Part 14

2095 Words
Di luar dugaan Runi, perpustakaan yang baru pertama ia kunjungi ternyata sangatlah besar dengan banyak buku di dalamnya. Ini baru tampak dari luar belum masuk ke dalam perpustakaan yang lebih tepatnya istana buku. Gegas Runi memasuki bangunan megah dengan banyak buku itu dengan terlebih dahulu mengisi daftar hadir pada komputer yang ada di depan pintu. Setelah masuk dan disambut ramah oleh petugas perpustakaan, Runi mengedarkan pandangan ke ruangan itu. Terntata banyak sekali buku-buku pendukung. Semua tertata rapi di rak dengan masing-masing judul di rak atas. Buku untuk SD, SMP, dan SMA, juga TK dan Play grup. Seperti seorang rakyat jelata yang memasuki istana buku, Runi sangat bahagia. Tak hanya itu, bagian depan perpustakaan dilengkapi dengan fasilitas komputer dan internet. Khusus untuk peserta didik yang hendak mengerjakan tugas. Sungguh sekolah yang sangat bagus, memerhatikan segala keperluan peserta didiknya. Peserta didik dimudahkan dalam segala hal. Pantas saja banyak yang merasa nyaman untuk bersekolah di tempat ini. Fasilitasnya semuanya terbaik dan tidak diragukan lagi. Runi berjalan menuju ke rak buku khusus SD. Tidak sengaja, ia bertabrakan dengan seseorang. Hampir saja tubuhnya terhuyung ke depan. Beruntung, Runi segera berpegangan pada salah satu rak buku. "Maaf, saya tidak sengaja," kata seseorang yang menabrak Runi saat mendadak berhenti dan mengamati buku-buku. Laki-laki itu tampak merasa bersalah. Terburu-buru membuatnya tidak melihat keadaan sekitarnya. Pun dengan wajahnya yang menunduk, membaca buku ajar Matematika yang hendak ia gunakan untuk mengajar setelah jam istirahat kedua. Fokusnya sedang terbagi ke banyak hal. Selain mengajar juga memikirkan kesehatan sang ibu. Membuat laki-laki itu sering kali tidak fokus saat sedang bekerja. Bahkan tadi pagi saat masuk ke sekolah ini hampir saja menabrak salah satu orang tua murid yang mengantarkan anaknya. Beruntung rem mobilnya bekerja dengan baik. Akan tetapi, membuat jantungan orang yang ada di sekitarnya. Ada banyak orang yang berteriak histeris. Takut jika terjadi kecelakaan. Mata Runi mengerjap beberapa kali, mengamati sosok yang ada di depannya. Seorang pria dengan seragam yang sama dengan guru-guru pengajar lainnya. Hanya saja sedikit berbeda pada tanda pengenalnya yang berwarna putih dan biru. Beliau mengajar SMP. Runi bisa memastikan hal itu, karena seragam mereka yang membedakan hanya tanda pengenal yang sesuai dengan seragam SD, SMP, dan SMA. Untuk TK dan play grup, kebetulan seragam mereka sama dengan tanda pengenal berwarna putih. "Tak apa," jawab Runi sambil tersenyum dan segera meninggalkan pria itu. Runi tak ingin menghabiskan waktunya untuk sekadar berbasa-basi dengan sosok pria itu. Dengan cepat, ia langsung mengambil beberapa buku yang terjatuh untuk dibacanya di rumah nanti. Tidak hanya itu, matanya terfokus pada salah satu rak buku. Metode Pembelajaran--judul yang tertampang di atas rak itu. Runi segera mendekati rak buku itu dan mengambil buku yang diperlukannya. Tak hanya itu, di rak sebelahnya ada lagi buku tentang Psikologi anak. Kedua buku itu diambil oleh Runi dengan cepat. Sosok pria yang menabrak Runi masih terus mengamati dirinya yang terus berjalan menuju rak buku-buku SD. Ada debaran ketika sang pria tersebut menatap wanita cantik yang ada ia tabrak secara tak sengaja tadi. 'gadis yang cantik.' batin sang pria. Hingga sosok Runi menghilang barulah ia pergi meninggalkan perpustakaan. Ada hal yang lebih penting dan mendesak untuk dikerjakan. Pekerjaannya kali ini tidak bisa ditinggalkan atau ditunda. Harus sekarang juga dikerjakan. Membuat sebuah laporan dan ditunggu oleh ketua yayasan. Belum lagi dengan tugasnya mengajar kelas sembilan yang sedang sibuk latihan soal untuk persiapan tes semester ganjil. Sekolah ini, selalu mengadakan latihan soal. Tujuannya untuk melatih dan memperkaya variasi soal. ♡♡♡♡ Sekolah Yayasan Maju Bersama menerapkan Full Day sehingga jam pelajaran akan berakhir pada pukul setengah empat sore. Seluruh peserta didik biasanya dibekali makanan dari rumah. Jam makan siang mereka akan berkumpul di ruang yang telah disediakan untuk makan. Mereka makan bersama sambil bercadan tawa khas anak seusia mereka. Tak jarang ada yang membahas pelajaran yang baru saja dilalui oleh mereka. Selain itu, banyak guru yang ikut bergabung dengan anak-anak didiknya. Tidak hanya membuat hubungan antara guru dan murid hangat, tetapi juga bisa menjalin kedekatan secara emosional antara guru dan murid. Hal ini memudahkan guru saat mengajar di kelas, tanggapan hangat dan antusias siswa membuat semangat mengajar berkobar. Sejak pertama kali datang ke sekolah ini, Runi selalu membawa bekal makanan dari rumah. Masakan mamanya yang sangat lezat membuatnya sulit untuk berpindah ke lain hati. Runi sengaja membawa bekal untuk menguragi biaya pengeluaran. Ia tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya. Bukan terlalu pelit, tetapi kondisi keuangan Runi yang memang sedang sulit. Ia pun masih harus mencari pekerjaan atau sekolah lain jika di Kota Jakarta ini. Keuntungan usahanya di Kota Solo sedang digunakan untuk melunasi pinjaman bank. Ia hanya menerima sedikit setiap bulannya. Tidak hanya itu, Runi bahkan rela tidak mendapatkan keuntungan hanya demi bisa membayar seluruh gaji karyawannya. Mereka semua sudah bekerja keras dan ikut memajukan tempat usahanya itu. Tidak ingin mengecewakan karyawan yang sudah bekerja lama di tempat usahanya itu. Runi bisa berlama-lama menekuri buku-buku yang ada di perpustakaan. Jam pelajaran berikutnya adalah Agama Islam dan Olahraga jadi bukan tugas Runi. Ia tidak wajib ikut masuk dan melakukan observasi kelas. Wanita itu bisa lebih fokus membaca dan menghayati. Buku yang menarik Runi berjudul, Mendidik Anak Dengan Hati dan Pikiran. Sebuah judul yang menggelitik dan membuat rasa penasaran yang besar terhadap isi buku. Dalam buku tersebut dijelaskan jika bertutur kata dengan anak harus lembut. Hindari kata yang negatif agar tidak melukai hati anak. Seketika hati Runi mencelos, teringat dengan masa lalu. Delapan tahun hidup dengan Renjana, mereka belum dikaruniai seorang anak. Hal inilah yang memicu perceraian rumah tangga mereka. Anak dan anak yang selalu menjadi masalah. Tak mengapa, Runi kini bisa lebih menikmati hidup daripada saat berada di Kota Solo dulu. Runi kembali menekuri bukunya. Jemari lentiknya dengan luwes membuka satu per satu halaman. Buku itu seperti membuka pikirannya tentang bagaimana cara mendidik anak yang baik. Juga menjadi orang tua kedua bagi murid-muridnya di sekolah. Anak, akan cenderung lebih menurut dan patuh kepada gurunya dibandingkan dengan kedua orang tuanya di rumah. Sosok guru sangat berpengaruh bagi perkembangan intelektual seorang anak. Oleh karena itu, guru harus menjadi role model yang baik bagi seluruh peserta didik. Sikap guru saat mengajar harus ikhlas menerima perbedaan karakter masing-masing anak. Usahakan tidak emosi saat anak mendadak membuat gaduh dan mempengaruhi seluruh kelas agar membuat kegaduhan bersama. Arahkan mereka untuk mengerjakkan beberapa tugas dengan metode belajar yang menarik. Ponsel Runi bergetar, satu pesan masuk. Hanya melihat sekilas saja, tanpa ingin membalasnya. Wanita cantik itu masih hanyut dalam buku bacaannya. Hingga, bel tanda istirahat kedua berbunyi membuyarkan konsentrasinya. Gegas ia menutup buku dan pergi menuju meja petugas untuk meminjam beberapa buku. Buku-buku itu harus dibacanya hingga tuntas. Wanita itu sangat penasaran dengan isi buku-buku yang dipinjamkannya. Setelah semua selesai, Runi langsung menuju ruangan sementara yang diberikan untuknya. Ia meletakkan semua buku yang dipinjamnya di atas meja.Perut wanita ini ternyata meminta jatah. Dengan segera, Runi melangkahkan kaki menuju kantin sekolah. Hari ini tidak membawa bekal karena mama bangun kesiangan. Pun saat sarapan tadi hanya minum segelas s**u dan setangkup roti yang diolesi selai kacang kesukaannya. Kantin sangat ramai, guru berbaur dengan peserta didik. Menurut berita yang Runi dengar, sebagian besar mereka akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di sekolah ini. Namun, ada juga yang memilih sekolah di tempat lain. Semua tergantung pada kebijaksanaan kedua orang tua siswa. Tidak hanya itu, keingin untuk tetap bersekolah di tempat ini juga tergantung pada keinginan dari siswa itu sendiri. Tidak bisa dipaksakan jika sang anak tidak mau melanjutkan di sekolah ini. Runi segera mencari tempat yang masih kosong. Ia melihat ada tempat duduk yang diisi dengan tiga orang siswa SMP. Mereka sedang makan sambil asyik bercanda tawa. Entah apa yang dibahas, sepertinya sangat menyenangkan. Dengan percaya diri, Runi mendekati ketiga siswa yang sedang duduk itu. Meminta izin untuk bergabung karena hampir semua tempat duduk penuh dengan siswa dan siswi juga guru-guru yang lain. "Boleh saya duduk di sini?" tanya Runi pada beberapa pelajar SMP Yayasan Maju Bersama. Ketiga pelajar SMP menoleh dan tersenyum hangat ke arah Runi. Mereka menyambut sosok guru magang itu dengan ramah. "Silakan Miss, eh, nama Miss siapa? Kok aku baru tahu ada guru baru?" tanya gadis berwajah oriental yang duduk di sebelah Runi. Setelah dipersilakan oleh mereka, Runi duduk di dekat gadis berwajah oriental itu. Sangat ramah sosok yang ada di dekat Runi itu. Ia tersenyum lebar sambil menggeser tubuhnya, memberikan tempat untuk sosok yang hendak duduk di sebelahnya--Runi. Tak hanya gadis berwajah oriental itu yang ramah, kedua temannya pun sangat ramah. "Saya Arunika, panggil saja Miss Runi." Runi menjawab dengan sopan pertanyaan pelajar SMP tersebut sambil tersenyum. Ketiga gadis itu membalas senyum Runi. Mereka tampak antusias dengan kehadiran sosok calon guru di Yayasan Maju Bersama itu. Tidak seperti anak-anak lain yang bersekolah di tempat elit lainnya, mereka akan cenderung jahil jika ada guru baru. Pendidikan karakter di sekolah ini sangat bagus, tampak dari hampir seluruh siswanya menghormati guru-guru yang mengajar. Pun hubungan dengan sesama peserta didik, mereka tampak akrab antara satu dengan yang lainnya. "Saya Liani, ini Lana, dan yang lagi makan bakso itu namanya Syila. Senang mengenal Miss Runi. Oh, ya, Miss ngajar di kelas berapa?" tanya Liani penasaran sambil makan gado-gado. Runi tersenyum menanggapi pertanyaan dari Liani. Gadis ramah itu menghentikan ritual makannya hanya demi mendengar jawaban yang akan keluar dari mulut Runi. Dengan segera Runi menjawab pertanyaan dari Liani. "Miss Runi mengajar di SD, kelas lima tepatnya, tapi masih magang," kata Runi sambil menuliskan menu yang hendak ia pesan. Runi siang ini ingin makan bakso. Rasanya lezat makan bakso kuah panas dan pedas, agar mata tidak mengantuk setelah makan. Semoga saja tidak sakit perut setelah memakan bakso tersebut. Mungkin jadwal bulanan akan tiba, Runi ingin makan padas. Setelahnya minum es jeruk nipis, sepertinya sangat menyegarkan badan. "Wah, ngajar kelas lima? Ada adikku, namanya Leo. Dia di kelas 5C, Miss, tapi anaknya sedikit beda. Dia menderita Anxienty Disorder." Liana tampak sedih menceritakan tentang adiknya. Anxiety Disorder atau gangguan kecemasan yang berlebihan ketika sedang tertekan. Penderita mendadak merasakan panik yang luar biasa. Entah bagaimana yang terjadi dengan Leo--adik dari Liana itu. Runi belum mengenal sosok anak istimewa itu. Semoga saja suatu saat berkesempatan untuk mengenal sosok Leo dan bisa membantunya dalam masalah belajar. Runi hanya tersenyum, bingung hendak menjawab apa. Sebab, hari ini belum mulai mengajar. Baru lusa akan mengajar. Pagi pun hanya mendampingi guru senior mengajar. Wanita cantik ini masih tahap observasi. Mengobservasi murid-murid saat menerima pelajaran di kelas. Juga mengamati satu per satu karakter dari kelas lima. Mereka anak-anak yang baik. Selalu memudahkan guru dalam menyampaikan pelajaran. Setelah mendengar penuturan Liani, Runi bertekad melanjutkan kuliahnya ke jenjang S2. Jurusan yang ia pilih adalah Psikologi. Ternyata banyak manfaatnya jika mengambil kuliah jurusan ini. Manfaat untuk mengajar, juga dalam kehidupan sehari-hari. Semoga saja bisa lolos dan menjadi guru. Sebab, dengan lolos menjadi guru di Yayasan Maju Bersama akan mendapatkan kesempatan untuk mengambil kuliah S2 dengan beasiswa penuh dari yayasan. Syaratnya pastinya tidak mudah. Beberapa guru di sekolah ini berkesempatan mendapatkan beasiswa ke jenjang S2 jika berprestasi. Yayasan akan melihat mana saja guru yang cerdas dan berprestasi. Tidak ada kecurangan, karena kualitas guru yang bekerja di tempat ini sangat diutamakan. Mereka yang membuat masalah, akan diberi sanksi sesuai dengan peraturan. Aturan yang dibuat oleh yayasan untuk guru sangatlah ketat. "Pak Sandi, sini!" teriak Liani pada seseorang yang membuat Runi menoleh ke arah orang yang dipanggil. Runi mengamati sosok yang dipanggil oleh Liani. Seperti pernah melihatnya, tetapi tidak ingat di mana. Wajah itu tidak asing sama sekali. Ah ... otak Runi mendadak tumpul ketika lapar menderanya. Sosok laki-laki itu mendekat ke arah suara yang memanggilnya sambil tersenyum ramah. Pria yang dipanggil dengan nama Pak Sandi segera menghampiri muridnya itu. Senyumnya merekah saat duduk di hadapan Liani. Dengan cepat Pak Sandi duduk tepat di depan Runi. Wanita itu masih menatap sosok laki-laki yang duduk di depannya. Sedetik kemudian Runi menunduk saat pandangan mereka bertemu. Runi malu karena kepergok menatap sosok Pak Sandi. "Pak Sandi, ini ada Miss Runi. Guru baru di SD." Liani menjelaskan tentang Runi pada Pak Sandi. Sandi kembali menatap ke arah sosok wanita cantik yang ditemuinya tadi di perpustakaan. Sandi memperhatikan Runi dengan seksama. Dadanya tiba-tiba saja berdebar saat mereka beradu pandang. Runi memberikan seulas senyum tipis sebagai tanda penghormatan. Pun dengan Sandi yang menatap dengan tatapan memuja sosok yang ada di depannya. Seperti baru saja melihat seorang bidadari. "Miss, ini pesanannya tadi," kata seorang pramusaji. Seorang pramusaji mengantarkan bakso pesanan Runi. Sandi ikut menoleh ke arah sang pramusaji dan ikut memesan bakso dan es jeruk nipis seperti apa yang dipesan oleh Runi. Entah, dirinya seperti sedang mengidam saat melihat pesanan milik Runi datang. "Terima kasih ya." Runi menjawab dengan sopan. "Saya makan dulu ya," lanjut Runi pada ke empat orang yang duduk bersamanya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD