Raka mundur beberapa langkah, ia dapat merasakan aura yang cukup kuat dari siluman di hadapannya itu. 'Sial, aku harus pergi dari sini sebelum menjadi makanan burung itu,' batinnya berusaha untuk mencari cara agar bisa pergi dari tempat ini.
Namun, belum sempat Raka melangkah, tiba-tiba saja siluman burung terbang mendekat dengan melemparkan energi yang cukup besar ke arah dirinya.
Raka menyadari adanya serangan, ia segera menghindar ke arah kiri, beruntung dirinya berhasil menghindar dari serangan mematikan sang siluman.
"Aku tak punya pilihan lain, selain melawannya," ucap Raka sembari memasang kuda-kuda bela dirinya.
"Haha! Ayo lawan aku, Bocah!" seru sang siluman menantang.
Raka sadar, kekuatannya sama sekali tak sebanding dengan siluman ini, tetapi dirinya berusaha untuk melawan. "Jurus aji sekti!" seru Raka sembari mengeluarkan ilmu tenaga dalam kanuragan.
Cahaya samar terlempar dari telapak tangan Raka, cahaya itu menghantam tubuh sang siluman. Akan tetapi, tanpa disangka, sang siluman sama sekali tak terluka karena serangan dari Raka.
"Haha! Lemah! Serangan yang sangat lemah!" serunya sembari tertawa senang. "Akan kutunjukkan serangan yang sebenarnya! Hiyaah!"
Bola cahaya biru melesat tepat ke arah Raka dengan kecepatan yang tak masuk akal, sehingga ia tak bisa menghindar dari serangan mematikan itu.
Aaarggghh!
Raka terpental hingga menabrak sebuah pohon dengan sangat keras, seketika tubuhnya lemas dengan darah segar mengalir di sudut bibir.
"Hahaha! Cukup bermain-mainnya, kita akhiri sekarang," ucap sang siluman sembari mendekat ke arah Raka dengan bola energi di telapak tangannya.
Hiyaaah!
Namun, ketika siluman burung hendak membunuh Raka, tiba-tiba saja sebuah anak panah berlumur energi positif melesat dari balik pohon hingga tepat mengenai tubuh sang siluman dan membuatnya mundur beberapa langkah.
Ki Prana muncul dengan cepat dan berdiri tepat di hadapan Raka. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya sembari memeriksa keadaan Raka.
"Tidak apa-apa, Ki," jawab Raka lemah.
"Dasar bodoh, kenapa kau malah ke sarang siluman ketika aku memberimu misi?" tanya Ki Prana.
"Maaf, Ki. Aku tidak tahu."
"Sudahlah. Jaga dirimu selagi aku mengurus siluman itu," ucap Ki Prana sembari menyerahkan pedang ke arah Raka.
Ki Prana segera berlari melawan sosok siluman burung itu dengan tenaga dalamnya. Ia menyerang menggunakan kekuatan pemburu iblis yang mampu melenyapkan siluman dan sejenisnya.
"Jurus api hitam!" seru Ki Prana sembari mengayunkan pedang membentuk bulatan sempurna. Tak perlu berselang lama, api berwarna hitam menyelimuti pedang yang ada di tangannya.
"Aaaarrrggghhh! Rasakan kekuatanku!" balas sang siluman mematahkan serangan dari Ki Prana.
Keduanya pun bertarung kekuatan, hingga suara ledakan energi terdengar ke seluruh penjuru hutan. Sementara itu, Raka masih terduduk di bawah pohon, tubuhnya terasa sangat lemah karena satu serangan dari siluman itu. Akan tetapi, ia tak bisa membiarkan Ki Prana melawan siluman burung seorang diri.
"Aku harus membantunya," lirih Raka seraya meraih pedang yang ada di sisinya dengan tangan berlumuran darah.
Tanpa Raka sadari, darahnya terkena ke bilah pedang. Remaja itu mencoba berdiri, ia kembali memasang kuda-kuda bela diri sembari menunggu waktu yang tepat untuk menyerang siluman.
Tak berapa lama, siluman burung mulai terpojok karena serangan beruntun dari Ki Prana. Raka tak ingin membuang kesempatan itu, ia segera mengambil ancang-ancang untuk menebaskan pedang dari arah belakang.
Hiyaaah!
Raka mengayunkan pedang dengan cepat hingga mengenai punggung sang siluman. Akan tetapi, tanpa diduga tiba-tiba saja cahaya merah terpancar dari luka bekas sabetan pedang Raka di tubuh sang siluman.
"Aaaarrrggghhh! Panas! Panas!" teriak siluman burung kesakitan hingga terlihat sangat tersiksa.
"Ampun! Panas!" serunya kesakitan, tetapi tiba-tiba saja tubuh siluman itu memudar hingga akhirnya hilang tak bersisa.
Ki Prana terkejut, serangan Raka mampu membuatnya terperangah hingga beberapa saat. Begitu juga dengan Raka, ia tak percaya hanya dengan satu kali serangan siluman itu akan musnah.
"A-apa yang kau lakukan?" tanya Ki Prana masih tak percaya.
"Aku tidak tahu, Ki. Aku hanya menyerang siluman itu seperti biasa," jawab Raka terkejut.
Ki Prana mengambil pedang di tangan Raka, ia meneliti bilah pedang yang terlumuri darah Raka. Sebagai pendekar pemburu, ia dapat merasakan aura kekuatan yang sangat kuat terpancar dari darah Raka.
"Rupanya inilah yang menjadikan dirimu sebagai anak pilihan," gumam Ki Prana.
"Apa ada sesuatu, Ki?" tanya Raka bingung.
"Sudahlah. Ayo kita pulang, aku akan menjelaskan semuanya saat di gubuk nanti," jawab Ki Prana sembari membantu Raka berjalan menuju kembali ke gubuknya.
***
Tahun demi tahun berlalu. Kemampuan Raka semakin bertambah setiap harinya, terlebih ia mulai mengetahui keistimewaan di dalam dirinya. Darah yang mengalir di tubuh Raka mengandung doa suci, sehingga ia bisa mengalahkan iblis dengan tingkat rendah dan sedang tanpa kesusahan.
Namun, tak menutup kemungkinan jika Raka masih memiliki keistimewaan tersembunyi di dalam tubuhnya yang belum diketahui.
Kini, Raka telah berusia 20 tahun. Selama 6 tahun, Raka berada di dalam hutan untuk melatih kekuatan sekaligus bersembunyi hingga takdir memanggilnya. Raka telah dewasa, ia berhasil menguasai seluruh ilmu kanuragan yang diajarkan oleh Ki Prana, dirinya juga telah mempelajari banyak kitab pemburu yang menyimpan strategi serta mantra perangkap iblis.
Suatu malam, langit mulai menunjukkan tanda memangil Raka untuk keluar dari persembunyian dan memulai petualangan memburu iblis. Tanda terlihat cukup jelas, karena tanda itu berbentuk pentagram dari bintang di langit. Tanda itu menunjukkan jika kekuatan iblis semakin besar dan para iblis telah mulai menyebar ke seluruh penjuru bumi Nusantara.
Hari kepergian Raka telah tiba, ia memutuskan untuk segera memburu para iblis. Sementara itu, Ki Prana pun merelakan kepergian Raka untuk menemui takdir yang sebenarnya.
"Ini adalah pedang pusaka peninggalan mendiang ayahmu dahulu. Pedang ini bernama pedang api iblis, kekuatannya sangat hebat. Pedang ini mampu menyerap energi dari iblis yang kamu kalahkan, sehingga kekuatan pedang ini akan semakin meningkat," ucap Ki Prana sembari menyerahkan sebuah pedang yang terbungkus kain hitam pada Raka.
"Terima kasih banyak, Ki. Ki Prana sudah menyimpan pedang Ayah dengan sangat baik dan juga menjaga diriku sampai saat ini. Aku tak akan bisa membalas kebaikan dari Ki Prana," ucap Raka.
"Aku hanya perlu kau kembali dengan selamat," jawab Ki Prana.
"Akan aku usahakan, Ki." Raka tersenyum, walaupun ia tak yakin.
"Kamu sudah tahukan apa yang harus kamu lakukan untuk mengalahkan Lucifer?" tanya Ki Prana lagi.
"Iya, Ki. Aku tahu, aku harus mencari iblis dengan kekuatan tinggi dan mengumpulkan bola energi iblis untuk menyerang Lucifer dengan kekuatan iblis yang menyatu," jawab Raka.
"Mungkin, iblis dengan kekuatan tinggi sebagian besar berada di bawah kekuasaan Lucifer. Kamu harus berhati-hati menghadapi mereka," nasihat Ki Prana.
"Iya, Ki. Aku akan mengingat semua pesanmu."
"Baiklah. Sekarang pergilah dengan hati-hati, temui takdirmu."
"Terima kasih, Ki. Doakan aku," ucap Raka sembari berjalan meninggalkan gubuk tua tempat tinggalnya. Ia menuju arah keluar hutan untuk memulai petualangan yang sesungguhnya.