Di tengah kesunyian malam yang mencekam, suara Leonor menusuk tajam, membelah keheningan. "Bagaimana rasanya, Keyli? Merasakan dunia yang kau bangun hancur berkeping-keping di hadapanmu?" Nada suaranya dingin, penuh kemenangan. "Kau pikir bisa lari dari bayang-bayangmu dengan bersembunyi di balik nama Hazel dan berpura-pura menjadi istri adikku, Liam? Kekonyolan macam apa itu?" Kata-katanya bukan hanya pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan yang menghantam, menguliti lapisan-lapisan kepalsuan Keyli hingga ke akar. Keyli mengangkat wajahnya, menatap Leonor dengan mata merah dan bengkak. Kilatan amarah menyala di balik kesedihan yang menganga, seolah ingin melawan, namun tertahan oleh rasa bersalah yang membelenggu. "Ak-aku tidak bermaksud ...," desisnya, suaranya tercekat oleh luapan emo

