kau tahu?" "aku tidak pernah memintanya" "lalu, apa yang akan kau lakukan dengan baju ini?" Aku menghela nafas, letih dengan percakapan ini. "menjualnya, dan uangnya akan aku lemparkan ke wajahnya" Lucy derdiam sebentar, meletakkan pakaian yang ia pegang ke sofa terdekat dan mendekatiku. "seriously?" Aku hanya menatapnya sebentar dan melanjutkan kegiatanku. Perlu kalian ketahui, aku selalu serius dengan ucapanku ketika berhubungan dengan ibuku. "bukankah kau terlalu berlebihan?" lucy berusaha terdengar tidak terlalu khawatir, tapi jelas bahwa seluruh wajahnya penuh dengan kekhawatiran, bukan khawatir terhadap ibuku tapi khawatir terhadapku.  Dia tidak berlebihan, terakhir kali aku bertemu ibuku dan di akhir pertemuan aku mendapat tamparan keras karena hanya tidak sengaja menjatuhkan jusku di tangannya yang penuh dengan perhiasan yang menjijikkan. ibuku berfikir bahwa aku sengaja melakukannya, berusaha membuat dia terlihat buruk di depan orang lain.  Dan apa yang akan ibuku lakukan jika aku benar benar melempar uang ke wajahnya? Aku meletakkan baju terakhir kedalam koper dan menatapnya. " jangan khawatir, ini akan benar benar menjadi pertemuan terakhirku dengannya. Jika dia ingin melakukan sesuatu aku hanya tinggal membalasnya" "itu akan lebih mengkhawatirkan" Aku hanya tersenyum dan menutup koperku. Menyelesaikan persiapanku. "kau serius tidak akan berangkat setelah wisuda?" lucy terus menerus mengajukan pertanyaan yang sudah dia tau apa jawabannya Aku mendorong koperku ke ujung, dimana barang barangku yang lain sudah tertumpuk dan kemudian duduk di sofa dan menatapnya penuh tanya. "kenapa? Ada apa? Kau seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi juga tidak ingin mengatakannya. Apa itu?" Lucy ikut duduk di sampingku dan mencoba mencari cari sesuatu di dalam mataku. Aku bahkan tidak tau apa yang sedang dia coba cari.  "aku hanya khawatir, kenapa kau tiba tiba memutuskan untuk kembali ke negaramu? kenapa tiba tiba kau sudah memiliki pekerjaan yang menunggumu? kenapa kau tiba tiba memutuskan benar benar tidak akan kembali dan bahkan berusaha untuk melepas satu satunya keluarga yang kau punya untuk hidup dengan ketidak pastian di negara lain? Aku hanya penasaran dan khawatir. Itu saja" "itu tidak pernah menjadi tiba tiba" aku menarik nafas panjang "aku sudah merencanakan semuanya sejak aku bertemu dengan ibuku 4 tahun yang lalu" aku meletakkan punggung ku di sandaran sofa dan menutup mataku, tiba tiba merasa letih "aku tidak pernah tiba tiba merencanakan untuk kembali pulang, aku sudah memutuskan untuk kembali pulang bahkan ketika saat aku memutuskan untuk berangkat ke negara ini. aku juga mendapat pekerjaan dengan tidak tiba tiba, aku sudah mendaftar dan mengikuti ujian masuk beberapa bulan yang lalu. dan aku memang memutuskan untuk benar benar tidak pernah kembali, tapi kapan hidup pernah sepaham denganku. Dan untuk pertanyaan terakhirmu..." aku membuka mataku dan menatapnya, dengan tatapan terentan yang pernah aku tunjukkan padanya "kau sangat tau kenapa aku lebih memilih hidup dengan ketidak pastian ini"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD