2. Ena-ena

1136 Words
Sesampainya di mobil Rey mempersilahkan Nirmala agar masuk di sisi samping kemudi, tapi Nirmala hanya berdiri diam mematung dengan arah pandangan menghadap ke dalam mobil sebelum kembali menatap pada dr.Rey, dan itu terjadi berulang kali membuat Rey menghela napas lelah. "Silahkan masuk." "Di situ?" Reymon mengangguk, tapi lagi-lagi Nirmala hanya memandang ke dalam mobil sebelum kembali menatap dr.Rey. "Dokter nggak ada niat mau ngapa-ngapain saya kan?" Nirmala bertanya lugu dengan ekspresi seolah Reymon adalah sosok penculik, "saya masih di bawah umur loh dok." . "Astaga," entah sudah berapa kali helaan napas yang terdengar dari Reymon. "Tapi, kalo dokter mau ngapa-ngapain saya mending setelah kita nikah aja dok." Lagi, dr.Reymon kembali menghiraukan perkataan gadis itu. Dia merasa lelah, gadis di sampingnya kini, ia tidak yakin bahwa kejiwaan gadis itu masih bisa disebut normal atau tidak. Mana ada gadis dengan tampang selugu dia bisa-bisanya menyatakan cinta pada orang dewasa seperti dirinya, dan juga pernyataan cintanya terlalu terang-terangan. Rey bukan tipe laki-laki yang suka dikejar perempuan, apa lagi ini masih gadis, dan juga di bawah umur. Apa ini karma karena dia sempat berusaha mendekati istri orang? Tapi kan dia tidak mengetahui bahwa perempuan yang dia dekati ternyata adalah istri orang. Merasa gerah, Rey berusaha melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Namun Nirmala yang sedari tadi sudah masuk ke dalam mobilnya hanya terdiam melihat tingkah Rey yang tampak ingin melepas dasinya dan membuka dua kancing kemeja bagian atasnya. "Dokter mau ena-ena?" Sontak tangan  dr.Rey yang semula hendak melepaskan dasinya terhenti. Kepalanya perlahan tertoleh ke arah gadis di sampingnya yang sayangnya ia lupakan keberadaannya barang sesaat. Bodoh, bagaimana mungkin dia melupakan bahwa ia sempat membawa gadis itu ikut bersamanya untuk menghindari skandal menjadi tontonan umum. Jangan sampai gadis ini berpikir yang tidak-tidak hanya karena niatnya yang semula ingin melepaskan dasinya. Lagi pula darimana gadis seusia dia ini sudah berpikiran jauh tentang 'ena-ena'? Sungguh pergaulan remaja sekarang cukup membuat Rey tidak habis pikir. "Jangan berpikir yang aneh-aneh," balas Ry agar Nirmala tidak lagi berpikiran yang tidak-tidak. "Ya kan dokter kayak mau ngelepas baju gitu." Nirmala yang tak mau mengalah dengan pemikirannya balik membalas perkataan Rey. "Saya hanya merasa gerah," merasa bahwa mendebat gadis di sampingnya hanyalah sia-sia, maka Rey memutuskan untuk mengganti topik, "rumah kamu dimana?" "Emangnya dokter mau ngapain?" tanya Nirmala dengan sorot wajah yang tiba-tiba berubah. "Anter kamu pulang." "Gak mau!" spontan Nirmala menolak permintaan Rey yang ingin mengantarnya pulang. "Orang tuamu pasti nyariin," Rey mencoba bersabar, ia berusaha menasehati gadis itu agar mau pulang. "Gak peduli," Nirmala tetap kukuh dengan pendiriannya, "aku mau tinggal sama dokter." "Mana bisa!" "Kasih tau alamat kamu sekarang, atau saya tinggal disini." Lama Nirmala terdiam, namun Reymon masih setia menunggu jawaban dari Nirmala. Sungguh ia merasa lelah, sudah dua hari ia belum tidur sama sekali. Dan saat ini ia malah terjebak bersama seorang gadis yang mengaku ingin menjadi istrinya, lelucon macam apa ini. "Baiklah kalau kamu tidak mau menjawab," tak mqu ambil pusing menunggu jawaban dari Nirmala, Rey memeutuskan untuk membawa mobilnya menyusuri jalan raya yang kebetulan tidak terlalu macet hari ini. "Dokter mau bawa saya kemana?" Nirmala yang sedari tadi diam akhirnya kini membuka suara, ia merasa bingung dengan arah jalan yang dilewati dr.Rey kini setahunya tidak mengarah ke rumahnya mau pun rumah dr.Rey sendiri. "Bukannya ini bukan jalan ke rumah dokter ya," Nirmala masih celingkukan menengok ke arah belelakang dan ke depan untuk memastikan bahwa jalan yang mereka lewati memang salah seperti dugaannya. "Dok, kita mau kemanaaa," kini Nirmala semakin panik saat ia menyadari bahwa arah tujuan mobil dr.Reymon adalah ke kantor kepolisian terdekat, "dok, masa dokter mau bawa saya ke kantor polisi, salah saya apa dok, lagi pula saya juga masih di bawah umur." Dr.Rey yang mendengar perkataan Nirmala hanya menyunggingkan senyum sekilas setelah dia merasa bahwa rencananya berhasil. "Kamu takut?" spontan Nirmala langsung menganggukkan kepalanya berulang kali dengan wajah serius membuat dr.Rey mati-matian menahan tawanya agar tidak keluar atau rencananya akan gagal. "Kan kamu anak hilang, jadi sudah sewajarnya saya membawa kamu ke kantor polisi agar polisi dapat mengabari orang tua kamu dan menjemputmu pulang." senyum kemenangan keluar dari wajah tampan dr.Reymon yang seketika membuat Nirmala untuk sesaat ingin menggeplaknya, tapi untungnya pesona dr.Reymon terlalu kuat bagi Nirmala sehingga ia tidak jadi menggeplak wajah dr.Reymon dan hanya bisa merengut sebal sebagai gantinya. "Dr.Rey jahat," kedua mata Nirmala berkaca-kaca saat mengatakannya, ia menundukkan kepalanya sebelum suara isakan keluar dari bibirnya. Reymon yang mendengar suara isakan Nirmala kontak merasa panik bahwa ia telah membuat anak orang menangis karenanya. "Hei jangan menangis, aku tidak akan membawamu ke polisi oke," Rey melihat ke sekeliling mobilnya yang untungnya tidak ada orang yang melihatnya. "Jadi alamat rumah kamu diamana? Saya antar kamu pulang, oke?" Reymon berusaha membujuk Nirmala agar berhenti menangis dan tetap bertanya dimana alamat rumah gadis itu agar urusan ini cepat selesai, karena berurusan dengan gadis remaja Rey benar-benar tidak bisa memahaminya. "Tapi ada satu syaratnya," akhirnya Nirmala kini mengangkat wajahnya menghadap dr.Rey dengan matanya yang sedikit sembab. "Oke, apa syaratnya?" *** Setibanya di rumah kini Reymon bisa bernapas dengan lega karena pada akhirnya ia telah berhasil mengantarkan gadis itu dengan selamat di rumahnya. Entah apa yang telah terjadi hari ini membuat Reymon menggelengkan kepalanya tak habis pikir, tak sedikit pun ia terpikirkan dalam benaknya bahwa ia disukai oleh gadis remaja labil. Takau ambil pusing, Reymon segera  bergegas ke kamarnya dan langsung bernuat untuk menyegarkan badannya dengan mandi. Setelah selesai mandi, Reymon yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk dari pusar ke bawah. Dering telepon yang sedari tadi secara terus-menerus berbunyi membuat Reymon mengangkat panggilan video call yang berasal dari nomor yang tidak dikenalinya. Reymon sempat merasa ragu apakah dia akan mengangkat panggilan video call tersebut atau menolaknya, hingga pada akhirnya dia memutuskan untuk menekan tombol merah pada layar ponselnya. Baru beberapa saat ketika Reymon baru saja mengenakan celana kain selutut dan belum sempat memakai kaosnya, dering ponselnya kembali berbunyi membuat Rey pada akhirnya menyampirkan kaos yang belum sempat dipakainya itu di pundak sebelah kirinya dan memutuskan untuk menjawab panggilan video call dari nomor tak dikenal yang sama seperti panggilan pertama tadi. Baru beberapa detik Reymon menggeser tombol biru pada menu w******p dari layar smartphone-nya terlihatlah sesosok gadis yang beberapa waktu lalu baru saja dia antarkan ke rumahnya. Reymon yang menyadari siapa gadis itu hanya bisa menghela napas pasrah. Namun anehnya wajah gadis itu dalam tangkapan layarnya tampak merah merona menahan malu dengan pandangan mata yang mencuri-curi pandang ke arahnya. 'Apa yang salah?' Rey berpikir heran dengan sikap gadis abnormal itu yang menurutnya sangat membuatnya merasa tidak nyaman, lalu setelah berpikir selama beberapa saat ia baru menyadari mengapa gadis tersebut bersikap seperti itu. "Astaga!" Sambil menepuk jidatnya, Reymon spontan mematikan panggilan video call-nya dengan Nirmala dan segera memakai kaosnya lalu tak lupa ia matikan ponselnya agar gadis itu tidak mengganggunya lagi sebelum dr.Rey memutuskan untuk tidur setelahnya. To be Continued...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD