Obat Perangsang
"Cepat lakukan aku sudah tak tahan lagi," rengek Aluna wajahnya memerah karena menahan gejolaknya saat ini.
"Apakah kamu sudah kehilangan akal, tenanglah dulu," pinta Bara sambil menahan tangan Aluna yang berusaha melepaskan kancing kemejanya sendiri.
"Ada apa sih, denganmu? Kamu bukan gay 'kan? Atau kamu impoten?" cetus Aluna kesal.
Ah ... jika bukan karena Bara menghargai dan melindungi Aluna sebagai anak dari bos-nya, mana mungkin ia akan menolak tubuh molek gadis itu.
"Aku tak bisa lagi menahan ini," ucap Aluna keringat keluar dari kening gadis itu.
"Luna, jangan lakukan itu!" titah Bara yang tak Aluna pedulikan.
Aluna, perempuan berambut panjang itu berhasil melepaskan kancing kemeja bagian atas menampakkan jelas bagian belahan dadanya yang seksi. Ia benar-benar merasa gerah saat ini. Gadis berusia 22 tahun itu tengah h***y setelah meminum jus yang sang pacar berikan---Steven.
Sebelumnya tadi, Aluna dan Steven menikmati pesta ulang tahun sahabat mereka. Semuanya berjalan baik, sampai ide gila Steven untuk menikmati tubuh kekasihnya itu muncul.
Steven meraih gelas berisi jus strawberry dan memasukan obat perangsang yang ia dapat dari temannya, sebenarnya selama beberapa bulan mereka resmi berpacaran Steven selalu membujuk Aluna untuk melakukan hal itu, tetapi gadis itu selalu menolak dengan alasan ingin melakukan setelah menikah.
Namun, Steven yang telah begitu menginginkan tubuh sang kekasih, tak lagi memiliki akal sehat sehingga dengan cara licik pun akan ia lakukan.
"Minumlah," pinta Steven sambil menyodorkan gelas pada Aluna.
Aluna yang tengah menikmati musik yang menghentak-hentak pun segera berhenti untuk bergoyang. Meraih jus strawberry itu dari tangan Steven sambil tersenyum manis. "Terimakasih."
Steven mengangguk, ia tersenyum senang karena Aluna meminum jus itu tanpa menyisakan sedikit pun di gelasnya.
Untung saat itu Bara tangan kanan ayah Aluna selalu saja mengawasi Steven sehingga ia tahu apa yang akan Steven lakukan.
Saat Aluna mulai terpengaruh obat itu, Steven segera memeluk tubuh gadis itu dan mengajaknya untuk pergi dari acara pesta itu, tetapi saat di tempat parkir Bara yang sedari tadi mengikuti mereka segera melayangkan pukulan pada wajah Steven.
Hal itu membuat Steven terkejut, ia segera membalas memukul Bara, tetapi tak berhasil karena ia sendiri juga setengah mabuk saat ini. Bara menahan pukulan Steven dan menghempaskan tangan laki-laki itu begitu saja.
"Jangan berani menyentuh Aluna!" tegas Bara dengan tatapan tajam.
Bara segera meraih Aluna dalam pelukannya, ia membawa gadis itu untuk masuk ke mobil, tetapi karena tak mungkin membawa Aluna pulang dalam kondisi seperti saat ini. Bara memutuskan untuk membiarkan gadis itu menginap di hotel sampai reaksi obat itu berhenti dengan sendirinya.
"Aku tak mampu lagi menahan ini, aku menginginkannya," rengek Aluna lagi sambil menarik-narik kerah Bara.
"Luna, hentikan ini. Bagaimana jika kamu mandi saja saat ini," pinta Bara.
Pikir Bara jika Aluna mandi maka reaksi obat perangsang itu akan hilang.
Aluna menatap penuh napsu, ia benar-benar merasakan tubunya panas dan menginginkan sensasi dari tangan laki-laki yang kini ada di hadapannya.
"Apakah kamu tak menginginkan aku?" tanya Aluna begitu mendayu.
Sial. Bara hampir saja kehilangan kendali jika Aluna terus-menerus bersikap seperti ini. Tangan gadis itu tak mau diam dan terus menggerayangi d**a bidangnya yang tertutup kemeja.
Bara menahan tangan Aluna agar berhenti melakukan hal seperti itu padanya. Karena ia juga laki-laki normal yang memiliki napsu seksual.
"Berikan aku kepuasan itu, Bara. Berikan!" Aluna menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil yang menginginkan jajan.
"Sadarlah, Luna. Kamu akan menyesali ini nantinya."
Aluna menggeleng. "Tidak, aku tak akan menyesal. Aku menginginkan kenikmatan itu."
Bara segera melepaskan tangan Aluna, ia berpikir untuk pergi saja dari kamar hotel itu, tetapi meninggalkan gadis itu dengan kondisi seperti saat ini adalah tindakan bodoh.
"Apa sih, yang kamu pikirkan? Aku butuh kamu, aku ingin merasakannya."
Bara mendekat, ia lalu menatap Aluna, gadis yang sebenarnya ia cintai diam-diam itu sejak satu tahun yang lalu. "Apakah kamu pernah melakukan hal ini?"
Aluna menggeleng.
"Yang benar saja, apakah kamu ingin kesucianmu itu hilang?"
"Aku gak peduli! Aku sudah tak tahan lagi, aku mohon Bara," rengek Aluna yang kini telah berhasil melepaskan kemejanya sendiri.
Melihat tubuh tanpa kemeja itu membuat Bara menelan ludah, mungkin Bara akan menyesali keputusan malam ini, tetapi ia tetap tak akan merusak kesucian Aluna. Walau Aluna sendiri yang menawarkan hal itu padanya.
Bara menarik selimut dari tempat tidur dan menutup tubuh gadis itu, Aluna menatap bingung.
"Aku tahu kamu seperti ini karena di luar kendalimu, jadi aku mohon sadarlah."
Aluna menatap wajah Bara penuh gairah, gadis itu tiba-tiba saja mendaratkan bibirnya pada laki-laki yang merupakan tangan kanan sang ayah.
Bara hanya bisa terdiam merasakan hangat dan lembut yang menempel di bibirnya saat ini.
***
Suara dering ponsel Bara membuat Aluna terbangun, ia mendapati dirinya terbaring di atas tempat tidur tanpa mengenakan kemeja hanya selimut yang kini menutup tubuhnya.
Aluna bergegas duduk dan memandang ke sekeliling ruangan, ia tak mengenali tempatnya saat ini, tetapi ia jelas mengenali sosok laki-laki yang tengah tidur di sofa dengan pakaian lengkap dan sepatu yang masih terpasang di kakinya.
Aluna bernapas lega. Ia lalu mencoba mengingat apa yang semalam terjadi padanya. Mendadak wajah gadis itu memerah bagai kepiting rebus. Bagaimana bisa ia begitu saja mencium Bara seperti semalam.
Bara yang kini terbangun karena dering ponsel yang terus berbunyi segera bangkit dan duduk di sofa, saat ia menoleh ke arah tempat tidur Aluna telah berbaring, gadis itu berpura-pura masih tertidur karena malu akan apa yang telah ia lakukan semalam.
Laki-laki berjas hitam itu segera mengangkat panggilan dari ayah Aluna. "Di mana kamu Bara? Saya ada rapat."
"Maaf, Pak, saya sedang ada di luar saat ini," ucap Bara pelan karena takut membangunkan Aluna.
"Cepat ke kantor, aku akan menunggu di sana. Dan, ya, apakah Aluna bersamamu saat ini? Anak itu tidak pulang dari semalam kata Sandra," tanya Pak Haris ayah Aluna.
"Baik, Pak, saya akan segera ke kantor. Untuk Nona Aluna, ia semalam menginap di rumah temannya saya akan menjemputnya terlebih dahulu."
"Baiklah kamu urus saja dulu anak bandel itu," ucap Pak Haris lalu menutup panggilan telepon.
Bara bernapas lega, setidaknya ia bisa melindungi gadis yang begitu ia cintai. Bagaimana pun, Aluna adalah cinta yang tak akan bisa ia miliki walau begitu besar ia menginginkannya.
Setelah memasukan ponsel ke saku jasnya, Bara mendekat ke samping tempat tidur, memandangi wajah Aluna yang tengah tertidur pulas. Walau itu hanya pura-pura.
Bara menyentuh bibir dengan jari telunjuknya sendiri saat melihat bibir Aluna yang seksi. Ya, laki-laki itu dengan susah payah semalaman meredam napsu yang bergejolak di d**a dan pikirannya demi keamanan Aluna.
"Jangan ulangi hal ini lagi, aku takut kehilangan kendali dan tak bisa menahan diri seperti malam ini," lirih Bara lalu menyentuh pucuk kepala Aluna.
Laki-laki berdada bidang dengan wajah tampan dan berat badan proporsional itu segera masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajah, meninggalkan Aluna yang kini telah membuka matanya.
Namun, gadis cantik itu kini terdiam, ia berusaha mencerna maksud ucapan dari Bara dan arti sentuhan lembut di kepalanya.
"Aku bisa gila, bagaimana bisa aku menciumnya semalam? Sial. Apakah dia berpikir aku menyukainya? Tidak." Aluna menggeleng berkali-kali, ia memukuli bantal yang ada dalam pelukannya.
"Aluna, kamu benar-benar sudah gila semalam. Di mana harga dirimu sebagai anak bos?" Aluna mendengkus sembari mengacak rambutnya sendiri.
Bara yang baru keluar dari pintu kamar mandi, terbengong melihat apa yang sedang Aluna lakukan saat ini.
"Are you oke?" Suara Bara membuat Aluna mendongak menatap tangan kanan sang ayah.
Wajah Aluna terlihat kesal, ia lalu segera bangkit dari tempat tidur dan menuju ke arah Bara. "Dengar baik-baik, soal semalam lupakan semua itu, anggap tak terjadi apa-apa, mengerti?!" ujar Aluna lalu masuk begitu saja ke kamar mandi.
Membuat Bara memiringkan kepala dan menarik sudut bibirnya.