Bab 9 - Tidak Boleh Mendekati Pria Berbahaya

1831 Words
“Krys, ini gajimu minggu kemarin. Terima kasih sudah bekerja keras selama ini. Mulai besok, kamu tidak perlu datang lagi.” Mulut Krystal menganga syok mendengar deretan kalimat yang bergulir dari asisten manajer hotel tempatnya bekerja paruh waktu saat ini. Ia sungguh kehilangan kata-kata. Padahal Krystal baru saja tiba di hotel tersebut dan ingin memulai pekerjaannya sebelum memutuskan untuk meminta gajinya di awal seperti yang dilakukannya di restoran pizza sebelumnya. “Maaf, saya tidak mengerti. Kenapa saya dipecat, Nona Collins?” Krystal mulai mempertanyakan keputusan asisten manajernya, Berta Collins. Wanita berusia tiga puluh lima tahun itu memandang Krystal dengan lekat. Ia mengembuskan napasnya dengan kasar, kemudian berkata, “Maafkan saya. Tapi, aku harus melakukannya, Krys. Saya tidak punya pilihan lain. Sebenarnya saya juga tau kalau kamu sangat membutuhkan pekerjaan ini. Sayangnya, saya juga dipaksa untuk melakukannya.” Berta melihat dengan jelas kinerja dan semangat Krystal selama bekerja di hotel mereka. Ia tahu gadis itu sangat menghargai pekerjaannya tersebut, tetapi seperti yang dikatakannya tadi, ia benar-benar terpaksa memecat Krystal karena sebuah alasan yang tidak bisa diungkapkannya kepada gadis itu. “Dipaksa?” Krystal mengerutkan keningnya. “Apa maksudmu, Nona Collins?” Berta menggeleng pelan. “Maaf, saya tidak bisa memberitahumu. Tapi, saya hanya bisa mengatakan kalau kamu harus menjaga diri dan lebih waspada lagi,” peringatnya sembari menepuk pundak Krystal dengan seulas senyuman yang berusaha menenangkan gadis itu. “Menjaga diri dan waspada?” gumam Krystal dengan kedua alis yang bertaut. Manik mata emerald-nya masih memandang Berta dengan penuh pertanyaan. Ia hendak menginterogasi Berta kembali, tetapi wanita itu dengan cepat menyelanya. “Ambillah uang ini dan carilah pekerjaan yang lain. Tinggalkan seragam dan ID card-mu di loker.” Setelah memberikan perintah terakhirnya, Berta langsung meninggalkan ruangan ganti karyawan tersebut. Krystal terpaku memandang kepergian asisten manajernya tersebut selama beberapa saat. Perlahan ia mengembuskan napasnya dengan perasaan yang sangat berat. Untuk kedua kalinya ia mendapatkan perintah pemecatan hari ini dan Krystal benar-benar tidak tahu apakah ini hanyalah sebuah kebetulan saja? Mendengar peringatan Berta tadi, ia tahu ada seseorang yang telah melakukan sesuatu di belakangnya. Namun, Krystal tidak bisa menebak siapa orang besar yang tanpa sadar telah disinggungnya itu? Ia tidak merasa pernah mengenal ataupun berkenalan dengan orang sejenis itu. Namun, tiba-tiba ia mengingat sosok yang sangat menarik perhatiannya sejak beberapa hari yang lalu. Pria bermata merah darah yang ditemuinya saat dalam pengejaran Martin waktu itu sangat membekas di dalam ingatan Krystal. Raut wajah tegas dan ketampanan yang dimiliki Kaizer membuat Krystal sulit untuk mengabaikannya. ‘Tidak. Tidak mungkin dia orangnya?’ Krystal memijit pangkal hidungnya dan menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia masih tidak yakin Kaizer adalah dalang di semua permasalahan rumit yang dihadapinya hari ini. Krystal memang sempat menduga jika Kaizer bukanlah orang biasa. Dari cara berpakaian Kaizer dan mobil mewah yang ditumpanginya sebagai tempat persembunyiannya waktu itu, Krystal merasa Kaizer berasal dari keluarga yang mapan. Akan tetapi, ia tidak percaya jika Kaizerlah pelaku di balik semua ini karena ia berpikir jika Kaizer tidak mungkin mengetahui lokasi tempat kerjanya dengan sangat tepat. Lagipula Kaizer tidak memiliki alasan untuk melakukan hal membosankan seperti ini. Krystal teringat akan tawaran Kaizer padanya. Gadis itu beranggapan jika Kaizer tidak serius melakukannya. Bagi Krystal, pernikahan bukanlah sebuah ajang tawar-menawar di mana ia bisa langsung menerima lamaran seorang pria asing yang tidak pernah diketahui sifat dan latar belakang yang dimilikinya. Memang saat ini Krystal sangat membutuhkan uang dan tawaran Kaizer sangat menggiurkan. Berulang kali hal itu terbesit di dalam benaknya, tetapi berulang kali pun Krystal mengingatkan dirinya untuk tidak gegabah mengambil keputusan. Pernikahan bukanlah hal yang bisa langsung diputuskan dengan mudah. Bagi Krystal, sebuah pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Mengikat dua hati menjadi satu untuk membentuk kehidupan yang harmonis dan bahagia. Meskipun Kaizer mungkin bisa memenuhi kebutuhannya, tetapi Krystal tidak yakin bisa menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia dengan pria itu, mengingat tujuan Kaizer menawarkan pernikahan kepadanya seperti sebuah permainan belaka. Apalagi Krystal selalu merasakan sebuah ketakutan yang mencekam setiap kali berada di dekat Kaizer. Firasatnya mengatakan bahwa ia tidak boleh mendekati pria yang dirasanya berbahaya itu! Helaan napas panjang bergulir dari bibir Krystal. “Berhenti memikirkan manusia menyebalkan satu itu. Dia bukan pria yang cocok untukmu, Krys. Sadarlah! Pasti masih ada jalan lain untuk mencari uang dengan jalan yang benar,” gumamnya sembari menyemangati dirinya sendiri. Masih dengan pikiran yang positif, Krystal beranggapan jika dirinyalah yang mungkin bekerja tidak terlalu efisien sehingga pihak manajemen tidak ingin mempekerjakannya lagi. Krystal memegang erat amplop putih di tangannya dan mendesah panjang. Ia membuka amplop tersebut dan hanya menemukan dua lembar uang lima puluhan dolar di dalamnya. Meskipun tidak sesuai dengan standar gaji yang diterimanya, tetapi Krystal masih mengingatkan dirinya untuk tetap bersyukur atas nikmat kecil yang diterimanya dari Berta. Ia tahu jika uang itu adalah pemberian Berta untuknya. Pihak perusahaan tidak mungkin akan membayar gajinya, mengingat Krystal telah bolos selama tiga hari. Krystal bergegas mengganti pakaiannya kembali, kemudian mengembalikan seragamnya beserta kartu tanda pengenal karyawannya sesuai dengan perintah yang diberikan Berta. Dengan langkah gontai, Krystal berjalan menyusuri koridor hotel. Beberapa rekan kerjanya menyapanya dan mempertanyakan tentangnya, tetapi Krystal hanya menjawabnya dengan seulas senyuman tipis. Ia tidak ingin menjawab apa pun dan memilih untuk meninggalkan Hotel Fairwest dengan hati yang terasa berat. Langkah Krystal semakin berat ketika merasakan nyeri pada lambungnya. Tangannya mengusap perut ratanya berulang kali. “Sepertinya aku harus mencari makan dulu. Aku tidak boleh sakit. Airin masih membutuhkanku,” gumamnya. Sejak pagi tadi perut Krystal belum terisi makanan apa pun. Ia terlalu sibuk mencari lowongan pekerjaan untuk menggantikan posisi kerjanya di pagi hari karena restoran pizza telah memecatnya. Namun, mencari pekerjaan dengan gaji yang sepadan tidaklah mudah. Apalagi saat ini banyak tempat yang lebih menginginkan siswa yang baru saja lulus sekolah dengan penampilan yang masih segar dan bisa menggajinya dengan harga yang lebih rendah. Bukan hanya karena sibuk mencari lowongan pekerjaan, tetapi Krystal sangat menyayangkan uang yang tersisa di saku celananya. Ia berpikir bisa menahannya sedikit lagi hingga makan malam nanti. Namun, ternyata perutnya tidak bisa diajak berkompromi kali ini. Krystal meneguk sisa air mineral yang dibawanya hingga tetes terakhir, lalu menyeka bibirnya dengan punggung tangannya. Ia merogoh uang koin yang berada di dalam saku celananya. Hanya tersisa sepuluh sen Dolar yang bisa ia gunakan untuk mengisi perutnya hari ini. Uang yang didapatkan dari Berta dan Dawson akan digunakannya untuk biaya pengobatan Airin. Ia tidak bisa menghamburkannya. “Setidaknya aku masih bisa membeli dua bungkus roti dan satu botol mineral dengan uang ini,” gumam Krystal, lalu melanjutkan perjalanannya kembali untuk pergi ke sebuah mini market yang berada tidak jauh dari tempatnya berada. Namun, melihat keramaian di depan pintu mini market tersebut, Krystal pun mengurungkan langkahnya sejenak. “Ada keramaian apa di sini?” gumam Krystal dengan bingung. Ia melihat banyak para pemulung dan tuna wisma yang berbondong-bondong masuk ke dalam mini market tersebut. Karena penasaran, Krystal bergegas mempertanyakan kepada salah seorang wanita renta yang ikut mengantri di depan mini market itu. “Maaf, Nyonya. Apa yang terjadi di sini?” “Baru saja pemilik toko ini mengumumkan akan membagi gratis barang dagangannya kepada semua orang. Jadi kami semua mengantri di sini,” jawab wanita renta itu. “Be-Benarkah?” Sepasang manik mata hijau emerald Krystal langsung berbinar-binar mendengar hal tersebut. “Cepatlah mengantri di belakangku atau nanti kamu tidak akan kebagian apa pun,” ucap wanita renta itu lagi. Krystal mengangguk, lalu dengan cepat ia berbaris di belakang wanita renta tersebut untuk mengambil kesempatan langka yang diberikan sang pemilik mini market. Krystal tidak tahu apa yang membuat pemilik mini market itu membagikan barang dagangannya, tetapi ia berpikir jika tindakan amal yang dilakukannya benar-benar sangat membantu orang-orang yang berada dalam posisi yang sama dengannya saat ini. ‘Syukurlah. Uang sepuluh sennya masih bisa aku gunakan untuk besok,’ batin Krystal dengan penuh kelegaan. Ia khawatir jika hari ini ia masih belum menemukan pekerjaan baru, mungkin besok ia harus menahan lapar. Namun, berkah yang diberikan sang pemilik mini market itu telah menyelamatkan hidupnya hari ini dan esok hari. Ia benar-benar akan mendoakan agar pemilik mini market itu mendapatkan rejeki yang melimpah karena telah membantunya keluar dari kesulitan untuk sementara waktu. Ketika Krystal sibuk mengantri di depan mini market tersebut, gadis itu tidak tahu jika ada sepasang mata yang tengah memandangnya dari kejauhan dari balik kaca jendela mobilnya. Sosok itu adalah Kaizer Lanzo. Carlos yang baru saja masuk ke dalam mobil tersebut menemukan Kaizer yang tengah tersenyum sendiri. Sekarang ia sudah tidak heran lagi dengan sikap aneh yang berulang kali ditunjukkan Kaizer. “Tuan, saya sudah membayar semua barangnya,” lapor Carlos kepada majikannya tersebut. Kaizer hanya mengangguk kecil. Netranya masih memandang ke luar jendela di mana terlihat pemandangan yang sangat menarik minatnya sejak tadi. Sosok Krystal yang mengantri dengan sabar membuat senyuman di wajah Kaizer terus mengembang. “Kenapa Anda tidak langsung memberikan barangnya saja kepada Nona Davies, Tuan?” Carlos memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Kaizer atas hal yang diperintahkan padanya beberapa menit yang lalu. Ketika berada dalam perjalanan menuju Bar Underground, Kaizer memintanya untuk melewati Hotel Fairwest. Tepat di saat itu Krystal keluar dari hotel tersebut dan alhasil Carlos diperintahkan untuk mengikuti gadis itu secara diam-diam dari kejauhan. Demi memenuhi kebutuhan Krystal yang diketahui Kaizer melalui kemampuan yang dimilikinya, ia memerintahkan Carlos untuk membeli semua barang yang ada di dalam mini market tersebut. Ia juga meminta sang pemilik untuk menyalurkan seluruh barangnya kepada semua orang di sekitar tempat itu. Tentu saja target yang diinginkan Kaizer hanyalah Krystal. Akan tetapi, Kaizer sangat memahami sifat Krystal yang tidak akan menerima pemberian orang asing sepertinya. Kewaspadaan dan kecurigaan gadis itu terlalu besar padanya. “Tidak apa-apa. Anggap saja saya beramal kali ini. Bukankah itu hal yang bagus?” Kaizer menyeringai tipis, kemudian mengisyaratkan Carlos untuk melanjutkan perjalanannya kembali. ‘Tuan Kaizer Lanzo beramal? Apa dunia akan berakhir?’ Tak sengaja Carlos mengutarakan suara hatinya di dalam pikirannya. Ia hampir lupa jika gumaman di dalam kepalanya itu tetap akan terdengar oleh Kaizer. “Ma-Maafkan saya, Tuan. Saya tidak bermaksud untuk—" Sorot mata Kaizer langsung beralih kepada Carlos dan membuat napas Carlos tercekat. Selang beberapa detik, suara berat Kaizer terdengar dan seketika melegakan napas Carlos yang hampir kehabisan udara. “Hukum negara mana yang melarang saya untuk beramal, huh?" tanya Kaizer penuh selidik. “Tidak ada, Tuan. Tidak ada hukum negara mana pun yang berani menentang Anda,” timpal Carlos dengan cepat. Ia tahu jika Kaizer tidak serius memarahinya. Itu hanyalah peringatan untuknya agar dapat lebih mengendalikan pikirannya saat berhadapan dengan makhluk sepertinya. Kaizer tidak ingin memperdebatkan hal tersebut. Ia kembali mengawasi Krystal yang telah masuk ke dalam mini market tersebut. Tidak berapa lama, gadis itu keluar dengan satu kantong penuh yang berisi barang-barang gratis yang diberikan pemilik mini market tersebut. Wajah gadis itu terlihat sangat bahagia. Langkahnya langsung berubah ringan seketika. Membuat Kaizer terheran-heran atas perubahan suasana hati gadis itu yang terjadi dengan sangat cepat. Perlahan sudut bibir Kaizer terangkat kembali, lalu ia bergumam, “Dasar wanita aneh. Barang gratisan saja sudah membuatmu senang sampai segitunya.” Setelah puas memperhatikan targetnya itu, Kaizer mengisyaratkan Carlos untuk menjalankan kendaraannya kembali ke jalan menuju Bar Underground.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD