bc

Terpaksa Berjodoh

book_age18+
2.5K
FOLLOW
11.7K
READ
love-triangle
manipulative
drama
twisted
small town
first love
like
intro-logo
Blurb

Dinar terpaksa menikah dengan Arya karena kehadiran Sitta yang memporak-porandakan pernikahannya dengan Dhana. Tangis pilu Sitta di depan Ayah Dinar membuatnya mengurungkan pernikahan sang putri, karena bayi dalam rahim Sitta yang merupakan darah daging Dhana. Kehamilan yang direncanakan Sitta berhasil membuatnya memisahkan sepasang calon pengantin itu. Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Akankah terungkap siapa ayah bayi itu sesungguhnya? Dan bagaimana nasib pernikahan Dinar dengan Arya?

chap-preview
Free preview
Bab 1: Gagal Menikah
"Tidakkah kalian iba padaku? Tidakkah kalian kasihan pada bayi yang kukandung?" ujar Sitta. Perempuan yang datang sehari sebelum acara pernikahan Dinar dan Dhana dilaksanakan. Dinar tak sanggup berkata-kata. Ia menelusupkan wajahnya dipelukan Widyawati, ibunya. Air mata gadis itu mengalir bak es yang mencair. Dadanya naik turun bersamaan dengan rasa sakit atas kabar yang baru saja didengarnya. Ridwan tak sanggup berkata-kata. Ia melepas kaca matanya lalu mengusap tetesan air di sudut matanya. Sebagai seorang bapak, ia merasa terluka mendapati putrinya diperlakukan seperti ini. Persiapan pernikahan sudah matang. Semua sudah siap. Bahkan tukang dekor sudah datang. Para petugas dekor sedang memasang tenda juga panggung pelaminan di depan rumah. Tetapi kabar buruk datang disaat yang tidak tepat. Ridwan nelangsa. Setelah mendapatkan jawaban dari Ridwan, Sitta pergi dengan perasaan menang. Ia keluar dari kediaman Ridwan dengan d**a membusung. "Dinar tak percaya pada ucapan perempuan itu, Pak! Mas Dhana bukan lelaki b***t! Dia tak mungkin melakukan hal itu! Dinar tahu bagaimana sifat Mas Dhana!" pekik Dinar tak terima saat Ridwan mengiyakan permintaan Sitta. "Nak, perempuan itu sedang hamil. Dia butuh Dhana untuk bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah mereka lakukan." "Tapi kita tidak tahu kebenarannya sebelum bertanya lebih dulu pada Mas Dhana, Pak! Ini tidak adil!" Dinar meraung. Ia tetap membela kekasih yang dicintainya. "Bagaimana jika memang itu benar anak Dhana? Kamu siap menerima kenyataan?" tanya Ridwan tegas. Bagaimanapun jawaban Dhana, ia tak mungkin membiarkan anak gadisnya menikah dengan lelaki yang sudah menjadi sumber kekacauan ini. "Dinar yakin, Pak! Mas Dhana tidak mungkin melakukan hal itu!" elak Dinar lagi. "Nduk, sudah, jangan terlalu membela," lirih Widyawati, ibunya. Ia terus mengusap punggung tangan Dinar agar tak terlalu emosi. "Mas Dhana tidak begitu, Bu!" lirih Dinar. "Bawa dia ke kamarnya, Bu," pinta Ridwan. Berkali-kali ia menghela napas dalam agar d**a yang sesak karena berita ini tak membuatnya kehabisan oksigen. Dinar dan Widyawati berjalan ke kamar. Keduanya berjalan dengan hati yang remuk. Kabar yang diterima tetap menggoreskan luka dalam keluarga tersebut. "Istirahat dulu, Nduk. Biar Bapakmu yang cari jalan keluarnya." Widyawati berujar. Ia membantu Dinar merebahkan diri di atas ranjang. Sementara diluar kamar, Ridwan sedang berusaha menghubungi Dhana. Sebagai orang tua Dinar, ia tak mau salah mengambil keputusan. Restu yang dengan berat ia berikan pada hubungan Dinar dan Dhana sama sekali tak dihargai. Betapa Dinar berjuang untuk meraih restu hingga acara pernikahan ini hampir terlaksana tetapi dihancurkan oleh kabar yang menyakitkan. Setelah beberapa saat menunggu, Dhana datang dengan wajah tertunduk lemas. Ridwan melihat sikap Dhana sudah bisa merasakan hawa buruk yang dibawa oleh calon mantunya itu. "Maafkan saya, Pak. Semua itu terjadi diluar kendali saya. Saya tidak sadar, saya dijebak." Dhana membela diri. Kepalanya tertunduk pilu. Dalam hati ia menyesali perbuatannya. "Tapi maafkan Bapak. Bapak tak mungkin menjadikanmu menantu Bapak. Ada tanggung jawab besar dipundakmu dalam rahim perempuan itu." "Tapi, Pak?" Dhana menyela. "Tidak, Nak! Maafkan Bapak." Dhana kecewa. Ia datang untuk memohon ampun. Pemuda itu berjanji akan menyelesaikan semuanya sebelum acara pernikahan esok hari tetapi Ridwan tak memberi kesempatan. "Pak, tolonglah beri kesempatan Mas Dhana untuk memperbaiki semuanya," rengek Dinar. Ia berlari keluar dari kamarnya saat mendengar perdebatan sang ayah dengan calon suaminya. "Nak, urusan anak bukan hal yang bisa diselesaikan dalam waktu semalam. Tapi itu menjadi urusan bapaknya seumur hidup. Meskipun Bapak tahu kalau anak diluar nikah itu tidak bernasab pada bapaknya tapi Bapak tidak mau kamu terlibat dalam urusan mereka." Ridwan menjelaskan. Ia tetap tidak mau merestui. "Berilah saya kesempatan, Pak," lirih Dhana. Ia bersimpuh di kaki Ridwan. Telapak tangan Dhana memegang lutut Ridwan. "Saya sudah memberimu kesempatan tapi kamu menyia-nyiakannya," sela Ridwan lirih. Ia menepis tangan Dhana yang memegang lututnya. Dinar berlari menuju dapur. Ia mengambil sebuah benda tajam untuk mengancam sang bapak. "Jika Bapak tak merestui maka biarkan aku bunuh diri, Pak." Sinar mengarahkan benda tajam itu di pergelangan tangannya. Dengan napas memburu, ia kembali keruangan tempat Ridwan dan Dhana bicara. "Jangan begitu, Nak," teriak Widyawati. Ia berusaha meraih benda tajam itu dari tangan Dinar. "Jangan mendekat, Bu!" teriak Dinar lantang. Ia mengarahkan benda itu pada Widyawati. "Jangan main-main dengan benda itu, Nak." Ridwan menyela. "Sayang, jangan main-main dengan benda tajam. Sudah ya, letakkan benda itu. Kita bisa bicara baik-baik." Dhana mendekati Dinar. Ia berusaha meraih benda itu dari tangan Dinar. "Sudahlah, Nak Dhana jangan ikut campur. Biar Dinar kami yang urus," pinta Ridwan. "Jangan usir Mas Dhana, Pak! Dinar cuma mau menikah dengan Mas Dhana!" Dinar berteriak keras. Ia bahkan mengabaikan tukang dekor yang memperhatikan perdebatan keluarga kecil itu. Dhana maju satu langkah dan dengan cepat ia menarik benda tajam itu dari ujung yang runcing. Seketika tangan Dhana mengeluarkan aliran air merah. "Maaasss!" teriak Dinar kaget. "Biarkan, Dii. Biarkan tangan ini berdarah untuk menebus kesalahan yang kubuat." Dhana sedikit meringis karena sayatan itu menciptakan rasa perih dalam telapak tangannya. Dengan cepat Dinar mengambil tisu dan lain kasa untuk mengusap darah yang mengalir. Tetapi Ridwan memaksa Dinar untuk tak memperdulikannya. "Sudah lah, Nak! Jangan hiraukan dia! Luka itu kecil dibandingkan dengan apa yang sudah dia perbuat!" Ridwan sedikit berteriak. "Pak, ini luka! Izinkan Dinar mengobatinya! Bagaimana pun Dinar masih cinta Mas Dhana, Pak!" Tangan Dhana mengucurkan darah segar yang mengalir deras. Seketika bau darah menguar dalam ruangan tersebut. Dengan cekatan Dinar menekan luka itu dengan tisu dan segera membalut tangan Dhana dengan kain kasa. "Kamu jangan keras kepala!" pekik Ridwan tak terima. Matanya tajam menatap wajah Dinar yang sembab. Giginya gemerutuk dengan bibir mengatup rapat. Sedangkan tangannya mengepal erat bak siap meninju musuhnya. Tiba-tiba d**a Ridwan terasa sesak. Tangannya mencengkeram dadanya erat. Wajahnya menegang menahan rasa sakit seperti dihimpit batu berat. "Pak, Bapak kenapa?" pekik Widyawati. Ia berlari memegangi tubuh Ridwan yang hampir tak sadarkan diri. Ridwan lantas dibawa ke rumah sakit. Serangan jantung yang didapatnya membuat Ridwan harus mendapatkan penanganan cepat. Beberapa alat telah menempel pada tubuh Ridwan. Tetapi kondisinya masih belum sadarkan diri. Dinar menangis sesenggukan melihat kondisi sang ayah. Hatinya iba melihat cinta pertamanya mendapatkan serangan penyakit yang hampir merenggut nyawanya. "Sudahlah, Nak, turuti apa kata Bapakmu! Lepas saja Dhana, jangan mempersulit keadaanmu sendiri." Dinar hanya mendengar apa kata Widyawati dengan tangis yang terus berderai. Ia tak tahu harus bagaimana. Cinta yang susah payah ia perjuangkan telah dirusak hanya karena cinta satu malam kekasihnya dengan perempuan lain. "Lantas bagaimana dengan pesta pernikahan yang sudah siap ini, Bu?" tanya Dinar. Uang yang sudah ia gunakan untuk membayar DP wedding organizer tidaklah sedikit. "Entahlah. Ibu tak bisa berpikir." Saat Dinar dan Ibunya berada di rumah sakit, kabar batalnya pernikahan Dinar sudah menyebar di seluruh kampung. Kecanggihan teknologi membuat kabar ini pun sampai ditelinga Rahman, sahabat Ridwan. Keinginannya untuk menjadikan dua keluarga menjadi keluarga besar kembali mendapatkan kesempatan. Sejak dahulu ia ingin sekali menjodohkan anak lelakinya dengan anak sahabatnya itu. "Nggak bisa, Pa! Aku sudah punya kekasih! Jangan memaksakan kehendak Papa! Menikah itu bukan hanya soal menjadikan dua keluarga menjadi satu. Tapi pikirkan jika aku harus menjalani pernikahan itu tanpa cinta?" Arya berujar. Ia adalah anak dari sahabat Ridwan yang tinggal dikota. "Cinta itu akan tumbuh seiring dengan kebersamaan kalian. Percayalah, Papa sudah membuktikannya!" "Tapi, Pa! Ini bukan jamannya Siti Nurbaya lagi! Udah ngga jaman perjodohan lagi!" "Bukan masalah jaman Siti Nurbaya atau tidak. Papa mau kamu mendapatkan gadis yang baik. Dinar gadis yang baik. Cantik pula. Dia juga berprofesi sebagai guru." "Tapi, Pa!" "Sudah jangan tapi-tapi! Cepat kemasi bajumu, kita berangkat sekarang juga!" Arya tak mampu berkata-kata, Ia tak bisa menolak permintaan orang tua tunggalnya itu. Terpaksa ia menuruti permintaan papanya untuk berkemas. Sambil berkemas, Arya menghubungi kekasihnya, Rieka. Ia tak bisa begitu saja meninggalkan Rieka tanpa pamit. Janjinya untuk melamar tahun ini terpaksa ia batalkan. "Maafkan aku, Yank. Aku tak bisa menolak permintaan papa." "Nggak bisa gitu dong, Yank. Kita sudah lama pacaran, masak tiba-tiba kamu dijodohkan? Nggak lucu, Yank!" Arya tak lagi menjawab rengekan kekasihnya sebab ia pun belum bisa menerima kenyataan ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hasrat Istri simpanan

read
8.0K
bc

The CEO's Little Wife

read
628.0K
bc

BELENGGU

read
64.7K
bc

Revenge

read
16.3K
bc

After That Night

read
8.6K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
54.0K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook