Part-1
"Aku nggak mau putus sama kamu, Ngga!" teriak gadis bernama Dea kepada kekasihnya, Angga yang tiba-tiba meminta putus darinya.
"Aku nggak bisa melanjutkan hubungan kita!"
"Kenapa?!"
"Karena aku udah nggak cinta sama kamu."
"Mana janji kamu yang katanya mau nikahin aku?!"
"De, apa aku harus memaksakan perasaan aku ke kamu? Yang nantinya hanya akan lebih menyakiti kamu?"
"Kamu jahat, Angga! Kamu jahat!"
"Sorry, De, aku harus pergi."
Dea dan Angga adalah sepasang kekasih. Mereka sudah dua tahun berpacaran. Bekerja di tempat yang sama, membuat mereka dekat dan akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius lagi. Saat ini Dea berusia 22 tahun. Sedangkan Angga 25 tahun. Dea adalah seorang piatu sejak usianya 15 tahun. Ia tinggal bersama ayahnya yang sakit-sakitan. Sejak SMA, ia sekolah sambil bekerja karena keadaan ekonomi keluarganya yang tidak cukup baik. Dea adalah anak tunggal.
Melihat kekasihnya yang telah menjadi mantan sejak beberapa menit lalu meninggalkannya, membuat Dea mengejar Angga. Pria menyeberang jalan saat lampu merah. Dea juga ikut menyeberang. Namun sayang, Dea yang putus asa tidak melihat jika lampu telah berwarna hijau. Dea yang berlari membuat pengendara mobil kaget dan tidak siap mengerem mobilnya. Hingga akhirnya BRRAAAKKK salah satu mobil menabrak tubuh Dea. Tubuh Dea langsung tersungkur di aspal jalan.
Sang pengendara mobil terkejut dengan apa yang terjadi. Setelah sadar dari keterkejutannya, ia langsung turun dari mobil dan segera menghampiri tubuh lunglai Dea yang tak sadarkan diri. Dengan bantuan pengendara mobil lain yang ikut berhenti, tubuh Dea langsung dimasukkan ke dalam mobil orang itu. Kemudian dibawanya ke rumah sakit.
Dea langsung dibawa ke ruang UGD begitu sampai di rumah sakit. Sambil menunggu, Raka, pria yang menabrak Dea mencoba mencari tanda pengenal ataupun ponsel yang dapat ia gunakan untuk menghubungi keluarga gadis itu di dalam tasnya. Ia hanya menemukan tanda pengenal. Merasa tidak mungkin meninggalkan korban yang ditabraknya, Raka menghubungi putranya dan menceritakan apa yang terjadi. Lalu memintanya agar menemui orang tua gadis itu dan memberi kabar tentang keadaan putri mereka. Saka putra Raka, segera menjalankan perintah ayahnya.
**
Setelah menunggu cukup lama, Saka datang bersama Pria yang bisa diperkirakan umurnya tidak jauh berbeda dari Raka.
"Bagaimana keadaan putriku? Dia tidak apa-apa, kan? Lukanya tidak parah, kan?" tanya pria itu bertubi-tubi.
"Maaf, Pak, saya belum tahu."
"Bagaimana jika lukanya parah, kasian dia. Selama ini aku sakit-sakitan. Siapa yang akan merawatnya."
"Bapak tenang saja, saya yang akan bertanggung jawab."
"Putriku adalah seorang pekerja keras. Selama ini dia yang bekerja membiayai hidup kami. Nanti bagaimana?" kecemasan jelas terlihat di raut wajah ayah Dea.
"Semua saya yang akan tanggung, Pak. Bapak tenang saja ya. Kita tunggu kabar dari dokter." tidak berbeda dari ayah Dea, Raka juga dilanda kecemasan. Namun, ia mencoba menutupinya.
Saka yang duduk di samping Raka hanya bisa menghela napas mendengar dialog dua pria berumur di sebelahnya.
**
Yang ditunggu akhirnya keluar. Pintu ruang UGD terbuka. Dokter menjelaskan bagaimana keadaan Dea. Ayah Dea cukup terkejut mendengar penjelasan dokter tentang kondisi Dea akibat kecelakaan yang dialaminya.
"Bagaimana ini? Anakku tidak bisa berjalan. Anakku lumpuh." Meski seorang Pria, ayah Dea tetap mengeluarkan air matanya karena merasa terpukul dengan kondisi putrinya.
"Saya akan bertanggung jawab, Pak. Saya akan membiayai pengobatan dan terapi putri Bapak sampai dia bisa kembali berjalan," ucap Raka berniat menenangkan ayah Dea.
"Bicara memang mudah, tapi bagaimana jika putriku lumpuh seumur hidup? Bagaimana jika tidak ada pria yang mau menikahinya? Sementara aku sakit-sakitan. Umur tidak ada yang tahu. Siapa yang akan merawat putriku?"
Raka tampak berpikir. Apa yang harus dilakukannya? Apa ia harus menikahkan putranya dengan gadis yang ditabraknya? Tetapi itu tidak mungkin. Raka tidak ingin mengulang sejarah. Raka tidak ingin karena kesalahannya, anaknya yang harus menanggung akibatnya. Raka juga tidak ingin kelak rumah tangga anaknya tidak bahagia.
"Baiklah, kalo Bapak berkenan saya yang akan menikahi putri Bapak."
TBC.
***