Adyan keluar dari ruangan itu dengan hati yang bergemuruh. Lagi dan lagi dirinya harus merasakan sakit atas cintanya yang tak terbalas. Adryan terpaksa harus menepis perasaannya agar tidak berpengaruh dalam kinerjanya sebagai seorang dokter. Sementara di ruangan itu, Langit menyuruh Bintang untuk kembali tidur. “Sayang, bobo lagi yuk!” ujar Langit. Bintang yang tidak fokus, hanya menghiraukan ucapan Langit. “Sayang?” panggil Langit sembari menyentuh pundak Bintang. Bintang yang terkejut, berusa menetralkan degup jantungnya. “Eh, iya?” ujarnya setelah tersadar dari lamunan. “Ngelamunin apa? Dokter tadi?” tebak Langit, meski rasa tidak suka terlihat jelas dari nada bicaranya. Bintang menggeleng pelan. “Gak kok. Aku cuman mikirin kapan gadis itu sadar,” tunj

