2. Kekasih palsu

1512 Words
Author pov*  Pagi yang cerah di akhir musim semi. Secerah senyum gadis berbaju pink yang kini tengah mengikat rambutnya. Udara masih terasa dingin meski sang mentari telah menampakkan sinarnya. Kini gadis itu berdiri di depan cermin memandang dirinya yang memakai hoodie pink dan celana abu abu.  Dengan tergesa-gesa memakai sepatu putihnya, lalu melangkahkan kaki ke halaman rumah. Nampak kakek dan neneknya sedang sibuk menata beberapa barang dan makanan di bagian belakang mobil. Mereka mempunyai restoran yang cukup terkenal di daerah itu. Paman dan bibi Yoona pun ikut membantu di sana.   “Kau mau kemana, Yoona?”, Tanya sang Nenek.  "Harabeoji, Halmoni, Selamat pagi," sapa Yoona seraya membungkuk sopan. "Aku akan berjalan-jalan mencari udara segar. Sekalian menjenguk Ah ri. Dia sakit sejak tiga hari yang lalu."  "Kau tidak sarapan?", Tanya sang kakek. "Kau melewatkan sarapan bersama kami pagi ini"  "Ah, nanti saja. Aku akan membeli sesuatu di jalan"  Kemudian dia beranjak pergi meninggalkan halaman rumah.  "Yoona," Bibi nya keluar dari arah dapur. "Bawalah ini. Aku membuatkan bubur untuk Ah ri."  “Dari mana Imo tahu kalau Ah ri sakit?,” Tanya Yoona sembari mengambil tas bekal yang diberikan bibi nya.  "Ibunya Ah ri yang bilang padaku saat kami mengobrol di telepon semalam. Aku pikir kau harus menjenguknya. Bukankah kalian teman dekat?"  "Waah, Minjung Imo memang yang terbaik!", Ucap Yoona sambil menunjukkan dua jempol.  "Apa semua sudah siap?" Tanya Soo Jin Samchon, paman Yoona.  "Sedikit lagi", Jawab sang kakek yang masih mengecek beberapa barang.  "Kalau begitu aku pergi dulu". Pamit Yoona kepada semuanya.  "Berhati-hatilah!" teriak sang Kakek pada cucunya yang terburu-buru melangkahkan kaki meninggalkan halaman rumah.  "Nde!"  Melangkah dengan riang, bersenandung entah lagu apa yang dia dendangkan. Apa yang dialaminya semalam telah membuat suasana hatinya sangat baik pagi ini. Tentu bukan bagian menegangkannya yang menempel dalam ingatan, tapi saat bagian penyelamatan oleh sang pangeran Lee semalam!   Meong...meong....  Langkah Yoona terhenti, ada suara yang mengusiknya. Dia mencari dari mana arah suara itu.    Meong...meong....  “anak kucing?”, Gumamnya pada diri sendiri. "Dimana dia?"   Yoona masih mencari asal suara itu, hingga sesosok makhluk manis berbulu putih menarik perhatiannya. Seekor anak kucing meringkuk di semak-semak. Sesekali anak kucing itu mengeong. Yoona mengambil anak kucing itu dan mendekapnya di depan d**a.  "kenapa kau sendirian manis? Dimana ibumu?", Yoona nembelai kucing itu. "aku akan membawamu ketempat yang lebih nyaman"  Melihat-lihat ke tempat sekitarnya. Disisi kiri jalan ada sebuah taman kanak-kanak, tempat itu sepi karena hari libur. Yoona pun melangkah masuk ke area taman kanak-kanak. Mencari tempat yang nyaman untuk meletakkan anak kucing tadi. Pandangannya kini tertuju ke sebuah pohon besar di sudut halaman. Di bawah pohon itu tampak seekor kucing yang sedang menyusui anak anaknya. Di sebelah kucing-kucing itu ada di rumah-rumahan kayu, tempat berlindung kucing-kucing itu.  Dengan hati-hati Yoona membaringkan sikucing kecil disisi induknya. Kucing-kucing itu mengeong, terbangun menyadari keberadaan Yoona.   "Jagalah anak-anakmu dengan baik ibu kucing", ucapnya dengan suara menirukan anak-anak, sambil membelai-belai satu persatu kelapa kucing-kucing itu.  Tanpa sepengetahuan Yoona, seorang pria memperhatikannya dari luar pintu gerbang. Pria itu tersenyum sambil terus memperhatikan setiap gerak gerik Yoona.  Kini Yoona bangkit dari duduknya. Kembali melangkah dengan riang meninggalkan area taman kanak-kanak. Dia tidak menyadari seorang pria kini tengah memperhatikannya di balik pohon yang tidak jauh dari pintu gerbang. Setelah Yoona agak jauh, pria itu keluar dari persembunyiannya dan mengejar langkah Yoona dengan hati-hati berharap gadis itu tak mengetahuinya.  Beberapa meter sudah mereka melangkah, dan kini Yoona menyadari bahwa saat ini ada seseorang yang tengah mengikutinya. Dengan cepat dia menoleh. Seorang pria dengan hoodie hitam, memakai topi hitam dan kacamata hitam, berdiri tidak jauh dibelakangnya. Pria itu berpura-pura sedang melihat ke dahan-dahan pohon di atasnya. Yoona menggedikkan bahunya.  Kemudian kembali melangkah. Sang pria mengikutinya lagi. Yoona menyadarinya dan segera menoleh ke belakang. Laki-laki itu melangkah menghampirinya.  "jangan-jangan ...", Ucapnya seraya mengambil ancang-ancang untuk berlari.  "Tunggu!", Teriak pria itu.  Tapi kini Yoona tengah berlari, mencoba menghindari pria asing yang ia sangka seorang penguntit atau mungkin orang jahat itu.  "Tunggu, Yoona-ya!"  Mendengar namanya di sebut membuat Yoona memelankan langkahnya dan menoleh. Nafasnya terengah-engah. Pria itu berlari pelan menghampiri Yoona.   "Ini aku, Yoona-ya", Ucap pria itu sambil mengatur nafasnya.  Yoona mengerutkan dahinya karena bingung, kemudian mundur beberapa langkah.   "si..siapa kau?!" tanyanya terbata.   "Kau pikir aku ini bandit-bandit semalam?", Tanya sang pria sambil berkacak pinggang.  Yoona masih terlihat kebingungan.  "Ini aku, kekasihmu", ucap pria itu dengan percaya dirinya sambil melepas kaca mata hitamnya.   Pria itu melangkah mendekati Yoona sambil meringis memperlihatkan barisan gigi-giginya, terlihat sangat manis. Dan tentu saja membuat kadar ketampanannya meningkat. Hihi :)  Yoona melongo melihat wajah pria itu. Ada rasa terkejut dan juga kelegaan karena ternyata pria itu bukan seorang penguntit melainkan sang pangeran yang telah menyelamatkannya semalam.  Ya, pria itu Lee Donghwa. Pria yang semalam menolongnya. Pria yang mengaku-ngaku sebagai kekasihnya. Pria yang membuat senyum terukir di bibir Yoona saat gadis itu tidur semalam. Bahkan berhasil membuat suasana hati nya sangat baik sejak ia bangun pagi ini.  Yoona melangkah maju, “Yak!,” Yoona berteriak. "Oppa keterlaluan," kini dia memukuli lengan Donghwa.  Donghwa terkekeh pelan, seraya memegangi tangan Yoona yang memukuli nya bertubi-tubi. "Hentikan ..." Dia masih menahan tawa, "sakit, Chagi.."  "Apa kau bilang? Chagi?",  Yoona berhenti memukulinya. "Dasar kekasih palsu!", Teriaknya sambil menginjak kaki Donghwa.  "Argh!", Donghwa mengerang kesakitan.   Yoona beranjak pergi meninggalkan Donghwa dengan menghentak-hentakkan kakinya kesal. Donghwa mengejar langkah Yoona.  “Kau marah,hm?”, Tanya Donghwa. "Mianhe. Aku hanya bercanda"  "Berhentilah berpura-pura menjadi kekasihku!", Ucapnya dengan suara pelan tapi penuh penekanan disetiap kata.   "Kenapa?"  "Kalau sampai ada yang mendengarnya dan mengadukan pada kakek atau pamanku, bisa-bisa aku diceramahi tuju hari tuju malam".  Donghwa mengangguk angguk sembari memakai kaca mata hitamnya. "Jadi, kau tidak diperbolehkan memiliki kekasih?"  "Harus ya kau pakai kacamatamu itu? Mata mu sakit?" Yoona mengalihkan pembicaraan.   Ada sedikit perasaan malu mendengar pertanyaan itu. Usianya sudah lebih dari 17 tahun, remaja seusianya biasanya wajar jika memiliki kekasih. Teman-teman di sekolahnya sebagian besar pernah berpacaran, tapi lihatlah dirinya yang 17 tahun ini sama sekali belum pernah mengenal yang namanya berpacaran.  "Aku bertanya, kau dilarang memiliki kekasih?", Tanya Donghwa lagi.  "Ya ..., setidaknya sampai aku lulus SMU. Aku harus belajar dengan giat agar mendapatkan nilai terbaik. Dan aku ingin mendaftar di universitas favorit di seoul. Aku tidak ingin terus membebani kakek dan nenek. Setelah lulus universitas aku ingin mendapatkan pekerjaan yang baik, menghasilkan banyak uang yang akan ku berikan pada mereka. Dengan begitu mereka tidak susah payah bekerja di hari tua"  Donghwa hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum mendengarkan ocehan gadis itu.  "Sebenarnya, mereka belum mengijinkan aku pergi dari Mokpo,"   "Kenapa?"  Pertanyaan Donghwa itu tidak dijawab oleh gadis yang kini menghentikan langkahnya itu. Mereka berdiri di depan sebuah ruko berlantai tiga. Bangunan yang tidak terlalu besar, sama seperti bangunan lain di sekitar jalan itu.  "Kau mau potong rambut?", Tanya DongHwa yang melihat tulisan yang berada di pintu kaca bangunan itu. "Tidak. Aku hanya akan menjenguk temanku. Dia tinggal disini," sambil menunjukkan tas bekal yang sedari tadi dibawanya. "Tunggulah disini"   "Jadi, kau tidak akan mengajak kekasihmu ini masuk?"  "Ish..., Oppa!" Yoona menghentakkan kakinya kesal, "Heentikan, itu tidak lucu."  Donghwa hanya terkekeh melihat wajah Yoona yang cemberut sambil berlalu meninggalkannya sendiri di jalan.                       ***  Kini Yoona sudah bersama Ah ri dikamar. Dua gadis itu merebahkan diri di atas kasur. Sebuah lagu boygrup yang sedang Ah Ri gemari saat ini menjadi backsound percakapan dua gadis itu.  "Kurasa kau sudah sembuh hanya dengan mendengar lagu-lagu boygrub kesayanganmu itu," cibir Yoona melihat itu yang kini tampak baik-baik saja.  Ah Ri tampak sedang menggumamkan lagu yang sedang ia putar. Sedangkan Yoona menggeleng-gelengkan kepalanya, heran dengan tingkah sahabatnya itu.  “Yoona…” Panggil Ah Ri  "Hm?"  "Aku heran denganmu", Kini Ah ri bangun dan duduk menghadap ke arah Yoona.  "Heran bagaimana? Justru aku yang sekarang heran dengan keadaanmu", Yoona bangun, duduk berhadapan dengan Ah Ri.  "Kita ini sahabat. Apapun yg kau suka, aku juga suka. Begitupun sebaliknya, kecuali ...," Ah Ri menggantungkan kalimatnya.  "Kecuali apa ?," tanya Yoona penasaran.  "Kecuali boygrup kesayanganku ..." jawab Ah Ri lesu.  Yoona menghela nafas, "Kau tau kan, aku tidak tertarik sama sekali dengan hal-hal seperti itu."  "Kau akan jatuh cinta kalau sudah mengenal mereka"  Yoona bangun dari duduknya, "Jatuh cinta?". Kemudian berjalan menuju ke jendela kamar. "Jatuh cintalah pada sosok yang nyata"  "Tapi mereka nyata", kini Ah Ri menyusul Yoona.  Yoona melihat keluar jendela. Melihat ke bawah, ke arah halaman salon. Kemudian melihat-lihat ke sisi kiri dan kanan. Memandang ke sepanjang jalan daerah itu. Sosok yang ia cari tak ada dimanapun.  Ah ri yang melihat tingkah sahabatnya itu mendekat, berdiri di samping Yoona kemudian mengikuti arah pandang sahabatnya itu.  "Kau melihat apa sih? Mencari sesuatu?", tanya Ah Ri sembari mengikuti arah pandang Yoona.  "Aku sampai lupa. Aku tidak sendirian datang kemari,"  "Dengan siapa?"  "Kau tidak kenal. Aku baru mengenalnya semalam." Jawabnya, kemudian meringis.  Ah Ri memandang penuh selidik, "Siapa orang itu? Apakah seorang pria?", Tanyanya yang semakin penasaran.  "Akan kuceritakan besok," Jawabnya sambil terburu-buru beranjak pergi meninggalkan Ah Ri yang masih berdiri di dekat jendela.  "Hei, Kau harus berhati-hati pada orang yang baru kau kenal!" teriaknya pada Yoona yang kini berlalu meninggalkan kamar itu tanpa menjawab sepatah katapun.  "Yak!! Kim Yoona!" Ah Ri berteriak kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD