PROLOG

203 Words
"Kamu sendiri nggak takut kalau pada akhirnya nanti cuma aku jadikan pelarian?" tanyaku ragu. "Nggak masalah, asal garis finishnya adalah aku." "Maafkan aku. Karena aku sempat meragukan kesungguhanmu, Dan. Aku kira kamu nggak serius." "Aku nggak pernah seserius ini dalam usaha memperjuangkan seseorang untuk tetap bertahan tetap berada di sisiku," jawab Daniyal. Dia melepaskan genggaman tangannya, memperbaiki posisi duduknya yang sedari tadi menghadap padaku. Kini dia menatap lurus pada dinding yang berada di seberang ranjang. "Aku akan memikirkannya," ucapku, beberapa saat setelah kami berdua sama-sama saling diam. "Memikirkan apa?" "Untuk tidak melepaskanmu." "Terima kasih sudah mempercayakan hatimu untukku." Aku berharap semoga keputusanku dalam menitipkan hatiku pada Daniyal tidaklah salah. Meski dia tergolong orang baru dalam hidupku, dengan Daniyal aku belajar caranya mencintai dan dicintai dengan benar. Membuatku mengubah prinsip dalam memaknai sebuah cinta, yang awalnya cinta tidak harus memiliki menjadi berjuang untuk cinta tidak ada salahnya. Mengenal Daniyal telah mengubah jalan pikiranku bahwa tidak harus menjadi orang yang lama saling kenal untuk bisa berbagi rasa dan asa. Semoga hari ini, esok dan seterusnya aku dan Daniyal bisa memegang teguh janji yang kami ikrarkan di Bromo beberapa hari yang lalu, apa pun yang terjadi untuk tidak saling meragu dan tidak saling melepaskan. ~~~ ^vee^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD