Part 3 Jelek tapi ganteng!

1104 Words
Selepas kepergian Melani dari dalam kediamannya, Reyhan tidak keluar lagi dari dalam kamarnya. Pria itu terlelap hingga keesokan harinya. Badannya terasa demam pagi ini, Reyhan bangkit duduk di atas tempat tidur. Niatnya hari ini dia ingin pergi ke perusahaan karena sudah ada jadwal meeting dan lainnya. Dengan susah payah dia tetap berusaha pergi ke perusahaan. Bibir Reyhan tampak pucat, juga langkah kaki pria itu terlihat tidak seperti biasanya. "Presdir baik-baik saja? Wajah Anda terlihat pucat." Tanya asistennya saat menyerahkan berkas padanya di dalam ruangan kerja pria tersebut. "Aku baik-baik saja." Ujarnya seraya menelan obat pereda nyeri. Asistennya tersebut tidak berani bertanya-tanya lagi. Rafa segera keluar dari dalam ruangannya. Reyhan menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi ruang kerjanya. Pria itu memejamkan kedua matanya. Untung saja semua acara penting hari ini sudah dia selesaikan sejak pagi. Saat tiba jam makan siang pintu ruangan kerjanya di ketuk dari luar. Terdengar suara ribut di luar sana. Reyhan merasa tidak enak badan ingin menyuruh mereka pergi dan tidak membuat keributan di luar ruangannya. Reyhan segera berdiri dengan langkah tertatih menuju ke pintu. "Nona, anda tidak boleh masuk." Tahan sekretaris Reyhan dengan wajah panik. "Aku itu calon istrinya!" Teriak Melani dengan wajah penuh percaya diri. Pernyataan tersebut dijawab dengan suara riuh gelak tawa, karena Melani mengenakan seragam SMA. Tidak ada yang mau mempercayai ucapannya. "Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?!" Bentak Reyhan ketika membuka pintu ruangan kerjanya. Spontan suara riuh tadi terhenti seketika mendengar teriakan presdirnya tersebut. Tinggal Nilam sekretaris Reyhan yang memegangi lengan Melani agar gadis itu tidak menerobos masuk ke dalam ruangan Reyhan. "Maaf Presdir, gadis ini memaksa masuk ke dalam. Jadi saya berusaha menahannya." Ucap Nilam dengan wajah takut. "Aku kan calon istrinya Om Jelek, sudah lepas!" Menepis tangan Nilam dari lengannya, lalu menerobos ke bawah lengan Reyhan tanpa ragu masuk ke dalam ruangan kerjanya. Reyhan menghela nafas panjang lalu menutup pintu ruangannya. Pria itu melihat Melani sedang berjalan-jalan di dalam ruangan kerjanya. Reyhan hanya menatapnya lalu menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, mengabaikan keberadaan Melani di dalam ruangan kerjanya. Reyhan tahu keberadaan gadis itu di sana saat ini pasti juga karena rencana dari kakeknya. Melani melihat Reyhan sedang rebah di atas sofa. Gadis itu melihat wajah Reyhan tampak pucat. Melani melangkah mengendap-endap lalu memeriksa keningnya menggunakan punggung telapak tangan kanannya. Diam-diam Melani menghubungi dokter keluarganya untuk datang ke perusahaan Reyhan. "Bawa beberapa orang perawat juga untuk membantu." Ucap Melani melalui ponselnya pada dokter pribadi yang mengurus kesehatan keluarganya. "Ada apa Nona memanggil saya ke sini?" Tanya dokter pria yang dia panggil. Dokter tersebut datang dengan dua orang perawat pria. Melani membisikkan sesuatu pada dokternya tersebut. Dokter itu terlihat takut karena yang dia tangani adalah Reyhan Sandiaga, di sisi lain dia juga takut karena Melani bisa membuatnya kehilangan pekerjaan. Dua sisi yang menyulitkan. "Ayo cepat! Tunggu apa lagi!" Perintah Melani pada dokter tersebut. Dua perawat tersebut sudah bersiap memegangi Reyhan, jika nanti pria itu akan berontak dan menolak pengobatan. Reyhan terkejut saat tiba-tiba mendapatkan suntikan. Melani menutup mulut Reyhan dengan lakban, serta mengikat kedua tangannya. Pria itu menatap marah sekali, setelah pengobatan selesai Melani menyuruh dokternya pergi. Gadis itu segera membuka ikatan pada kedua tangannya. Dokter tadi juga sudah mengobati luka pada kaki Reyhan agar tidak infeksi. "Kamu keterlaluan!" Bentak Reyhan pada Melani yang masih berusaha melepaskan ikatan pada kedua pergelangan tangannya. "Aku tahu aku salah, tapi kamu demam dan aku takut terjadi sesuatu padamu." Ucapnya dengan wajah sungguh-sungguh. Melani sudah selesai membuka ikatannya. "Kamu mempermalukan ku sudah datang ke perusahaan sengaja mengenakan pakaian seragam SMA." Tandas Reyhan dengan wajah kesal, menunjuk ke arah wajah Melani. "Jadi? Perjodohan kita batal kan? Aku sudah memaksa dokter untuk menyuntik mu, lalu aku juga datang ke sini dengan seragam sekolahku." Lanjut Melani dengan wajah ceria. Reyhan terdiam, pria itu menggeser posisi duduknya menjauh dari Melani. "Tidak akan." Jawab Reyhan seraya melipat kedua tangannya. Memalingkan wajahnya ke arah lain. "Isshhh.. Tuk,tuk,tuk,tuk." Keluh Melani dengan wajah kesal seraya menggigit ujung kuku jari tangannya dari ibu jari hingga kelingking sampai terdengar suara berisik. "Fiuuh!" Melani membuang kukunya dengan menyemburkan keluar dari dalam mulutnya. Tepat saat itu Reyhan menoleh ke arahnya, dan serpihan kuku dari dalam mulut Melani telak mengenai wajahnya. "Pluk!" Reyhan mengerjapkan kedua matanya, terkejut dengan pola hidup gadis di sebelahnya. "Kamu, kamu jorok sekali." Keluh Reyhan seraya menepisnya dari wajahnya. "Iya, aku jorok, jarang mandi, jarang cuci muka, tidak pernah bercukur, punya banyak kutu rambut. Jadi perjodohan kita batal?" Tanya Melani dengan wajah penuh semangat. Reyhan hanya mengunyah gigi kosong, di balik kesialan demi kesialan yang dia terima karena ulah Melani akan lebih sial lagi jika statusnya ditangguhkan oleh kakeknya dari perusahaannya. "Tidak akan." Jawaban Reyhan tetap sama. Tak hanya hari ini saja, Melani terus berulah dan sengaja mempermalukan Reyhan di depan umum agar pria itu mau membatalkan acara perjodohan mereka berdua. Apalagi tinggal sehari lagi yang tersisa menjelang acara pertunangan antara mereka berdua. Melani selalu gagal setiap membuat keributan. Dari gaun pertunangan yang sengaja dia koyak untuk menggagalkan acara pertunangannya dengan Reyhan. Melihat punggung Melani Reyhan hanya tersenyum dan tetap melangkah di sebelahnya. Melani tahu kalau rencananya pasti gagal lagi. Dugaan Melani benar, dengan elegan Reyhan membuka jasnya untuk menutupi punggung Melani hingga acara tukar cincin tetap berlangsung tanpa halangan sama sekali. Melani kesal sekali, seribu satu macam cara telah dia coba akan tetapi tak satu pun berhasil membuat Reyhan memutuskan perjodohan antara mereka berdua. Acara pertunangan telah selesai tinggal acara pesta makan-makan biasa. Melani duduk bersebelahan dengan Reyhan. Gadis itu membawa segelas minuman. Wajah Melani terlihat kusut karena harus membalas ucapan selamat atas pertunangan mereka berdua dengan senyuman dipaksakan sementara hatinya protes dan ingin mengakhiri hubungan perjodohan tersebut. "Aku tahu kamu tidak menyukaiku Mela." Ucap Reyhan dengan suara pelan. Melani mendadak menoleh ke arahnya dengan wajah ceria, pikirnya Reyhan akan mau mengakhiri hubungan palsu tersebut. "Tapi jaga sikapmu baik-baik demi Kakekku! Aku tidak akan pernah melepaskan mu! Juga keluargamu! Jika sampai Kakekku kenapa-kenapa karena ulah mu!" Ucapnya dengan sorot mata tajam, lalu menenggak segelas minuman dengan merebutnya dari genggaman tangan Melani hingga tak bersisa setetes pun. Melani menelan ludahnya, tenggorokannya terasa tercekat mendengar ucapan Reyhan barusan. Gadis itu memutar posisi duduknya seraya mengepalkan jemari tangannya. Dia tidak terima mendengar ancaman Reyhan beberapa menit yang lalu. "Kamu jahat dan egois! Dasar Om-om tua menyebalkan! Bagaimana denganku? Apakah kamu pikir aku percaya diri dinikahkan dengan pria tua sepertimu? Kamu tidak tahu bagaimana aku menahan malu di depan teman-teman sekelas ku!" Ucapnya dengan suara tertahan, wajah Melani memerah menahan gejolak amarah. Reyhan mengambil segelas minuman lagi dari sebelahnya, lalu menenggaknya sekaligus tanpa sisa. "Apa kamu melihatku sedang bersenang-senang? Kamu tidak melihat bagaimana aku juga menderita sama seperti dirimu?" Sahutnya dengan wajah sama kesalnya. Bersambung..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD