Perjamuan.

1342 Words
    Jinchen menggeleng menggelengkan kepala melihat Qi qi yang dikelilingi putri bangsawan. Beberapa dari mereka dengan tegas menyatakan kekagumannya pada Qi qi. Bagi Jinchen ini pemandangan yang ironis, bukan hanya karena para gadis itu lebih menyukai Qi qi tapi, Qingyun, Bei hong, Su taiyang, Hua zi, Yu san juga secara gamblang menyatakan kekalahan dan kekagumannya pada Mo qi qi. Hanya Feiye nampak acuh tak acuh. Jaman ini memang yang menjadi daya tarik seorang pria adalah wajah tampan dengan garis kecantikan, bakat terpelajar, sastra, sifat tenang dan murni. Saat ini Qi qi memiliki itu semua, sehingga para pejabat muda yang hadir nampak samar disampingnya.     Di tengah danau indah yang dikelilingi pohon willow, Jinchen menatap langit biru sambil mendesah.     ''Ini benar-benar tidak dapat dipercaya." . . . .     Kediaman bangsawan Bei tengah melangsungkan pesta ulang tahun nyonya kediaman ini. Para pejabat turut serta diundang untuk merayakan hari jadi itu. Shen lian berdandan dengan mewah, jubah brokat merah yang dihiasi bunga peony nampak mewah dan megah. Tak lupa hiasan mutiara dari laut timur menghiasi sanggulnya. Dengan beberapa aksen bunga dari emas mengambarkan status tinggi sebagai pejabat tingkat satu. Tak bisa dipungkiri jika kecantikan yang cerah seperti teratai merah begitu menyenangkan mata. Bei haiyang selaku sang suami nampak bangga dengan istrinya, yang meskipun terdapat jejak umur di matanya tapi masih begitu cantik.     Para tamu berdatangan dan memberikan hadiah. Karena Bei haiyang termasuk pejabat tingkat satu, maka keluarga istana juga turut hadir. Ini merupakan ajang mencari dukungan untuk menguatkan posisi di istana. Pangeran Long Jinchen juga turut hadir, dia memang memegang posisi pewaris tahta, namun sudah menjadi rahasia umum jika posisi paman kekaisaran bisa menggoyahkan posisinya. Long feng, ia memegang hampir sepertiga kekuasaan militer. Jadi banyak pejabat di istana yang mendukung dirinya.     Diantara pesta itu, tiga putri dari klan bangsawan tengah merundingkan sesuatu, tentu saja mereka ingin kembali mempermalukan Mo qi qi. Niat itu timbul karena pangeran Feiye, yang merupakan teman masa kecilnya atau bisa disebut kekasih masa kecil telah menolaknya kembali.     Waktu itu, setelah pulang dari festival sastra di danau, Weiyan menghampiri Feiye untuk membicarakan masalah pertunangan dengan Dirinya. Sayangnya bukannya berita baik yang ia terima tapi pengunduran waktu pertunangan yang ia dapatkan.     "Ibu permaisuri sedang dalam kondisi marah, posisi Jinchen juga belum stabil... ditambah dengan pertunanganku baru dibatalkan, jadi aku tak tidak mungkin meminta pertunangan dalamnya dalam waktu dekat."     Mengingat hal itu Weiyan menjadi cemburu dan merencanakan sesuatu untuk mempermalukan Mo qi qi. Dia curiga jika sebenarnya Feiye hanya mencari alasan karena telah terpikat dengan Qi qi. Tidak bisa dipungkiri jika reputasinya setelah menari, ia menjadi perbincangan hangat diantara para pemuda di ibu kota. Weiyan ingin membuktikan pada umum jika Mo qi qi tetaplah Mo qi qi, akan selalu menjadi sampah pengecut.     "Bagaimana menurut kalian dengan ideku?"     "Aku akan menonton dan ikut menyokongmu." Banxiang seolah mendukung. Sebenarnya ia tak peduli, karena tidak memiliki masalah dengan Mo qi qi, sehingga tidak perlu ikut campur dalam rencana Weiyan. Selama pujaan hatinya tidak disentuh Qi qi, Banxiang hanya menutup mata dan telinga.     "Aku juga sependapat dengan Banxiang." Shi shi melirik Jinchen. Dia tidak ingin mengotori tangannya untuk bertengkar demi Weiyan. Dia masih berfokus menarik perhatian Jinchen dan bersaing dengan Ye Yunxi sebagai putri mahkota. Shi shi tidak ingin menimbulkan masalah sebelum ajang pemilihan tahunan para putri bangsawan yang hendak dinikahkan atau menjadi selir di harem istana.     Jika tidak maka segala kerja kerasnya agar layak menjadi wanita istana akan sia-sia. Sayangnya Weiyan menganggap jika ucapan Banxiang dan Shi shi adalah sebuah dukungan. Matanya menyala saat melihat Mo wucai dan Mo qi qi melewati pintu kediaman Beijia.     Weiyan mengawasi gerak-gerik Qi qi, mulai dari memberi hormat dan kado pada paman dan bibinya, lalu berdiri mengambil minuman dari pelayan.     "Nona Mo, ini luar biasa anda bisa hadir. Akan lebih menyenangkan jika anda menghibur bibi dengan permainan sitar anda." Weiyan mulai memprovokasi. Dia tidak menyebut bakat tari karena tidak ingin Qi qi mendapatkan pujian kembali.     Ucapan Weiyan menarik perhatian para tamu yang hadir. Jauh disudut sana, Long tianmo dan Long feng melihat ke arah Weiyan yang bersuara keras.     "Permainan sitar ku hanya seperti permainan anak kecil, sangat tidak layak disebutkan," Ucap Qi qi menolak dengan sopan.     Para tamu yang hadir merasa kasihan pada Qi qi karena Weiyan mulai mencari alasan menyurutkan menyudutkan dirinya. Sudah menjadi rahasia umum jika permainan sitar Qi qi yang terakhir kalinya membuat dia jadi bahan tertawaan.     Jinchen, Feiye, Tianmo menatap dingin ke arah Weiyan. Merasa banyak yang menatapnya jijik, Weiyan buru-buru menjilat Qi qi.     "Bukankah anda mempelajari seni itu dalam waktu lama, sangat disayangkan jika itu tidak ditunjukkan." Weiyan memberi senyum manis.     "Baiklah, agar adil aku akan ikut bermain pertama kali lalu anda yang bermain kemudian."     Dengan begini tamu undangan akan merasa jika Weiyan tidak menekan Qi qi. Tetapi kemampuan Weiyan dalam bermain sitar sangat bagus, bahkan mampu membuat orang terdiam karena keindahannya. Jika Qi qi memainkan sitar setelah Weiyan itu sama halnya dengan minum madu lalu minum air. Permainan Qi qi seperti permainan anak kecil yang menyedihkan di depan permainan Weiyan.     "Baiklah, karena anda diam berarti anda setuju. Aku akan memainkan sitar terlebih dahulu." Tanpa menunggu Qi qi menolak, Weiyan melesat menuju kursi dan mengambil sitar. Dia pun memainkan sitar dengan percaya diri. Para tamu yang hadir seolah tenggelam dalam suara indah yang mengalun. Begitu memikat jiwa bagi mendengarnya. Qi qi yang notabenenya berasal dari era modern tentu merasa bosan. Bahkan beberapa kali menguap. Dia tidak sadar jika dari sudut taman tempat putra putri berkumpul di perjamuan ini, seorang pria bermata gelap menatap dirinya dengan rasa tertariknya. Pria ini tersenyum melihat tingkah laku Qi qi yang seolah bosan dengan dengan permainan sitar Weiyan.     'Dia seperti tidak terkesan dengan kemampuan Weiyan, apa dia bisa memainkan sitar lebih baik."     Sedang Qi qi hanya mengamati pria pria cantik yang hadir di sini. Rasanya dia begini begitu gembira melihat taman ini lebih penuh dengan pria cantik.     "Semenjak aku terlempar di tempat ini. Aku jadi kurang belaian. Ingin rasanya mencicipi lezatnya bibir mereka,' Batin Mo qi qi.     Secara tidak sengaja dia menatap pemuda tampan bermata gelap dan bersurai hitam dengan mahkota giok dikepalanya. Mo qi qi membeku karena pemuda itu juga melihat kearahnya. Dengan sopan Qi qi memberi senyum wajib lalu memalingkan wajahnya.     'Wah, matanya benar-benar indah, ' batin Mo qi qi. Dia jadi berangan-angan jika Qingyun menunggangi kuda putih dan dan memangkunya di atas punggung kuda. Mereka mengendarai kuda sambil berciuman.     'Oh... Romantis sekali.'     Karena terlalu asyik melamun, Qi qi tidak sadar jika permainan sitar Weiyang selesai. Pujian mengalir begitu Weiyan memberikan penghormatan pada para tamu yang menonton.     Weiyan sudah terbiasa dengan segala pujian ini, matanya memutar ke arah Qi qi. Dia mengharapkan ekspresi wajah pucat dan takut dari Mo qi qi seperti terakhir kali Qi qi dipaksa bermain sitar. Sayangnya justru ekspresi wajah bosan yang ia dapatkan. Dadanya ingin meledak karena marah saat melihat ekspresi itu.     "Beraninya dia meremehkan kemampuanku,' batin Weiyan. Dia dengan menahan kepalan di tangan mendekat Qi qi untuk memaksanya tampil.     "Giliran anda, nona Mo."     "Oh, Baiklah." Qi qi hampir saja menguap. Itu menarik perhatian tamu yang hadir. Mereka cukup tercengang melihat ekspresi bosan Mo qi qi.     'Teratai putih itu ini menyebalkan sekali, akan kutunjukkan lagu modern melalui sitar. Menurut ingatan tubuh ini, hal itu tidak sulit.'     Mo qi qi maju ke depan dan duduk di tempat yang Weiyan tempati tadi. Dia mulai membelai senar sitar dan merasakan tekstur senar itu.     Tak jauh dari tempatnya duduk. Jinchen dan Tianmo menonton dengan penuh minat pertunjukan Qi qi. Sedangkan Feiye, dia masih mengawasi dari jauh bersama dengan Qingyun.     Alunan sitarpun mengalir. Qi qi memainkan lagu Hero yang pernah dinyanyikan Maria Carey. Para tamu yang hadir terkejut dengan suara yang lembut dan penuh semangat itu. Mereka merasa jiwa mereka sangat senang dan berapi-api. Di saat suasana yang penuh semangat itu meledak-ledak. Qi qi mengubah nada menjadi lagu india yang pernah dibintangi Sharukh Khan dan Kajol. Suraj Hua madam.     Qi qi tertawa dalam hati menantikan reaksi dari para pemuda yang hadir. Mereka terlalu polos hingga dengan mudah terhanyut dalam sebuah lagu. Jika ini adalah lagu yang penuh cinta dan erotis, kira-kira apa yang akan terjadi... ? Qi qi sungguh tidak sabar. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD