Malam Pengantin

1053 Words
Setelah menyelesaikan acara pernikahan, Bima langsung memboyong Ayu ke rumah miliknya. Bahkan mereka meninggalkan tempat acara paling awal ketimbang anggota keluarga yang lain, itu pun atas permintaan Ayah Bima yang melihat raut tertekuk Ayu. Bukannya tidak sopan, Ayu memang sangat lelah seharian ini. Berbekal satu koper penuh baju, Ayu pulang ke rumah milik Bima. Tadi dia meminta sepupunya untuk mengemasi beberapa baju untuk ia kenakan di rumah Bima beberapa hari ke depan, sisanya akan ia ambil sendiri besok. Lagian mungkin ia akan sering pulang ke rumah orangtuanya ketimbang menghabiskan waktu di rumah Bima, tak enak saja menurut dirinya. Sepanjang perjalanan Bima hanya diam, begitu pula dengan Ayu. Tak ada satu patah kata pun yang keluar dari bibir keduanya, terlalu larut dalam rasa lelah setelah seharian penuh menjadi bintang acara pernikahan mereka. Mungkin Ayu akan langsung tertidur setelah menyentuh kasur, riasannya sudah dibersihkan tadi oleh ibunya, hanya tinggal menanggalkan gaun yang tengah ia kenakan. Gaun itu miliknya, Ibunya menolak untuk menyewa gaun ini dan memilih membelinya. Jadilah ia leluasa saja membawa pulang gaun itu. Bima juga sudah tak serapi tadi, kemejanya sudah digulung hingga siku, jas yang tadi ia kenakan sudah tersampir di kursi mobil. Meski tak mengungkapkannya, Ayu sudah paham jika Bima tak ingin banyak bicara saat ini. Itu salah satu alasan kenapa mereka hanya berdiam diri satu sama lain sepanjang perjalanan pulang. Rumah Bima tak terlalu jauh sebenarnya, berada dekat dengan pusat kota. Pilihan yang tepat karena pasti ia akan sering bolak-balik ke kantor untuk sekedar meeting atau menandatangani dokumen. Sayangnya itu berarti cukup jauh dari kantor Ayu, ia harus melewati ramainya pusat kota setiap berangkat dan pulang dari kantor. "Yu, udah sampai," ujar Bima sambil membuka pintu mobil, lelaki itu berjalan membawa langkahnya masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Ayu yang tengah kesulitan menurunkan kopernya. "Dih najis, gak ada niat buat bantu gitu?" dumel Ayu, melirik kesal ke arah Bima yang sudah sampai di depan pintu rumah. Bima membukakan pintu, menunggui Ayu tepat di depan pintu tanpa rasa ingin membantu istrinya itu yang tengah kesulitan menyeret koper karena halaman rumah Bima yang mayoritas rerumputan. Ayu kesal sebenarnya, tapi memilih mengalah. Hey! Ini rumah Bima, bisa-bisa Ayu di usir jika membuat si empunya rumah marah. "Malem ini lo tidur di kamar gue, kamar yang satunya belom.di bersihin," ucap Bima menunjukkan satu pintu kamar. Ayu mengangguk. "Besok biar gue nyuruh Mbak Iyem buat bersihin kamar satunya lagi, tadi dia sibuk ikut bantu-bantu." "Iya." "Yaudah lo mandi dulu, nanti kalo udah panggil gue." Bima langsung mengambil duduk di atas sofa, tangannya meraih remote dan menyalakan televisi. Segera Ayu masuk ke dalam kamar yang sudah di tunjuk Bima tadi, buru-buru melepaskan gaunnya dan masuk ke dalam kamar mandi. Dia tak menolak? Hey! Umurnya dua puluh tujuh tahun, dia juga cukup sadar jika dirinya sudah sah dengan Bima. Bukan waktunya lagi dia menolak layaknya abg yang baru saja menikah karena perjodohan. Meski pun dirinya juga menikah atas dasar perjodohan. Ayu menelusuri kamar mandi dominan warna putih itu, ada satu kaca wastafel di sebelah bak mandi, diantara shower dan wc duduk. Cukup bersih jika dibandingkan dengan kamar mandi milik adiknya Awan, mungkin juga Bima sengaja menyuruh Mbak Iyem membersihkan kamar mandinya karena akan kedatangan Ayu. Tiga puluh menit Ayu menyelesaikan mandinya, ia mengunakan bedrobe milik Bima dan keluar dari kamar mandi. Rencananya Ayu akan memakai baju terlebih dahulu sebelum memanggil Bima masuk, dan nanti saat Bima mandi dia akan keluar dari kamar dan menonton televisi, bergantian dengan Bima. Namun tampaknya ada yang salah .... Lho kopernya kenapa isinya gini? Ayu nampak bingung saat tak mendapati satu pun bajunya di dalam koper, dia malah menemukan banyak lingerie yang entah milik siapa berada dalam kopernya. Lalu dia harus memakai baju apa? Tak mungkin dirinya melewati malam ini dengan mengunakan baju dari dalam koper itu. Lagi pula Ayu tak akan mau melewati malam ini dengan Bima, ia pastikan akan tidur mendahului lelaki itu. "BIMA!" Ayu berseru keras memanggil Bima yang berada di luar. Bima yang merasa dipanggil tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar, menatap heran ke arah Ayu. "Ada apa?" "Liat!" tunjuk Ayu pada kopernya. Sementara waktu Bima terdiam mencerna apa yang sedang Ayu tunjukkan pada dirinya, bukannya isi koper itu harusnya baju untuk Ayu pakai ya? Kenapa? Dan ... "Hahahahahahaha ... Pakai aja, Yu!" Bima tertawa lepas, manambah muram wajah Ayu. "Terus gue pake baju apa?!" "Ya itu lah!" "Gak mau!" "Ya terus? Mau pake baju gue?" "Duhhh! Emang kurang ajar si Kina, bisa-bisanya dia ngerjain gue!" Bima masih tertawa, kini sambil memegangi perutnya dan duduk di atas ranjang. Masih tak habis pikir kenapa sepupu Ayu begitu jail mengerjai perempuan itu. "Udah dong ketawanya! Gue nih pake baju apa?!" Ayu menatap kesal ke arah Bima, bukannya membantu malah tertawa tak ada habisnya. Bima berdiri, gontai berjalan menuju lemari pakaian.Tampak tak perduli melihat koper penuh baju minim yang tadi katanya disiapkan oleh sepupu Ayu. Tangannya menarik satu pasang baju tidur dari tumpuan baju miliknya. Tentu saja bukan milik Bima karena baju itu berwarna merah jambu. Ayu menatap selidik, mungkinkah Mitha sering menginap di sini? "Mama yang sering nginep di sini, baju tidurnya ketinggalan jadinya sama Mbak Iyem di taruh di lemari baju gue," jelas Bima tampak paham dengan tatapan penuh selidik yang dilayangkan padanya dari Ayu. "Oh!" "Pake baju ini, terus ini kopernya tutup lagi taro di sana." Bima menunjuk pojok kamar, di sebelah rung ganti, "Gue mau mandi dulu." "Terus besok gue pulang ambil bajunya pake apa?" "Terserah, pake kolor gue juga gak masalah." "k*****t!" Bima tertawa puas telah meledek Ayu, sambil berlari ke kamar mandi, tak lupa menarik handuk yang tersampir di sebelahnya meninggalkan Ayu sendiri yang masih tercenung menatap tingkah laku dirinya. Ayu segera memakai baju yang sudah Bima berikan tadi, mumpung lelaki itu sedang mandi. Lantas setelah berganti baju, dirinya membereskan koper miliknya, menaruhnya di pojok kamar dan segera berbaring di atas kasur. Ayu lelah, sedikit demi sedikit penatnya hilang setelah menyentuh kasur hangat milik Bima. Matanya menelusuri setiap inci kamar Bima, khas sekali maskulinnya. Lagi-lagi lebih bersih ketimbang kamar milik Awan. Rasanya hangat ketika berada dalam kamar ini, Bima cukup pintar untuk menambahkan mesin penghangat ruangan juga di dalam kamarnya. Lebih efesien karena ia juga memasang ac. Entah kapan Bima menyelesaikan mandinya dan keluar dari kamar mandi, karena Ayu sendiri sudah jatuh terlelap sebelum lelaki itu keluar dari kamar mandi. Ia sungguh kelelahan. ×××
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD