D U A B E L A S

1648 Words
“Boleh aku menanyakan sesuatu?” tanya Levi. Ira yang sedang mengeluarkan kotak makan siang hanya mengangguk karena sibuk mengatur beberapa barang bawahan mereka di atas karpet. Levi sengaja mengajak Ira piknik di tepi danau agar dia bisa menanyakan apa yang sudah di pikirkan selama seminggu ini. Dia terlihat ragu-ragu akan menanyakan padanya. Levi tampak senang melihat Ira sibuk mengatur beberapa hidangan yang sudah disiapkan dari rumah. Levi mengembuskan napas panjang dan menggeserkan badannya lebih dekat dengan Ira. “Apa hubunganmu dengan tunangannya Kak Rangga?” tanya Levi pelan. Ira terkejut. Dia melepaskan cangkir yang dipegangnya, wajah Ira mendadak pucat. “Kenapa bertanya begitu padaku? Aku tidak mengenalnya!” jawab Ira seraya menaruh roti di piring. “Kenapa berbohong?” tanya Levi. Dia membalikan badan Ira menghadapnya. “Aku memang tidak mengenalnya!” sentak Ira. Dia hendak beranjak lantas dicekal Levi yang dengan cepat memegang tangannya. “Dia sahabatmu waktu masih SMA dulu 'kan?” tanya Levi menatap Ira yang masih berdiri di hadapannya. Ira lantas duduk, membalas tatapan Levi. Ada kemarahan dalam sorot matanya. “Apa yang ingin kau ketahui?” Ira beranjak pergi membiarkan Levi yang tak bergeming. Levi sontak berteriak kaget. "Jangan pergi!" “Siapa yang jangan pergi?” tanya Ira terkejut. Levi menoleh kaget. Ternyata dia hanya membayangkan kejadian tadi. "Eh, cuma kupu-kupu yang lewat," jawabnya mencari alasan. Alis Ira berkerut bingung. Dia mendongak mengedarkan pandangannya. Tidak ada kupu-kupu. Entahlah mungkin Levi mendadak halu. “Tadi kau bilang ada yang ingin kau tanyakan, kau mau tanya apa?” tanya Ira lagi. “Oh itu, aku mau tanyakan soal .... “ Levi melihat-lihat sekitar dengan berpikir apa yang akan dia tanyakan pada Ira, dia lalu melihat selai nanas. “Soal roti tawarnya apa sudah siap. Aku sudah lapar,” katanya canggung. Ira lalu mengeluarkan roti tawar yang sudah disiapkannya. Dengan cepat Levi mengambilnya tapi Ira menariknya lagi dan mengambil selai lalu menyekanya dan memberikan pada Levi dengan beberapa tambahan keju dan daun seledri. Levi menerima dengan senyum merekah. Tatapannya beralih pada Rangga dan Chacha yang mendekat ke arah mereka. Levi melihat ke arah Ira yang sedang sibuk menyiapkan makanan. Dia tidak mengetahui kedatangan mereka. Chacha mendadak panik dan salah tingkah karena takut kalau Ira akan membicarakan sesuatu yang membuat rahasia yang di sembunyikan terbongkar di hadapan Rangga. “Hai, maaf kami sedikit terlambat,” sapa Rangga yang sudah berdiri di hadapan Levi. Ira yang membelakangi mereka terkejut mendengar suara Rangga dan melepaskan roti yang dipegangnya. Dia terduduk lemas, meremas ujung syalnya yang terjuntai di atas karpet. Rangga langsung duduk di sebelahnya bersamaan dengan Chacha. Ira kemudian berbalik dan menatap dingin wajah mereka. “Kenapa kalian terlambat? Kan ini hari sabtu, jalanan juga tidak macet,” ujar Levi sengaja mengalihkan pandangan Ira. “Oh maaf, kami sedikit terlambat karena tadi kami harus menjemput mamanya Chacha dulu,” jawab Rangga. Chacha hanya terlihat senyum kikuk dan melihat ke arah Ira. Tatapan Ira menyorot dingin pada Levi. Dia tidak tahu kalau Levi memanggil mereka untuk bergabung, Levi memang sengaja mengundang mereka agar mendapatkan jawaban dari rasa penasaran yang selama ini dia pikirkan. Levi mempersilakan Rangga dan Chacha menikmati hidangan. Rangga menyantap sushi buatan Ira yang juga merupakan makanan kesukaan Rangga. “Waw, ini enak sekali. Aku sudah lama tidak merasakan sushi seenak ini,” puji Rangga yang dengan lahap menyantap sushi. Levi sejak tadi memperhatikan Chacha yang terus melihat ke arah Ira, dia semakin merasa ada yang disembunyikan mereka. “Itu buatan Ira, Kak. Ini juga makanan favorit Kak Rangga 'kan?” ujar Levi yang berusaha menghidupkan suasana. “Benar sekali Lev, kalau rasanya seenak ini walaupun tiap hari menu makanannya sushi pun aku pasti akan menyantapnya dengan senang hati,” sahut Rangga yang masih menyantap sushi bahkan dia hampir menghabiskan semuanya. “Kenapa tidak meminta tunanganmu untuk membuatkan tiap hari untukmu, dia kan pintar memasak," sindir Ira. Chacha tersedak kaget. Levi dengan cepat memberikannya segelas air putih, Rangga yang juga terkejut dengan ucapan Ira dia hanya menatapnya diam dan menaruh sushi terakhir yang sudah dipegangnya di atas piring, dia merasa ucapan Ira menyindir Chacha yang memang tidak bisa memasak. Dia agak tersinggung dengan ucapan Ira dan langsung membersihkan mulutnya dengan tisu. “Hei, bagaimana kalau kita main game!” Levi berseru mengubah topik pembicaraan. Ira mengalihkan pandangannya dari Rangga. Rangga setuju saja dengan ajakan Levi, sementara Chacha hanya diam dan berusaha tersenyum menutupi kecemasan di wajahnya. Levi segera mengambil botol coca cola yang sudah kosong dan bersiap untuk bermain game. Dia duduk di samping Ira dan berhadapan dengan Chacha sementara Ira berhadapan dengan Rangga. “Kita mulai!” ucap Levi yang langsung memutar botol dan botol yang diputarnya berhenti di hadapan Rangga. “Aku yang tanya!” seru Levi antusias. “Apakah Chacha cinta pertama Kak Rangga dan bagaimana kalian bertemu?” Rangga yang sudah bersiap menjawab membalikan badannya mengahadap Chacha dan memegang kedua tangannya. Wajah Chacha tersipu malu tapi langsung berubah ketika dia melihat tatapan Ira yang sedih dan marah mengarah padanya. Chacha sontak melepaskan tangannya tapi Rangga kembali menarik dan memegangnya lagi. Ira memalingkan wajahnya dengan penuh kebencian. Levi yang melihat kesedihan di wajah Ira terus memandangnya dengan penuh kebingungan. “Iya, dia cinta pertamaku. Awal kami bertemu waktu aku melihatnya di pesta dansa dan berkat gelang tangannya yang waktu itu terjatuh aku akhirnya bisa bertemu dengan cintaku,” jawab Rangga menatap wajah Chacha dengan penuh cinta lalu mengecup keningnya. Chacha merasa senang sekaligus takut karena emosi Ira bisa saja meledak tiba-tiba karena melihat mereka berdua. Air mata Ira mengalir melihat kemesraan yang Rangga tunjukkan, dia dengan cepat menghapus air matanya dan Levi yang sejak tadi memperhatikannya mulai curiga dengan sikap Ira. “Waw, sungguh romantis ya, Kak. Selanjutnya,” ujar Levi segera mengalihkan suasana dan memutar kembali botol dan berhenti di hadapan Ira. Rangga yang mengajuhkan diri untuk bertanya. “Menurutmu apa yang lebih dulu, cinta atau persahabatan?” Ira dan Chacha sama-sama terkejut, mereka berdua saling melempar pandangan. Ira tersenyum sinis dan mengalihkan pandangannya melihat ke arah Rangga. “Tidak kedua-duanya. Aku tidak memilih cinta ataupun persahabatan semuanya bagiku hanya omong kosong. Cinta ataupun persahabatan pada akhirnya hanya berujung dengan pengkhianatan!” jawab Ira dengan penuh penekanan. Tatapannya menyorot arogan. Rangga melihat mata Ira yang menatapnya, hatinya seperti tersentuh dengan sorot matanya. Chacha yang mendengar ucapan Ira mendadak pucat. Levi merasa terkejut mendengar ucapan Ira, dia merasa ucapan Ira seperti menyindir seseorang, dalam kebingungannya dia kemudian memegang tangan Ira. Ira mengalihkan pandangannya dari Rangga dan berbalik melihat Levi. “Kita sudahi permainan ini, aku harus pulang karena ada pesanan mendadak di butik dan pelangganku sudah menunggu disana. Boleh kami permisi pulang duluan,” pinta Chacha yang mengambil tasnya dan berdiri dari tempat duduk kemudian memegang bahu Rangga agar mereka segera pergi. “Ya sudah nanti kita lanjutkan lagi,” kata Levi seraya berdiri. Rangga masih diam dalam lamunannya berusaha mengingat sesuatu, dia mengingat kembali waktu dia melihat sorot mata itu di pesta Vira, matanya sama persis dengan tatapan Ira yang dilihatnya tadi, Rangga berusaha membandingkan dengan tatapan lima tahun lalu. Pancaran mata gadis bertopeng yang dilihatnya masih terus berbekas dipikirannya, Chacha mengangetkannya. Rangga lalu berdiri dan berjalan dengan banyak kebingungan, entah apa yang membuatnya sedikit terusik dengan tatapan Ira tadi, dia seperti merasakan sesuatu yang ganjal di hatinya, dia menoleh lagi ke belakang, melihat sosok Ira dari jarak yang belum jauh dari posisi Ira berdiri yang sedang menyamping memandangi danau yang airnya begitu tenang. Dia kemudian berbalik lagi ketika Chacha menarik tangannya melihat Rangga memperhatikan Ira. Chacha sudah mulai cemas karena mengetahui Rangga telah menyadari sesuatu. Sementara Levi sudah mendapatkan sedikit jawaban dari kebingungan dan rasa penasarannya selama ini. Dia sengaja menutupi wajah Ira dengan berdiri di samping Ira agar Rangga tidak lagi memandanginya karena sesekali Rangga terus menoleh ke belakang. Levi kemudian memberanikan diri untuk bertanya pada Ira ketika dia sudah melihat Rangga dan Chacha pergi. Levi melihat pandangan kesedihan di wajah Ira yang sedang memandangi danau, embusan angin kecil membuat syal menutupi wajah Ira, dia tidak bergeming dari pandangannya yang terus menatap wajah Ira yang masih ditutupi syalnya, Ira lalu menurunkan syal dan melihat Levi yang sejak tadi menatapnya. “Ada yang ingin kau tanyakan?” tanya Ira dengan tersenyum kecil tanpa melihat ke arah Levi. Levi ? terkejut dan mengalihkan pandangannya. Levi hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu tapi aku takut kau nanti marah dan akan menjauhiku. Jika boleh aku bertanya bisakah kau menjawabnya?” ungkap Levi yang hanya sesekali menoleh padanya. “Tergantung apa yang ingin kau tanyakan ....” jawab Ira. “Apakah masa lalumu terkait dengan cinta dan persahabatan?” Levi menatap Ira, “tapi jika kau tidak ingin menjawabnya aku tak akan memaksa,” lanjutnya lagi. “Apa yang ingin kau ketahui dariku? Bukankah tadi kau sudah mendengar jawabannya,” jawab Ira yang langsung berbalik menatapnya. “Iya tapi aku hanya ingin tahu alasannya karena itu membuatku penasaran,” balas Levi sedikit canggung melihat tatapan Ira padanya. “Jika kau terus menanyakan tentang masa laluku, aku akan melupakan kita pernah menjadi teman,” tegas Ira dan berjalan pergi. Levi hanya bisa diam. Dia tidak ingin menanyakan padanya lagi karena saat ini suasana hati Ira sedang tidak baik, dia melihat Ira mengalihkan kesedihannya dengan memakan beberapa makanan kecil yang mereka belum sempat habiskan. Levi lalu berjalan mendekatinya, dia masih melihat Ira menyantap beberapa roti dan sesekali meneguk jus yang ada dalam botol. Ira menyantapnya dengan cepat bahkan dia tiba-tiba tersedak, Ira kembali meneguk jusnya dan memasukan lagi sushi spesial khusus buat Levi yang sudah dipisahkannya sebelumnya. Ira menyantapnya lagi dan lagi, Levi kemudian menahan tangannya yang akan memasukkan sushi ke mulutnya. Ira langsung diam menatapnya dan air matanya mulai menetes perlahan dari pelipis matanya. Ira menunduk dan menghapus air matanya. Levi yang melihatnya langsung menarik Ira dalam pelukan Levi. Ira merasa terkejut dia ingin melepaskan pelukan Levi tapi Levi mendekapnya erat bahkan tubuhnya tidak bisa bergerak. Levi hanya diam memeluknya, hati Ira pun luluh dan dia mulai menangis terisak. “Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu mengingat luka lamamu. Menagislah dalam dekapanku, jangan kau simpan sendiri kesedihanmu. Aku akan selalu ada kapanpun kau membutuhkanku,” ucap Levi dengan mengelus rambut Ira. Levi kemudian melepaskan pelukannya dan kembali menatap wajah Ira, dia menghapus bekas air matanya yang masih belum kering. Dan kemudian membereskan perlengkapan mereka lalu beranjak pulang. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD