Chapter 3

1301 Words
Dzz... Dzz... Dzz... Red Spider : Aku sudah mengirim nama-nama orang yang akan hadir di pesta itu. Black Alpha : Kau sudah memastikan kalau semua orang-orang itu akan hadir? Red Spider : Ya. Bisa dipastikan kalau mereka semua akan hadir. Terlebih, pesta itu dibuat dengan tujuan untuk memperkuat jabatan mereka di pemerintahan. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menghadiri pesta tersebut. Blue Hat : Aku sudah mengamati seluruh setting tempat dan seluruh gedungnya. Sama sekali tidak ada yang mencurigakan. Kita bisa menjalankan rencana tanpa kendala. Black Alpha : Kerja bagus semua. Tapi, kalian harus tetap waspada. Ini adalah pesta yang dikhususkan untuk para pejabat, tidak mungkin mereka tidak memiliki keamanan yang ketat. Bisa jadi mereka memasang sistem jebakan. Red Spider : Baik. Blue Hat : Baik. Green Fly : Black Alpha, apa kau benar-benar akan hadir di pesta itu? Red Spider : Apa?! Black Alpha akan menghadiri pesta itu?! Blue Hat : Black Alpha? Apa itu benar?! Red Spider : Tapi, dari mana kau menerima informasi itu Green Fly? Blue Hat : Benar. Dari mana kau mendapat informasi itu? Green Fly : Dari White Cat. White Cat : Black Alpha sendiri yang memberitahuku. Red Spider : Black Alpha? Green Fly : Black Alpha? Blue Hat : Black Alpha? Black Alpha : Ya. Aku akan menghadiri pesta itu. Red Spider : Kau serius? Blue Hat : Kau akan menghadirinya sendiri? Green Fly : *emoticon terkejut* White Cat : Sudah kubilang kalau aku tidak bohong Green Fly. Green Fly : :) Blue Hat : Black Alpha? Black Alpha : Istirahatlah agar mood kalian baik di hari eksekusi besok. Black Alpha offline. Red Spider : Black Alpha, kau benar-benar pergi seperti ini? Blue Hat : Black Alpha, kau belum menjawab pertanyaanku! Green Fly : Black Alpha, kau sangat jahat. White Cat : Sudahlah. Black Alpha menyuruh kita istirahat. White Cat offline. Green Fly : Baiklah. Green Fly offline. Red Spider offline. Blue Hat : Hei! Kenapa kalian meninggalkanku sendirian? Menyebalkan. Blue Hat offline. Sementara itu, Alasya terkekeh membaca percakapan mereka berempat. Walaupun di monitor ia sedang terlihat offline, tapi sebenarnya ia masih online dan membaca semua percakapan mereka di grup. Itu adalah salah satu siasat Alasya untuk menghindari pertanyaan beruntun dari mereka. Saat Alasya sedang mengobrol dengan White Cat secara personal melalui chat, ia tak sengaja memberitahunya bahwa ia akan menghadiri pesta itu. Padahal ia telah mewanti-wanti White Cat agar tidak memberitahu yang lain. Tapi, tetap saja hal itu tidak berguna. Karena, bisa dibilang kalau White Cat adalah yang paling tidak bisa diam jika mendapat sebuah informasi. White Cat pula yang selalu membawa gosip dari seluruh penjuru dunia ke dalam grup. Hingga mereka tak pernah ketinggalan berita apa pun. Oleh karena itulah, grup chat mereka ribut karena informasi tersebut. Sepertinya, mereka lebih tertarik padanya yang menghadiri pesta itu dari pada menjalankan misi utama mereka. Alasya lalu mengulas senyum kemudian mengambil cangkir berisi kopi buatannya yang masih panas. Terlihat dari kepulan asap yang menguap dari kopi tersebut. Setelahnya, Alasya memutar kursinya ke kiri yang langsung memberikannya pemandangan kota Washington yang dipenuhi gedung pencakar langit. Tak lupa dengan langit biru dan matahari yang menyinari kota Washington. Seulas senyum pun terukir di wajah cantik Alasya melihat betapa indahnya cuaca hari ini. Yang sayangnya, hal itu tak cukup membuat Alasya beranjak dari penthouse-nya. Jika ada orang yang ingin membuat Alasya keluar dari tempat persembunyiannya, orang tersebut setidaknya harus memiliki sesuatu yang sangat menarik di mata wanita itu. Jika tidak, jangan harap Alasya akan beranjak dari tempat ternyamannya. Bahkan untuk membeli kebutuhan sehari-harinya pun, Alasya selalu mengandalkan jasa kurir dan semacamnya. Jika Alasya sedang ingin berbelanja, ia akan memanggil sebuah brand untuk datang ke penthouse-nya dan membawa barang yang ingin ia inginkan. Dan mungkin itulah salah satu alasan yang membuatnya masih sendiri hingga saat ini. Meski begitu, Alasya tidak pernah merasa kesepian. Ia selalu menikmati waktu kesendiriannya dengan bahagia. Alasya bahkan merasa tidak memerlukan pria dalam hidupnya. Ia bisa menghidupi diri sendiri. Ia bisa memiliki semua yang ia inginkan sendiri. Ia bisa melakukan apa pun sendiri tanpa bantuan sendiri. Ia bahkan bisa membuat seorang pria merasa iri terhadap kemandiriannya. Jadi, apa alasan yang bisa Alasya gunakan untuk menginginkan seorang pria menjadi pendampingnya? Hingga saat ini, tak ada satu pun alasan yang bisa menjawab pertanyaan yang biasa Alasya ajukan saat sedang termenung seorang diri. Tapi, sudahlah. Alasya tak perlu menemukan jawaban atas pertanyaan itu. Karena baginya, hidup sendiri lebih menyenangkan. ------- Malam ini, Alasya tampak sangat elegan dalam balutan dress panjang dengan punggung yang cukup terbuka, begitu pula dengan bagian leher yang juga cukup terbuka hingga memperlihatkan sedikit belahan dadaanya. Serta, sisi kiri dress yang terbelah hingga ke pertengahan pahanya. Alasya membiarkan rambut pendek sebahunya terurai dan hanya dihiasi oleh jepit rambut bunga yang memanjang di sisi kanan rambutnya. Ia pun hanya menggunakan riasan sederhana, tapi tetap menonjolkan sisi elegannya. Dan agar tidak ada yang mencurigainya, Alasya sengaja menggunakan beberapa perhiasan, tas, dan heels dari brand terkenal. Setelah memastikan penampilannya telah sempurna, Alasya mengulas senyum miring lalu melangkah menuju lift yang menyatu dengan penthouse-nya. Saat lift-nya bergerak turun, tiba-tiba ponsel Alasya bergetar. Tanpa menunggu lama, ia pun segera mengecek ponselnya dan langsung membuka pesan yang berasal dari grup chat hacker-nya. Blue Hat : Black Alpha, kau sudah berangkat ke pesta itu? Red Spider : Sebentar lagi acaranya dimulai, tentu saja dia sudah berangkat sekarang. Green Fly : Jangan ribut. Fokus saja pada pekerjaan kita. Blue Hat : Tidak bisa. Aku sedang sangat sangat sangat penasaran dengan satu hal. Green Fly : Penasaran dengan apa? White Cat : Penasaran kenapa Black Alpha tiba-tiba menghadiri pesta itu? Padahal, di beberapa pesta sebelumnya, dia tidak pernah menghadiri satu pun dari pesta itu. Blue Hat : Benar. Aku benar-benar penasaran dengan itu. Red Spider : Sudahlah. Tidak usah ribut lagi. Orang-orang sudah mulai berdatangan di pesta itu. Alasya lantas menggelengkan kepala membaca percakapan mereka. Setelahnya, ia pun kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas. Kalau dipikir-pikir, ini memang pertama kalinya Alasya menghadiri pesta untuk misinya. Biasanya, ia hanya menjalankan misinya di atas tempat tidur. Entah mengapa, misi kali ini membuatnya sedikit tertarik hingga memutuskan untuk menghadiri pesta itu secara langsung. Lamunan Alasya seketika buyar ketika lift-nya telah sampai di lobi gedung. Tanpa menunggu lama, ia pun melangkahkan kakinya keluar lift menuju sebuah mobil mewah yang telah menunggunya di depan lobi. Setelah ia masuk ke dalam mobil, mobil tersebut pun langsung melaju menuju gedung yang menjadi lokasi berlangsungnya pesta para pejabat. Sebuah pesta yang mengatasnamakan sosialisasi para pejabat di segala penjuru dunia. Tapi, memiliki tujuan terselubung di baliknya. Pesta yang dikhususkan untuk para pejabat koruptor. Sepanjang perjalanan menuju gedung tersebut, Alasya hanya termenung dengan pandangan yang mengarah keluar jendela mobil. Memandangi gedung-gedung di Washington yang belum sempat ia jelajahi setelah tiba di sana satu minggu yang lalu. ‘Sama saja dengan yang lain. Membosankan,’ batin Alasya. Dan itulah kesan yang selalu Alasya berikan untuk setiap kota yang ia datangi sejauh ini. Sampai tak berapa lama, akhirnya Alasya tiba di sebuah gedung yang cukup besar dan mewah. Tak ada wartawan dan fotografer di depan gedung tersebut yang akan menyambut para tamu. Tak ada pula bodyguard yang akan melindungi para tamu dari cecaran pertanyaan wartawan. Yang ada hanya beberapa petugas parkir. Meski begitu, Alasya sangat yakin kalau di dalam gedung tersebut pasti terdapat beberapa wartawan dan fotografer dengan ID eksklusif yang dibiarkan masuk untuk memotret momen pesta tersebut. Tanpa membuang waktu, Alasya segera keluar dari mobilnya. Ia pun tak langsung masuk ke dalam gedung setelah memijakkan kakinya di lantai. Selama beberapa saat, Alasya hanya berdiri di tempatnya seraya memandangi gedung yang dari luar tampak sepi tersebut. Suasana yang sudah pasti sangat bertolak-belakang dengan suasana di dalam gedung. Alasya lantas mengukir senyum di bibirnya. “Permainan dimulai,” gumam Alasya menyeringai kemudian melangkahkan kakinya memasuki gedung tersebut. ------- Love you guys~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD