2

1205 Words
Delapan belas tahun hidup keduaku terbuang percuma apabila ingatan masa lalu tidak muncul. Kisah cinta picisan mengenai gadis terbutakan kecemburuan. Sangat wajar apabila Alfred mengisolasi diriku demi melindungi Fiona. Normal bagi Alfred memilih Fiona daripada aku. Dia, Fiona, merupakan gadis lemah lembut berpembawaan tenang. Rambut pirang, mata hijau, dan suara merdu yang sanggup membuat Cupid jatuh hati. Mana mungkin ada lelaki bisa menolak kecantikan semacam itu? Aku jelas tidak ada apa-apanya. Ibarat bumi dan langit. Sejelas itu. Mengingat segala keburukan yang pernah aku timpakan kepada Fiona, serta-merta memicu gelombang rasa bersalah. Sepanjang pagi aku duduk termangu, di kamar, menatap pemandangan dari jendela. Beberapa kelopak bunga ceri terbawa angin, terbang mengikuti embusan musim semi, dan mendarat di meja. Warna ceria merah muda tampak kontras dengan suasana hati. Bahkan meskipun telah berganti baju dengan gaun bermotif tulip merah dan ungu, kecemasan masih menetap—enggan menghilang. “Bagaimana ini?”  Terhitung seminggu sejak insiden memalukan antara aku dan Fiona. Sebagian besar aku lewatkan dengan bersantai. Kalian mengerti arti “bersantai menikmati hidup”? Yup, bersantai dan melupakan masalah-yang-sebenarnya-ada-dan-tidak-ingin-aku-hadapi. Meski kelakuanku—sebelum sadar—amat tidak terpuji, tampaknya pengaruh wibawa Armel belum luntur karenanya. Terbukti dari jumlah surat yang aku terima. Beberapa surat menyatakan bela sungkawa serta doa agar kesehatanku membaik diletakkan Donna di nampan perak. Jelas posisi putri seorang duke bisa memengaruhi pandangan seseorang tentang empati. Jenis perhatian sekelas basa-basi yang ditujukan demi kepentingan belaka.  Diriku yang dahulu pasti memilih abai pada seluruh surat basa-basi tersebut. Namun, setelah ingatan dan pengetahuan akan Prince’s Lover, segala sesuatu pun berbeda. Aku memutuskan membalas satu per satu surat. Ditulis langsung olehku tanpa perantara. Sekali lagi, ini aku lakukan demi menjaga jaminan hidup di masa depan. Apabila Alfred mencetus ide mari-bunuh-Ophelia, maka setidaknya ada bangsawan yang akan mendebat isu tersebut. Aku ingin hidup sebagai pengangguran kaya raya. Titik. Lagi pula, Alfred melarangku muncul di pesta mana pun. Tidak ada salahnya menghabiskan waktu dengan memperluas jaringan. Aku telah memutuskan untuk membahagiakan diri sendiri. Sebagai mantan mahasiswa yang mati merana karena skripsi, tidak ada salahnya menikmati berkah kekayaan. Aku akan makan kue mana pun yang dulu tidak bisa aku beli karena harus mengencangkan sabuk demi membayar KRS dan segenap buku penunjang kuliah. Kini aku bisa bermalas-malasan tanpa mencemaskan jumlah uang. Yang terpenting: Tidak ada tagihan! Hidup kesenangan! Hore! Hore! Tidak lama kemudian Donna pun muncul membawa nampan berisi kue dan teh. Dia meletakkan kue dan teh di meja. “Lady, apakah Anda sudah selesai?” Aku mengangguk. Puas. “Tolong antarkan surat-surat ini.” “Baik, Lady.” Donna pergi melaksanakan perintah. Sungguh nikmat bisa bersantai seperti ini. Rasanya aku bisa menangis haru hidup sebagai Ophelia. Asalkan aku mundur, mengabaikan Alfred, dan melanjutkan kesenangan ini maka akhir buruk bisa aku hindari dengan mudah. Tanpa sadar aku tersenyum.  Wah betapa mudah cinta luntur hanya karena ingatan inkarnasi. Bukan hanya ingatan masa lalu sajalah yang mengubahku, melainkan rasa lelah akan cinta bertepuk sebelah tangan. Dulu duniaku terpusat kepada Alfred. Segalanya mengenai Alfred; makanan, warna, mimpi, bahkan masa depan. Tanpa Alfred hidup tidak ada artinya. Namun, kini aku tidak ingin menjadi orang egois yang hanya memikirkan cinta tanpa memperhatikan perasaan seseorang. Seluruh tali yang menambatkan hatiku kepada Alfred telah terputus—tidak ada sesal, hanya kelegaan bahwa hatiku bisa merelakan. Cih, betapa d***u mengejar lelaki yang sama sekali tidak menunjukkan minat membalas perasaan. Untung diriku sadar lebih awal sebelum bencana menjadi “pengangguran” terjadi. Setelah aku pertimbangkan dari bibit, bebet, dan bobot lelaki yang hanya mengandalkan otot dan tidak bisa diajak berkomunikasi bukanlah tipeku. Kalaupun aku memilih pendamping, maka setidaknya dia harus sekelas Lestat; elegan, pintar, dan menawan. Alfred bahkan tidak memenuhi kriteriaku.  Perlahan meregangkan lengan karena lelah menulis balasan. Kue yang aku santap pun terasa nikmat bukan main; lapisan gula lumer di mulut, wangi cokelat meredakan kecemasan, dan setiap kunyahan terasa memuaskan. Aku harus membujuk Armel membayar plus, plus, plus kepada koki karena masakannya yang nikmat. Seseorang mengetuk pintu dan berkata, “Lady.” “Masuk,” jawabku. Seorang pelayan membawa nampan perak. “Lady, ada surat dari Lady Noyes.” Ingatan sungai dan teriakan Fiona tiba-tiba membanjiri benak. Keraguan sempat melanda sebelum kuputuskan menerima surat. Perlahan membuka amplop bersegel lilin dengan lambang keluarga Noyes tercetak di sana: Pedang dan mawar. Surat yang ditulis tangan, berisi ungkapan penyesalan dan keinginan agar kesehatanku membaik. Mungkin gosip yang beredar di kalangan nona-nona besar sedikit berbeda dari bayanganku. Terima kasih kepada siapa pun yang mengabarkan kondisi kesehatanku sebagai gunjingan utama. Setidaknya mereka tidak mengungkit kegilaanku. Ha ha ha.  “Saatnya memulai misi mempertahankan hidup,” kataku. Inilah waktu yang tepat membereskan seluruh kekacauan di masa lalu. Tidak ada kata terlambat menyelamatkan kesempatan hidup sebagai manusia tanpa tuntutan kesejahteraan.  Bukan begitu? *** Fiona tidak menduga Ophelia mengirim surat balasan. Dia bahkan menyertakan sebuket bunga ceri yang diikat menggunakan sutra merah. Wangi musim semi menyerbu indra penciuman Fiona. Perlahan membuka amplop dan selembar surat pun membuat Fiona takjub akan keluwesan tulisan yang tergurat di atasnya. {Kepada Lady Noyes.} {Terima kasih atas surat yang Anda kirimkan. Saya begitu senang dan terharu atas kebaikan Anda. Maaf atas segala kekacauan yang selama ini saya timpakan kepada Anda. Sungguh, dari hati sanubari yang terdalam saya ucapkan permohonan maaf. Semoga Anda berkenan dan memaafkan keburukan saya di masa lampau. Saya menyesal dan berharap tidak melakukan tindakan tidak terpuji kepada Anda. Semoga bunga ceri ini bisa mewakili betapa menyesalnya saya.} {Hormat saya, O V } “Kiel,” panggil Fiona kepada lelaki yang duduk di seberang meja. “Lady Valentine berubah.” Kiel Noyes. Lelaki berusia 22 tahun dengan perawakan rupawan. Rambut peraknya mengingatkan seseorang kepada serigala musim dingin. Terkadang Alfred, sahabatnya, menggoda Kiel sebagai perwujudan dari anjing penjaga Valentine. “Aku tidak semudah itu diperdaya,” sahutnya, sepasang mata hijau mengamati buket bunga yang, menurutnya, menyembunyikan ular beracun. “Cepat buang dan pastikan aman dari jangkauan siapa pun.” Fiona mendengus, tidak setuju. “Kau tidak mengerti.” “Fiona.” “Segala sesuatu bisa terjadi,” Fiona mendebat, tidak ingin mengalah. “Mungkin saja Lady Valentine sadar dan ingin berbaikan? Lagi pula, aku bisa memahami perasaannya kepada Yang Mulia. Bukankah terkadang seseorang bisa gila karena cinta?” “Ini tidak sama dengan novel romansa milikmu, Fiona.” “Intinya,” Fiona menekankan, “aku ingin memberikan kesempatan kepada Lady Valentine.” “Terserah,” Kiel memperingatkan, “dia tidak sebaik bayanganmu.” “Tapi kau menyelamatkannya!” “Demi kemanusiaan,” Kiel membalas. “Bahkan meskipun pemabuk d***u yang jatuh di sungai, pasti seseorang sukarela menyelamatkannya.” Bahkan pemabuk lebih baik daripada Ophelia Valentine, gerutunya dalam hati. Kiel bersedekap, bunga dalam pelukan Fiona akan dia buang demi keamanan. ***  Selesai diedit dan direvisi pada 16 Mei 2021. ***  Halo, teman-teman.  Terima kasih telah mampir mengunjungi Ophelia. Sekali lagi saya peringatkan bahwa tulisan ini dibuat atas dasar fungsi “bersenang-senang” semata. Oleh karena itu, saya tidak menjanjikan cerita epik, mengandung sastra, dan plot twist bombastis. Saya bukan penulis profesional dan hanya ingin menulis untuk kepentingan “happy”. :”)  Oleh karenanya, terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman yang berkenan menemani saya berhalu ria. Oke? Love you. Salam hangat, G.C P.S: Entah kenapa abstract definisi cerita nggak bisa diedit. Semoga bisa saya perbaiki agar nyaman dibaca. Hehe.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD