Leonor membeku di tempat, tatapannya yang tajam bagai pisau langsung menghunjam tepat di retina Keyli. "Keyli?" Suara Leonor terdengar rendah, namun di telinga Keyli, itu bergaung seperti guntur yang memecah kesunyian. Kening pria itu berkerut dalam, menggariskan bayangan gelap di wajahnya. "Siapa Keyli?" ulangnya, nada suaranya kini dingin, menusuk hingga ke tulang sumsum. Dunia Keyli seolah berhenti berputar. Tenggorokannya tercekat, lidahnya kelu. Ia membuka mulutnya, tapi tak ada satu pun kata yang keluar. Otaknya berputar panik, memutar memori, mencari celah, mencari alasan yang paling masuk akal untuk menutupi nama yang baru saja terlontar itu. Keringat dingin mulai membasahi punggungnya, meskipun pendingin ruangan terasa begitu kuat. "Ak-aku tidak tahu," akhirnya, suaranya kelua

