Divert

1067 Words
The bad news is time flies. The good news is you are the pilot (Michael Altshuler)                         Aku hanya terlambat menjemput Dion lima menit dari sekolahnya, tapi lihatlah apa yang sudah terjadi. Dion hampir saja kecelakaan. Hampir saja jika kamu tidak ada di sana. Akhirnya kamu pulang kepada kami, Laura. Apa yang membuatmu berpikir untuk kembali setelah enam bulan kamu menyiksaku dengan rasa kehilangan yang tak tertanggungkan ini? Kenapa kamu bahkan memutuskan untuk pergi dari kami? Apa aku berbuat salah? Apa aku telah melakukan sesuatu yang tanpa aku sadari ternyata menyakitimu?             Telapak tanganku bergerak secara refleks untuk menyapu wajahku dengan kasar. Entah sudah yang keberapa kalinya sejak dua jam yang lalu. Melihat Laura terbaring di atas ranjang ruang UGD dengan kepala dibebat perban dan berbagai selang yang menyambungkan monitor dan entah peralatan medis apa ke tubuhnya membuatku benar-benar frustasi. Aku tidak bisa memutuskan mana yang lebih baik, kehilanganmu ataukah mnemukanmu kembali dalam kondisi seperti ini.             Ternyata kamu masih hidup, Laura. Polisi-polisi itu benar tentang kamu yang masih hidup dan tidak ingin pulang kepada kami. Tapi kenapa, Laura? Sejak perjumapaan pertama kita di kabin pesawat lima tahun yang lalu aku sudah jatuh cinta sedemikian rupa kepadamu. Aku yakin kamu adalah destinasiku. Tempatku menuju. Tapi, apakah selama ini kamu hanya melihatku sebagai divert? Di mana sebenarnya kamu ingin menuju? Bahkan ketika kita sudah memiliki Dion. Apakah kamu tidak bisa membuka hatimu sedikit saja untukku, Laura?              Aku beranjak dari kursi pendamping pasien yang terletak tepat di samping ranjang Laura. Sudah tiga hari sejak kecelakaan itu terjadi Laura belum juga siuman. Dokter bilang padaku semua tanda-tanda vital dalam tubuhnya berfungsi dengan baik. Laura hanya mendapatkan lima luka jahitan di kepala, tidak ada tulang yang patah, syukurlah. Dan pengemudi mobil yang menabrak Laura sempat menginjak pedal rem. Tampaknya sekuat tenaga menghindari menubruk tubuh Laura dan berkat tindakannya itu, Laura tidak mengalami cidera yang berarti. Dokter bilang semua hanya persoalan waktu sampai akhirnya Laura akan siuman. Semoga secepatnya. Tuhan, aku sudah sangat merindukanmu.             Aku mengamati tubuh Laura yang terbujur lemah di ranjang pasien ini. Dion sangat bahagia sejak dia tahu ibunya telah kembali. Dion sangat menyayangimu, Laura, meski tampaknya kamu tidak begitu menyukainya. Adakah ibu yang tidakk menyukai anaknya sendiri? Astaga! Kepergianmu yang sangat misterius selama enam bulan ini membuatku memikirkan banyak hal. Bahkan saat di flight deck aku terus saja memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa yang terjadi kepadamu. Terkadang aku takut dengan pikiranku sendiri. Aku tidak sama sekali tak sanggup membayangkan skenario terburuk menimpamu.             Dari mana kamu tahu Dion sudah mulai masuk preschool? Dari mana kamu tahu Dion bersekolah di Little Bambino?  Apakah selama ini kamu sebenarnya ada di sekitar kami dan sibuk mengamati kami dari kejauhan? Aku akan sangat marah padamu jika memang itu yang terjadi. Aku sangat marah dengan semua tingkahmu ini, Laura.             Aku kembali mengusap wajahku dengan kasar. Benar-benar gila karena aku tidak pernah berhenti mengoceh dalam hati. Aku mengusap rambut Laura dengan lembut dan tersenyum sinis karena menyadari istriku ini telah mengecat rambutnya dengan warna coklat. Sejak kapan kamu mulai mengecat rambut dan oh, lihat itu, memakai pewarna kuku? Lalu tiba-tiba sebuah memori yang tersimpan apik di hipokasmusku menyeruak ke permukaan. Bukankah dulu saat kita pertama jumpa di kabin, di dalam pesawat yang terbang menuju Bali, rambutmu juga berwarna seperti ini? Ya! aku ingat sekarang. Namun di perjumpaan kedua kita, hingga akhirnya kita menikah dan memiliki anak, kamu membiarkan rambut hitammu bewarna alami. Ah! kenapa aku justru memikirkan rambutmu di saat seperti ini? Apa pun warna rambutmu tak ada bedanya bagiku. Kmau tetaplah Laura yang sudah membuatku jatuh cinta sejak pertama kita bertemu. Bahkan sebelum aku tahu namamu.             Belaian tanganku turun ke pipi tirus Laura yang menyisakan sedikit jejak memar. Mungkin ikut terbentur di aspal saat insiden tiga hari yang lalu. Laura memiliki bentuk wajah yang sempurna. Dengan mata yang cemerlang, dengan hidung yang tegak, dengan bibir yang penuh. Ah, Laura memakai lipstick merah saat kecelakaan itu terjadi. Sejak kapan kamu berani memakai lipstick semerah itu, Sayang? Apa sebenarnya yang sudah terjadi selama enam bulan ini? Kemana saja kamu pergi? Tinggal bersama siapa? Apa kamu bahkan merindukanku dan Dion, anak kita?             Aku tidak bisa menahan ibu jariku untuk menyentuh bibir Laura. Ah, betapa aku rindu mengecup bibirnya yang rasanya semanis madu ini. Aku rindu semua yang ada pada Laura. Rindu yang kini bercampur kemarahan karena ternyata dia masih hidup dan itu berarti dugaan bahwa dia tidak ingin kembali kepadaku benar adanya. Aku pikir kamu sudah mati tenggelam di sungai itu, Laura. Aku pikir tumbuh-tumbuhan liar telah menjerat tubuhmu dan menahannya agar tidak muncul di permukaan. Aku pikir hewan-hewan buas di sungai itu telah mencabik-cabik tubuhmu menjadi serpih sehingga tidak bisa lagi kami temukan.             Bola mataku memanas. Kemungkinan-kemungkinan buruk tentang apa yang terjadi pada Laura enam bulan yang lalu benar-benar telah membunuhku dari dalam. Harusnya aku bersyukur dia masih hidup dan dalam keadaan baik-baik saja saat ini. Ya, kecuali bekas jahitan yang dokter bilang mungkin akan bertahan selama beberapa bulan atau bilangan tahun di pelipisnya. Tapi, tenang saja, itu tidak akan mengurangi kecantikannya.             “Aku tidak akan marah padamu, Sayang,” bisikku seolah Laura bisa mendengarnya. Aku harap dia bisa meskipun kedua matanya itu masih mengatup rapat. “Aku berjanji kita akan memulai semuanya dari awal lagi. Kamu mau, kan?” Aku merapatkan wajahku pada Laura hingga kedua ujung hidung kami saling bersentuhan. Lalu dengan hati-hati aku mengecup bibirnya. lembut. “Ayo bangunlah, Sayang.” Kataku sambil merenggakan jarak di antara kami.             Dan saat itulah matanya terbuka. Mata cemerlang itu menumbuk manik mataku tapi entah kenapa rasanya justru sampai ke jantung. Zero Gravity sialan itu datang lagi. Setelah lima tahun berlalu, kenapa kini justru terasa lagi sekarang?[]   ===Catatan Kaki===   =1.      Divert Mendarat di bandara yang bukan tujuan karena berbagai penyebab, biasanya karena cuaca atau bandara tujuan sedang tidak siap untuk dilaksanakannya pendaratan. (Wikipedia) 2.      Flight Deck Kokpit atau Flight Deck adalah sebuah ruangan khusus yang biasanya terdapat di bagian depan pesawat yang dari dalamnya pilot bisa mengendalikan pesawat terbang. Kokpit terdiri dari Flight Instrument (Instrumen Penerbangan) dan Flight Control (Kontrol Penerbangan) yang memungkinkan pilot untuk mengendalikan pesawat. (Wikipedia) 3.      Zero Gravity Zero Gravity atau tanpa beban adalah fenomena yang dialami oleh orang-orang selama jatuh bebas.  Zero Gravity sendiri sebenarnya tidak bebahaya karena sudah sering dirasakan oleh semua orang pada saat mereka sedang naik pesawat komersial, hal tersebut sering terjadi dipesawat ketika kita sedang melewati langit yang berawan dan menyebabkan pesawat mengalami goncangan, dan terkadang pesawat terasa naik dan turun. (https://www.kompasiana.comoshanrehananta/5cf13fc195760e04fc74d2e5/apa-itu-zero-gravity)                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD