KEDEKATAN DELIAN DAN FRANSISCA

1080 Words
Franisisca langsung keluar dari mobilnya setelah ia ingat pada adik kesayangannya. "Delian!" “Ya ampun aku sampai lupa pada adikku,” ujar Fransisca sambil memasuki rumah. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Fransisca langsung berjalan ke arah meja makan, dan sesampainya di sana, Fransisca melihat Delian tengah tertidur di meja makan. Fransisca tersenyum. Model cantik dengan tinggi semampai dan wajah indo memakai dress floral sampai batas lutut dan menghampiri Delian yang saat itu sudah mengenakan piyama tidur. Fransisca mengusap lengan Delian pelan, hingga Delian membuka matanya. "Kakak!” seru Delian saat ia melihat Fransisca ada di sampingnya. Fransisca tersenyum pada Delian dan setelah itu kakak beradik itu berpelukan, melepas kerinduan mereka. Sudah satu bulan Fransisca ke luar kota bersama manajemennya. Fransisca memang sering ke luar kota. Karir Fransisca sebagai model memang tengah naik daun untuk sekarang ini dan ia sangat sibuk sekali. “Maaf ya, kamu nungguin kakak sampai ketiduran," ucap Fransisca. "Iya kak, tak apa.” "Pasti kakak belum makan kan?” tanya Delian. "Belum,” jawab Fransisca berbohong. Sebenarnya sebelum ia pulang ke rumah, ia bertemu dengan Kenan El Zein kekasihnya di sebuah restoran. Kenan yang tak lain adalah bos dari Dalian. "Ya sudah, ayo makan.” "Aku memasaknya spesial untuk kakak,” ujar Delian sambil menarik kursi untuk Fransisca. "Masakanmu selalu spesial dan enak De!” seru Fransisca sambil mendudukan tubuhnya di kursi. “Jangan berlebihan begitu kak,” ujar Delian sambil tersenyum. Setelah itu Fransisca dan Delian pun menikmati makan malam mereka berdua. Hanya mereka berdua. Mereka sering seperti itu, jangan berkumpul dengan Henry, Alana dan Fanan yang mempunyai kesibukan masing-masing. “Salad ayamnya enak sekali sih De,” puji Fransisca,. "Oya?” tanya Delian. "Iya. kamu benar-benar pintar masak De, nanti ajarin kakak ya. Kakak kan sebentar lagi akan menikah dan kakak ingin masak makanan enak seperti ini untuk suami kakak,” ujar Fransisca. "Kakak akan menikah?” tanya Delian sambil meneguk air minum yang ada di hadapannya. "Iya dong De, kamu jika pasti akan menikah kan?” ucap Fransisca. Delian pun mengangguk. "Kapan kakak akan menikah?” tanya Delian. "Tiga bulan lagi,” ucap Fransisca mantap. "Kakak tak akan dulu menggelar resepsi, hanya ingin mengundang keluarga saja, karena kamu tahu sendiri kan De, pekerjaan kakak menuntut kakak untuk tidak dulu menikah, sementara kekasih kakak mendesak untuk kakak menikah. "Dia menerima keinginan kakak yang hanya ingin akad dulu tanpa resepsi," ucap Fransisca. Delian menunduk, memperlihatkan wajah sedihnya. "Kenapa kamu sedih setelah kaka mau bilang akan menikah?” tanya Fransisca. "Nanti kalau kakak menikah, gimana dengan aku? pasti aku sendirian saja dirumah ini, tak ada teman,” jawab Delian. "Ya sudah, kalau begitu kamu ikut tinggal dirumah suami kakak saja, dia adalah orang kaya, rumahnya sangat luas dan kamu pasti akan bisa tinggal di rumahnya,” ujar Fransisca. "Mana bisa begitu kak?” ucap Delian. Fransisca tersenyum. "Ya sudah kamu nikah aja, nanti kamu tak akan merasa sendirian lagi,” ujar Fransisca. Delian terdiam. Setelah makan malam dan berbincang santai dengan Fransisca, Delian dan Fransisca pun pergi ke kamar mereka masing-masing. *** Kamar Delian. Delian berjalan ke arah tempat tidurnya sambil berpikir nasibnya kedepannya. "Kak Fransisca akan menikah dengan kekasihnya. Aku lupa tak menanyakan nama kekasih ka Fransisca, katanya mereka baru kenal tahun lalu. Hebat sekali, mereka bisa LDR,” puji Delian. Dellian mendudukan tubuhnya di tepi tempat tidur dan mengingat saran dari Fransisca agar ia segera menikah. “Kalau aku menikah, berarti aku harus cari kedua orang tuaku, ayah dan ibuku. Karena pasti aku harus menikah menggunakan wali dan itu ayahku,” ujar Delian. *** Keesokan harinya. Delian sarapan dengan Fransisca, tapi kali ini yang masak adalah asisten rumah tangga. Karena Delian bangun kesiangan. "Kak, maaf ya, bukan aku yang masak sarapannya,” ucap Delian sedih. "Ga apa-apa kali De, kamu juga kan malam tidur larut malam, kemarinnya kerja juga kan?" ujar Fransisca tahu posisi Delian. Delian pun tersenyum, senang karena Fransisca mengerti. Sejak pertama kali bertemu, Delian tak pernah sekalipun bertengkar dengan Fransisca. Kakak beradik itu selalu akur dan saling menyayangi. Mereka saling menguatkan karena semenjak kelahiran Fannan, Henry dan Alana seakan-akan menutup mata terhadap kedua putrinya. Yang lebih menjadi korban perasaan disini adalah Fransisca, tapi Fransisca cukup bersyukur karena ayahnya tak mengekangnya. Sarapan telah selesai. "De, kita ngobrol di halaman belakang yu,” ajak Fransisca. "Ayo,” jawab Delian semangat. Delian dan Fransisca keluar dari ruang makan dan berjalan ke halaman belakang rumah *** Sesampainya di halaman belakang rumah. “Kak, katanya kakak akan menikah kan?” tanya Delian. "Iya,” jawab Fransisca. "Kok Kakak belum mengenalkan calon kakak iparku sih?” tanya Delian. Fransisca tersenyum. “Dia itu orang sibuk De, Dia baru pulang dari luar negeri beberapa hari yang lalu dan langsung sibuk kerja. Jadi maaf ya, kakak belum sempat mengenalkannya padamu,” sesal Fransisca. "Iya kak, ga apa-apa, itu bukan masalah besar, hanya ingin tahu, lelaki seperti apa yang mampu membuat kakakku yang super cantik ini jatuh cinta,” puji Delian. Fransisca pun tersenyum. "Kamu terlalu berlebihan De, kaka cantik seperti perempuan pada umumnya ah,” ucap Fransisca rendah hati. “Nggak berlebihan kak. Kakak adalah model ya pasti cantiknya super dong,” puji Delian. "Yah terserah kamu saja deh,” ujar Fransisca. "Oh iya kak, aku ingin bicara tentang aku pada kakak,” ucap Delian. "Wah sepertinya serius ini,” ucap Fransisca sambil membenarkan posisi duduknya. "Begini kak, aku kan bukan anak kandung ayah dan ibu ya?” “Aku ingat dulu aku itu ikut keluarga ke Fransisca karena ditinggalkan oleh ibuku, tapi aku lupa deh itu daerah mana kak,apa kakak ingat?” ucap Delian. Fransisca terdiam. “Maaf De, kakak juga tidak ingat, saat itu kan kakak juga masih kecil.” “Tapi kalau tidak salah, saat kamu ikut pulang itu adalah hari terakhir keluarga kita ke sana, karena Vila milik ayah di jual,” ungkap Fransisca. "Mungkin jika kamu bertanya pada ayah dan ibu mereka akan memberitahumu,” ucap Fransisca. “Oke deh kak,” jawab Delian sambil tersenyum. *** Siang harinya, Delian diajak jalan-jalan oleh Fransisca karena hari ini Delian Free. Delian diajak perawatan ke salon. Semula Delian menolak karena ia tak terbiasa untuk perawatan seperti itu. Fransisca menilai kalau penampilan Delian sangat sederhana. Gaya rambutnya selalu hanya di kuncir kuda, kalau kemana-mana suka memakai topi berwarna putih. Dia juga selalu berpenampilan sedikit tomboy, berbanding terbalik dengan pekerjaannya sebagai resepsionis di hotel yang menuntut ia anggun. Aku akan membuat kecantikan adik kesayanganku terlihat, aku gemas dia selalu menyembunyikan wajah cantiknya, batin Fransisca. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD