Part 2

1018 Words
Ada apa malam-malam gini ribut di dapur!" bentak Bu Yanti pada Arunika. Jika dulu Arunika hanya akan diam saja. Kali ini berbeda seratus delapan puluh derajat. Dia membalas setiap ucapan mertuanya. Tidak lagi ada rasa takut pada sang ibu mertua. "Biasa aja tanyanya, ga usah bentak-bentak! Kamu wanita tua tak tahu diri." Arunika mengatakannya dengan tegas. "Ka ... kamu ...." Bu Yanti sangat terkejut dengan perubahan sikap menantunya Menantu yang dulu bisa diinjak oleh Bu Yanti kini berubah. Bahkan belum genap satu hari sudah berubah. Jujur, Bu Yanti sangat bahagia, bisa ikut merasakan harta milik Arunika. Sayang, ketamakan dan kezaliman telah menutup hati dan akal sehatnya. Menggunakan Renjana sebagai alat agar bisa menikahi Jelita yang notabene seorang calon ASN. Jika dilihat dari kecurangan yang Bu Yanti lakukan bisa saja terjadi masalah di kemudian hari. Untungnya otak liciknya saat itu bekerja. Memalsukan akta perceraian dengan imbalan uang. Rahasia yang ditutup rapat oleh Renjana dan keluarganya dengan sendirinya diketahui oleh Arunika. Ya ... hari itu, Minggu pagi di bulan Januari, Runi dan suaminya harus datang ke sebuah acara pernikahan salah satu kolega. Dalam undangan tertulis Renjana Agung dan istri. Pak Mahmed sebagai pengundang hanya tahu jika istri Renjana adalah Jelita. Tuhan menyayangi Runi, kala itu Renjana beralasan harus ke luar kota. Bagi Runi, ini adalah hal biasa. Justru alasan itu yang membuatnya bertemu dengan Renjana dan Jelita. Mereka bertiga sama-sama terkejut. Jelita yang sangat cantik itu wajahnya pias seketika. "Ada apa, Bu? Kok kaya lihat setan gitu?" tanya Arunika pada ibu mertuanya. "Kamu berani jawab sekarang sama saya?!" bentak Bu Yanti agar Runi takut. Arunika hanya tersenyum lebar. Sudah menjadi kebiasaan jika bentakan akan membuatnya takut. Tidak, kali ini mereka yang harus takut. Runi juga tidak tahu mengapa bisa seberani itu. Sejujurnya, hatinya menangis. Keributan di dapur ternyata membangunkan Jelita. Wanita itu mendekat dan menunduk di depan Runi. Seharusnya seperti itu 'kan? Wanita tidak tahu diri yang merusak rumah tangganya dengan Renjana. "Maaf, kalian sedang membicarakan apa? Sepertinya kalian bertengkar?" tanya Jelita pada Runi dan Bu Yanti. "Biasalah, wanita mandul ini mencari perhatian suaminya," jawab Bu Yanti. Hati Runi sebenarnya sakit, tapi sekali lagi ia harus kuat menghadapi benalu ini. Wanita yang masih sah menjadi istri Renjana ini mendongak dan menatap kedua wanita berbeda generasi. "Perhatian?" tanya Aruni tegas membuat nyali Bu Yanti menciut seketika."Oh, ya, Jelita, kamu ASN 'kan? Jadi tahu dong aturan poligami?" tanya Runi dengan nada tegas. Jelita terkesiap mendengar serangan mendadak dari Arunika. Tidak seperti yang Bu Yanti ceritakan, Arunika ternyata bukan wanita yang pendiam. Dia wanita yang cerdas dan berpendidikan tinggi. Sama dengan dirinya, bedanya Arunika belum pernah mengikuti tes ASN. "Kenapa? ga usah kaget gitulah. Sayangi jantungmu." Perkataan Arunika pelan hanya saja membuat kedua wanita berbeda generasi itu mematung seketika. "Maasss Ree..., kamu lama banget ambil kuncinya!" Arunika sengaja berteriak memanggil Renjana. Renjana tergopoh mendekati Arunika. Wajahnya seketika pucat pasi. Runi tahu penyebabnya, tak lain adalah jika apartemen miliknya dihuni olehnya dan Jelita. Kedua wanita itu juga tak kalah paniknya, wajah mereka tampak takut. Pak Rafi telah memberitahukan semuanya pada Runi. "Kuncinya ga ketemu, Sayang. Kita cari besok sehabis sarapan." Renjana mengatakannya dengan gugup. Arunika tersenyum sinis. Renjana terkejut mendapati senyum istrinya itu. Pertama kali sejak menikah, baru kali ini senyum sinis terbit di wajah Arunika. Bahaya, selamat datang! "Kita tidur lagi ya," pinta Renjana. "Kamu tidurlah dengan istrimu itu. Aku jijik berdekatan dengamu, Mas," ucap Runi pelan tanpa ekspresi. Sakit hati Renjana mendengar ucapan Runi. Bagaimanapun, kesalahan ada padanya. Tidak bisa marah ataupun memaki Runi. Bu Yanti sudah lebih dahulu masuk dalam kamarnya. Jelita, wanita itu masih membeku di tempatnya. Jelita terkejut mendengar Arunika meminta kunci apartemen yang ia tinggali. Bu Yanti bilang, itu kado untuk pernikahan Renjana dengan dirinya. Wanita berparas cantik itu tidak memeriksa kelengkapan surat-suratnya, langsung saja percaya. "Oh, ya, kamu seumuran sama Mas Renjana 'kan? Jadi tahu diri ya, besok atau entah kapan saya akan datang ke tempatmu mengajar. Sekadar memberikan informasi jika kamu menjadi istri kedua suami saya," pelan tapi pasti ucapan Runi membuat darah di tubuh Jelita seolah hilang. Malam ini adalah saat yang tepat untuk memikirkan semua aset milik Runi. Wanita cerdas itu dengan sigap mengambil ponsel miliknya. Menghubungi Reno Anggara, seorang pengacara ternama dan dua orang notaris. Arunika ingin semua aset dan usahanya atas namanya. Katakanlah egois, tapi antisipasi harus mulai malam ini. Dengan cepat, Reno membalas semua pesan Runi. Dia akan datang ke Solo lusa. Arunika meminta pertemuan ini dirahasiakan. Tak ingin suaminya dan ibu mertuanya tahu akan hal ini. Mereka saat ini tidak bisa dipercaya lagi. Reno, pengacara hebat yang sering memenangkan kasus. Tidak diragukan lagi kehebatannya. Arunika beruntung mengenal Reno saat kuliah di UNS dulu. Dimana Reno sedang menjalani kuliah S2 Hukum. Perkenalan mereka terjalin hingga sekarang dan menjadi sahabat. Jangan ditanya, Renjana sangat cemburu dengan kedekatan mereka berdua. Kali ini, abaikan Renjana, fokus pada aset dan harta yang dikumpulkannya dengan susah payah. Indah, sang adik ipar bahkan sudah berani ingin menarik uang perusahaan dalam jumlah besar. Tiga ratus juta rupiah, nominal yang tidak sedikit. Belum lagi rumah, tempat indekos, dan beberapa apartement yang dibeli Runi saat bersama suaminya. Semua harus diamankan. Renjana tidak mempunyai modal saat memulai usaha. Mau tidak mau, sebagai istri Runi dan keluarga yang menyediakannya. Sekarang, ada beberapa tempat usaha pembuatan aneka boneka miliknya. Semua atas nama Arunika. Wanita yang masih sah menjadi istri Renjana tidak tidur. Otaknya sibuk memikirkan cara untuk berpura-pura besok pagi. Pagi hari adalah waktu bersama bagi seluruh keluarga Renjana. Akan ada Bu Yanti, Indah, dan Bani. Satu lagi tambahan Jelita dan anaknya. 'Aku harus bisa melalui semua ini. Siapa mereka? Selama ini aku sudah mengalah dan diam. Kali ini tidak lagi!' batin Runi memberikan semanfat pada diri sendiri. Azan Subuh sayup-sayup terdengar. Jika biasanya Runi akan sibuk menyiapkan sarapan, kali ini tidak. Toh sudah ada Jelita. Bisa dimanfaatkan sebagai pembantu baru di rumah ini. "Bangun kamu Runi!" bentakan dari Bu Yanti disertai gedoran pintu kamar Runi. "Ada apa?!" bentak Runi tak kalah galak. Seketika muka Bu Yanti berubah pias. Menantunya sama sekali tidak takut padanya. Justru menantangnya, harap-harap cemas melanda hati Bu Yanti. Tidak bisa membaca wajah Runi kali ini. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD