PROLOG

344 Words
Seorang anak berusia delapan tahun sedang duduk di ayunan gantung kayu. Dia memegang sebuah buku cerita tentang seri dongeng. Rambut panjangnya yang tergerai ditiup angin sepoi-sepoi. “Khansa!” Dia menoleh, membentuk senyum manis di bibirnya ketika melihat seseorang berjalan mendekat ke arahnya. “Bunda!” jawab Khansa lembut. Ira dengan penampilan yang sudah memakai hijab membawa sebuah nampan berisi segelas s**u. “Bunda cariin ternyata di sini! Minum dulu susunya.” Khansa meraih segelas s**u coklat hangat dari tangan Ira dan meminum hingga tandas. “Bun, apa kisah Cinderella itu bisa terjadi di dunia nyata?” tanya Khansa sambil menyandarkan kepalanya dalam dekapan Ira. “Hmmm … mungkin, jalan hidup yang serupa tapi tak sama!” “Maksud, Bunda?” Khansa mendongak. “Kisahnya mungkin saja sama, tapi di dunia nyata kan tidak ada ibu peri yang langsung mengayungkan tongkatnya dan terjadi sesuai keinginannya, Di dunia nyata ada tahap-tahapnya.” Khansa lantas memperbaiki duduknya, menghadapkan badannya pada sang bunda. Ira melempar punggung pelan pada sandaran ayunan dan diikuti juga oleh Ira seraya mendengarkan. “Kalau di dunia nyata, tanpa perlu sepatu kaca juga bisa hidup bahagia bersama pangeran berkuda putih. Ketika mereka menemukan cinta sejati, tidak perlu status ataupun kekayaan, asalkan hati bahagia mereka bisa hidup bersama.” “Benarkah? Lalu bagiamana dengan kisah yang lain? Beauty and the Beast, Snow White dan masih banyak lainnya?” Khansa bertanya antusias, dia benar-benar ingin tahu. “Anak Bunda ternyata sudah pandai berimajinasi. Nak, tidak semua cerita dongeng itu bisa terjadi di dunia nyata. Itu hanya sebuah dongeng yang dibuat untuk menghibur anak-anak seusia kamu,” jelas Ira dengan mengusap surai pekat Khansa. Khansa kembali terdiam. Ira hanya mengulas senyum, kemudian memegang kedua tangan Khansa dengan menatapnya dengan hangat. “Tapi Bunda punya satu kisah yang ingin Bunda ceritakan pada kamu.” Tampak binar bahagia menghiasi wajah Khansa. Dia kembali merasa antusias untuk mendengarkan cerita bundanya. “Apa kamu siap untuk mendengarkan?” Khansa mengangguk cepat. Ira menarik napas panjang. “Ini kisah tentang Salsa yang akhirnya menemukan pangeran berkuda putih. Dimulai saat Salsa baru menjadi murid SMA, lalu—“ Ira memandang langit yang saat itu terlihat mendung dengan tatapan mengenang. “—akhirnya ia bahagia karena keputusan yang tepat.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD